JAKARTA (IndoTelko) - Gen Z merupakan generasi yang paling paham internet, dikenal karena kefasihan digital dan pengaruhnya dalam menentukan tren. Sejak usia dini, mereka telah membentuk dan mendefinisikan ulang lanskap digital, meninggalkan jejak daring jauh sebelum mereka memahami risikonya sepenuhnya. Namun, saat mereka menjelajahi dunia hiperkonektivitas, media sosial, dan belanja daring, ancaman siber pun berkembang dengan cepat.
Untuk mengeksplorasi tantangan tersebut, Kaspersky telah meluncurkan “Case 404” — sebuah gim keamanan siber interaktif tempat pemain berperan sebagai detektif AI yang menyelidiki kejahatan digital. Dirancang khusus untuk Gen Z, gim ini membantu pemain mengenali bagaimana kebiasaan daring mereka sehari-hari — mulai dari berbelanja hingga berbagi berlebihan (oversharing) — dapat menjadi titik masuk bagi ancaman siber.
Kaspersky menyoroti bagaimana penjahat siber mengubah kebiasaan daring Gen Z menjadi vektor serangan — dan menawarkan kiat praktis untuk mengubah kewaspadaan menjadi ketahanan digital.
1. Berbagi berlebihan dan meningkatnya jejak digital
Bagi Gen Z, berbagi momen kehidupan secara daring adalah hal yang lumrah. Platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Snapchat dipenuhi dengan swafoto yang diberi tag geografis, pembaruan harian, dan kisah pribadi. Namun, berbagi secara terus-menerus ini menciptakan jejak digital yang luas yang dapat dimanfaatkan oleh penjahat siber untuk pencurian identitas atau serangan rekayasa sosial.
Berbagi berlebihan dapat secara tidak sengaja mengungkapkan detail sensitif, mulai dari alamat rumah di latar belakang foto hingga rutinitas yang membuat pengguna dapat diprediksi. Bahkan konten yang tampaknya tidak berbahaya, seperti foto pasangan atau hewan peliharaan mereka, dapat memberikan petunjuk untuk pertanyaan pemulihan kata sandi.
2. Perasaan Takut Untuk Tertinggal (Fear of Missing Out /FOMO)
Takut Ketinggalan (FOMO) mengacu pada kecemasan atau kegelisahan yang muncul karena takut tertinggal atau tidak menjadi bagian dari pembaruan jika mereka tidak mengikuti apa yang dilakukan orang lain di media sosial. FOMO merupakan pendorong yang kuat bagi Gen Z, yang dipicu oleh pembaruan media sosial tentang peluncuran produk, konser, dan acara.
Melihat teman sebaya menghadiri acara, memiliki produk baru, atau mencapai tonggak sejarah dapat menimbulkan perasaan tidak mampu atau dikucilkan. Baik itu peluncuran iPhone baru, Tur Eras Taylor Swift, atau acara olahraga besar, FOMO dapat mendorong pengguna untuk mengeklik tautan yang tidak terverifikasi yang menjanjikan akses awal atau penawaran eksklusif.
Penjahat siber memanfaatkan urgensi ini dengan membuat skema phishing clickbait, yang mengarahkan pengguna kesitus berbahaya yang mencuri kredensial login atau mendistribusikan malware. Tiket acara palsu, penipuanpre-order, dan bocornya informasi orang dalam hanyalah segelintir taktik yang digunakan untuk memanipulasi ketakutan ini.
3. Nostalgia mode Y2K dan budaya awal 2000-an
Bagi Gen Z, yang lahir sekitar atau setelah era ini, mode Y2K merupakan perpaduan antara nostalgia akan masa pra-digital yang lebih sederhana dan keinginan untuk menciptakan kembali gaya tersebut dengan sentuhan modern. Platform seperti TikTok dan Instagram telah memperkuat kebangkitan Y2K, dengan para influencer yang menciptakan kembali tampilan vintage dan berbagi barang-barang bekas. Tagar seperti #Y2Kfashion dan #Y2Kaesthetic telah ditonton miliaran kali.
Ketertarikan Gen Z terhadap budaya awal 2000-an, mulai dari estetika Y2K hingga permainan anak-anak, telah menghidupkan kembali minat terhadap judul-judul retro seperti The Sims 2, Barbie Fashion Designer, dan Bratz Rock Angelz. Meskipun permainan-permainan ini membangkitkan nostalgia, pencarian unduhan tidak resmi sering kali mengarahkan pengguna ke situs-situs yang dipenuhi malware. Penjahat siber menargetkan minat khusus ini dengan menanamkan perangkat lunak berbahaya ke dalam berkas-berkas permainan palsu. Apa yang tampak seperti perjalanan menyusuri kenangan dapat mengakibatkan perangkat disusupi atau data dicuri.
4. Fast Fashion
Generasi Z menyukai pakaian yang ekspresif, ingin tampil menonjol daripada sekadar mengikuti tren, dan memiliki gaya yang selalu berubah — apa yang populer sebulan lalu mungkin sudah ketinggalan zaman. Kebiasaan mereka dalam mengikuti tren didukung oleh peritel fast fashion yang menyediakan cara mudah untuk mengubahnya. Misalnya, raksasa fast fashion China Shein, yang disukai oleh Gen Z, menambahkan 6.000 produk baru ke situs webnya setiap hari.
Bagi Gen Z, fast fashion lebih dari sekadar preferensi berbelanja — ini adalah gaya hidup. Merek seperti Shein, ASOS, dan Fashion Nova memberikan keterjangkauan dan kepuasan instan, menjadikannya barang pokok bagi generasi ini. Namun, daya tarik merek-merek ini hadir dengan sisi gelap. Situs web belanja palsu, kode promo palsu, dan iklan phishing memanfaatkan popularitasnya, dengan membuat tiruan meyakinkan untuk memikat pengguna agar memasukkan detail sensitif mereka. Semakin tinggi keterlibatan dalam belanja daring, semakin tinggi risiko menghadapi situs web palsu dan penipuan phishing yang membahayakan informasi pribadi dan keuangan.
5. iDisorder
Generasi Z menghadapi fenomena yang disebut iDisorder,yaitu kondisi di mana kemampuan otak untuk memproses informasi berubah karena terlalu sering terpapar teknologi. Obsesi terhadap teknologi ini dapat mengakibatkan gangguan psikologis, fisik, dan sosial, termasuk depresi dan kecemasan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian publik: satu dari tiga orang berusia 18 hingga 24 tahun kini melaporkan gejala yang menunjukkan bahwa mereka telah mengalami masalah kesehatan mental tersebut.
Itulah sebabnya mereka beralih secara ekstensif keperangkat digital seperti platform teleterapi dan pelacak kesesatan mental untuk meredakan stres. Namun, platform ini menyimpan informasi pribadi yang sangat sensitif, termasuk kondisi emosional, catatan terapi, dan rutinitas pengguna. Jika terjadi pelanggaran, data ini dapat dimanfaatkan untuk pemerasan atau phishing.
Dijelaskan pakar privasi di Kaspersky, Anna Larkina, tren mungkin berubah dengan cepat, tetapi ancaman siber yang mendasarinya tetap konstan. Baik itu memanfaatkan kecintaan Gen Z terhadap belanja daring, memanfaatkan urgensi yang diciptakan oleh FOMO, atau menargetkan meningkatnya penggunaan aplikasi kesehatan mental, penyerang dengan cepat mengubah perilaku populer menjadi peluang untuk melakukan phishing, penipuan, dan pelanggaran data.
“Mulailah dengan mengambil kendali: verifikasi tautan dan situs web sebelum terlibat, gunakan kata sandi yang kuat dan unik, dan aktifkan autentikasi dua faktor untuk lapisan keamanan ekstra. Berhati-hatilah dengan apa yang Anda bagikan secara daring — dan yang terpenting, ingatlah bahwa tetap terinformasi adalah pertahanan terbaik Anda. Keamanan siber bukan hanya tentang menanggapi ancaman; tetapi tentang memberdayakan diri Anda untuk menjelajahi dunia digital secara percaya diri dan aman,” tambahnya.
Agar tetap aman, Kaspersky menyarankan Gen Z melakukan hal-hal sebagai berikut:
•
Mencoba permainan daring interaktif, “Case 404” oleh Kaspersky, yang dirancang untuk Generasi Z guna mempelajari cara agar tetap aman di dunia maya yang semakin rentan.
•
Berpikirlah sebelum memposting: jangan bagikan foto yang memperlihatkan rumah, rutinitas, atau detail pribadi anda yang dapat digunakan dalam pemulihan kata sandi.
•
Jangan tergiur dengan tawaran mendesak. Verifikasi diskon, prapemesanan, atau tautan tiket hanya melalui situs web resmi.
•
Selalu periksa URL situs web dengan saksama sebelum memasukkan info pribadi. Penipu sering kali meniru nama merek atau menggunakan domain palsu.
•
Gunakan metode pembayaran tepercaya saat berbelanjadaring dan hindari penawaran yang terlihat “terlalu bagus untuk menjadi kenyataan”.
•
Aplikasi kesehatan mental menyimpan data sensitif —pilih layanan dengan kebijakan privasi yang kuat dan jangan terlalu banyak membagikan informasi pribadi.
•
Berhati-hatilah dengan ekstensi file. Video atau permainan tidak boleh berformat .exe atau .msi — itu tanda bahaya.
•
Gunakan solusi keamanan yang andal, seperti Kaspersky Premium, untuk mendeteksi lampiran berbahaya yang dapat membahayakan data Anda.
•
Pastikan penjelajahan dan pengiriman pesan aman denganKaspersky VPN, Solusi ini dapat melindungi alamat IP Anda dan mencegah kebocoran data.
Tim Riset Ancaman merupakan otoritas terkemuka dalam perlindunganterhadap ancaman siber. Dengan terlibat aktif dalam analisis ancaman dan penciptaan teknologi, para ahli TR kami memastikan bahwa solusi keamanan siber Kaspersky memiliki informasi mendalam dan sangat kuat, menyediakan intelijen ancaman kritikal dan keamanan yang tangguh bagi klien kami dan masyarakat luas. (mas)
Artikel Terkait
-
DeepSeek-R1 adalah salah satu LLM paling populer saat ini
-
Kontrol akses dan edukasi karyawan untuk mengurangi risiko dari AI bayangan
-
Aplikasi ini berpura-pura sebagai alat verifikasi faktur palsu
-
Paling utama dalam semua kasus yang dianalisis, pengirimnya adalah palsu
-
Jumlah serangan telah meningkat dari kuartal ke kuartal
Rekomendasi
Berita Pilihan