telkomsel halo

Pandemi pukul industri printer

11:13:04 | 07 Apr 2021
Pandemi pukul industri printer
JAKARTA (IndoTelko) — IDC Worldwide Quarterly Industrial Printer Tracker mengungkapkan kombinasi dari semua produk Industrial Printer/LFP di Indonesia turun secara signifikan sebesar -45,3% YoY dibanding tahun 2019.

“Dampak COVID terasa begitu nyata khususnya untuk market printing. Dengan resesi ekonomi yang diperkirakan berlangsung hingga Q1 2021 ini, kondisi Industrial Printer akan tetap berada di bawah tekanan setidaknya hingga Q3 2021 setelah Idul Fitri dan bulan Ramadhan. ” kata IPDS Market Analyst di IDC Indonesia Muhammad Faris Latief.

Pengiriman Unit Computer Aided Design (CAD) atau Printer Teknikal (Plotter) adalah produk yang paling tergerus secara unit dan value selama masa pandemi. Keterbatasan anggaran dari perusahaan untuk membeli peralatan baru (termasuk plotter) dan dihentikannya proses pengadaan tender barang dan jasa di bawah LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) selama masa pandemi adalah penyebab utama dari menurunnya market CAD. Sejauh ini, kondisi pasar CAD mengalami penurunan -65% YoY.

Di sektor Grafik, penurunan menunjukkan -36,4% YoY. Pemain printing di sektor grafik didominasi oleh Jasa Printing Digital atau komersial juga mengklaim bahwa volume cetak turun lebih dari 50% dibandingkan tahun 2019.

Merujuk kepada value, pasar Industrial Printer di tahun 2020 menunjukkan penurunan setidaknya -9,93% YoY. Nilai penurunan ini dirasa tidak signifikan, meskipun terjadi penurunan besar-besaran dalam jumlah unit yang tiba di Indonesia.

Segmen grafik memang memiliki nilai paling besar namun disisi lain, Industri tekstil dan kemasan label di tahun 2020 juga memberikan dampak positif yang signifikan selama masa pandemi ini, sehingga berpengaruh besar untuk menjaga value pangsa pasar relatif stabil dengan penurunan hanya dibawah 10%.

Masa pandemi tidak selamanya memberikan dampak negatif terhadap perkembangan tren dalam dunia cetak. Menjamurnya mesin PET-Direct to Film menjadi bukti konkrit sebuah alternatif jenius dalam pasar cetak tekstil. Teknologi ini adalah substitusi dari teknologi sablon tradisional dan diperkirakan akan manjadi penantang terberat market DTG dan Polyflex.

“Biaya mencetak satu T-Shirt dengan ukuran A4 di muka depan kaos adalah sekitar Rp3000  untuk full color-nya. Biaya ini ditenggarai yang termurah dibanding teknologi lainnya yang serupa dalam segmen Grafik Tekstil. Kami tentunya optimis dengan berbagai pengembangan teknologi cetak di tahun 2021 yang diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas, inovasi dan hasil cetak yang sesuai," katanya.(wn)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year