Efek Ekonomi Berganda lewat BRI Liga 1

04:17:20 | 12 Nov 2021
Efek Ekonomi Berganda lewat BRI Liga 1
JAKARTA (IndoTelko)  - BRI Liga 1 sebagai kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air diputuskan kembali berjalan pada akhir Agustus lalu.

Asa penggemar sepak bola nasional akhirnya terjawab sudah.  Adanya liga tentu menguntungkan banyak pihak, termasuk untuk klub, pemain dan suporter. Namun, siapa sangka, bergulirnya BRI Liga 1 meskipun digelar tanpa penonton membawa dampak ekonomi yang cukup signifikan. Hal ini diungkapkan oleh Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI), Mohamad Dian Revindo yang menjelaskan nilai ekonomi industri sepak bola untuk liga utama BRI Liga 1 saja dapat mencapai Rp1 triliun.

Menurutnya, jika sepak bola dianggap sebagai sebuah industri jasa hiburan atau tontonan, maka produk akhirnya ada dua, yaitu acara siaran pertandingan di layar kaca (baik yang berbasis televisi maupun internet) dan acara tontonan di stadion. “Estimasi saya untuk liga utama saja cukup lumayan. Untuk produk akhir yang berupa hiburan tontonan televisi, perputaran uangnya ada di industri penyiaran, periklanan dan teknologi informasi. Sebelum pandemi, nilai ekonominya mencapai total Rp750 miliar. Sedangkan untuk produk akhir berupa hiburan tontonan stadion, saya memperkirakan total nilai ekonominya sekitar Rp300 miliar dalam satu musim kompetisi,” katanya.

Dapat disimpulkan, nilai ekonomi sepak bola sebagai hiburan layar kaca justru jauh lebih besar daripada tontonan di stadion. Sehingga, walaupun penonton belum diizinkan memasuki stadion pada BRI Liga 1 2021/2022, bukan berarti kompetisi ini tidak menarik secara ekonomi. Adapun bila penonton bisa kembali ke stadion, potensi ekonomi BRI Liga 1 diprediksi akan meningkat, melihat banyaknya UMKM yang terbantu dengan mobilitas massa di sekitar stadion.

Ditambahkan Revindo, pandemi yang menghambat mobilitas fisik manusia di seluruh dunia membuat orang banyak mengandalkan hiburan layar kaca. Tidak heran jika menurut lembaga eMarketer pengeluaran iklan di seluruh dunia tidak terlalu terpengaruh selama pandemi meskipun sebagian dunia usaha lesu. Pengeluaran iklan secara global untuk platform tradisional (TV, radio, reklame, billboard, dan koran) pada 2020 hanya turun 1,2 persen dibanding 2019. Sedangkan pengeluaran iklan pada platform digital justru tumbuh 12,7 persen pada 2020 dan pada 2021 diperkirakan tumbuh 20,4 persen.

Bergulirnya BRI Liga 1 setelah sekian lama terhenti menandakan bahwa industri sepak bola nasional memiliki daya tahan yang cukup untuk menghadapi pandemi. 

Kembalinya liga merupakan sebuah momentum yang dapat mendorong terciptanya ekosistem sepak bola nasional yang lebih kondusif dan berkualitas. “Kesempatan baik tersebut harus dimanfaatkan dengan memperbaiki kualitas pertandingan dan kemasan tayangan. Adapun wacana mengenai kembalinya penonton di stadion pada awal 2022 dapat dianggap sebagai bonus saja jika diperbolehkan,” katanya.

Memgembalikan dan mengembangkan iklim industri sepak bola nasional bukan merupakan proses yang instan. Butuh waktu yang panjang bahkan memakan waktu hingga puluhan tahun. Adanya pandemi berpotensi menghambat proses tersebut, ditambah beberapa negara sudah banyak yang memulai liga lebih dulu. 

Jalannya BRI Liga 1 dapat menjadi upaya untuk menjaga kualitas dan nilai ekonomi dari sepak bola Indonesia. Potensi yang besar tersebut tentunya harus didukung oleh keberlanjutan liga dan turnamen yang fairplay dan berkualitas. (ak)

Artikel Terkait
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories