Basa-basi Membesarkan OTT Lokal

Ilustrasi (dok)

Di ulang tahunnya yang ke-54 hari Minggu lalu (21/6), Presiden Joko Widodo (Jokowi) meluncurkan kembali akun Twitter-nya yang telah diverifikasi, dari @jokowi_do2 ke @jokowi dan mengirimkan Tweet pertamanya sebagai Presiden saat sahur bersama keluarga.

Dalam rilis resmi Twitter (23/6), tweet pertama beliau memperoleh lebih dari 11,000 Retweet yang menjadikan Tweet tersebut sebagai Tweet terpopuler kedua setelah Tweet kemenangannya saat pengumuman hasil Pemilihan Umum  tahun lalu.
Akun Twitter @jokowi akan menjadi wadah bagi Presiden untuk berinteraksi secara langsung dengan masyarakat Indonesia dan membahas isu-isu penting yang terjadi di lingkungan mereka.

Munculnya pengumuman akun resmi orang nomor satu di Indonesia ini bak petir di siang bolong, mengingat Menkominfo Rudiantara tengah menggulirkan sejumlah ide untuk mengembangkan aplikasi lokal.

Rudiantara dalam beberapa kesempatan ingin mendorong pemain Over The Top (OTT) lokal untuk bisa berbicara banyak di dalam negeri menghadapi gempuran asing.

Pria yang pernah lama malang melintang di operator ini paham sekali untuk membesarkan aplikasi yang dibutuhkan adalah skala ekonomi. Tak salah, akhirnya muncul ide menjembatani aplikasi lokal ke operator agar ekosistem lebih cepat terbentuk.

Sayangnya, entah kenapa Rudiantara tak berani (tidak terpikirkan?), untuk memaparkan ke Presiden menggunakan media sosial lokal dalam berkomunikasi dengan rakyat.

Soalnya, dalam membangun skala ekonomi di bisnis aplikasi, salah satu kunci sukses adalah adanya tokoh sebagai killer Marketer. (Baca juga: Operator siap dukung OTT Lokal)

Bayangkan, jika sekelas Presiden mempercayakan komunikasi dengan media sosial lokal, setidaknya basis pelanggan dari aplikasi itu akan cepat membesar. Ini akan lebih dahsyat ketimbang Rudiantara menjadi juru runding bagi OTT lokal untuk operator.

Bisa jadi ini yang dikatakan pepatah, Tungau diseberang lautan tampak, Gajah di pelupuk mata tak kelihatan.

@IndoTelko