telkomsel halo

Pengguna Telegram menjadi incaran pencurian Toncoin

07:05:00 | 27 Apr 2024
Pengguna Telegram menjadi incaran pencurian Toncoin
Foto : Ilustrasi
JAKARTA (IndoTelko) - Para penipu mencoba mencuri Toncoin (TON) dari pengguna Telegram di seluruh dunia menggunakan skema sangat terukur yang melibatkan penguat (boosters) aset kripto dan referensi teman, demikian temuan dari peneliti Kaspersky. Skema ini telah beroperasi setidaknya sejak November 2023. Kemunculannya di tengah popularitas TON dan Telegram menjadikannya sangat berbahaya.

Korban dari seluruh penjuru dunia telah menjadi sasaran para penipu. Pelaku ancaman merancang skema rujukan yang memikat pengguna Telegram yang tidak menaruh curiga. Target potensial akan menerima tautan untuk berpartisipasi dalam "program penghasilan eksklusif" dari seseorang di daftar kontak mereka.

Para penipu memulai dengan mendorong korban untuk bergabung dengan bot Telegram tidak resmi, yang konon dirancang untuk menyimpan aset kripto, dan menghubungkannya ke dompet yang sah. Pada saat yang sama, penipu menginstruksikan calon korban untuk membeliToncoin melalui saluran resmi seperti bot Telegram resmi, pasar P2P, atau bursa aset kripto, yang mungkin membuat mereka merasa aman.

Kemudian, korban diminta untuk melakukan pembelian booster menggunakan bot terpisah. Penipu mengklaim bahwa pengguna harus menyelesaikan tindakan ini untuk mulai mendapatkan penghasilan. Setelah pembelian, pengguna kehilangan aset kriptonya dan tidak dapat ditarik kembali. Biaya “booster” yang diberi label oleh penipu sebagai“sepeda”, “mobil”, “kereta api”, “pesawat”, atau “roket” bervariasi dari 5 hingga 500 Toncoin tergantung pada tarifyang dipilih oleh calon korban.

Dikatakan Senior Web Content Analyst di Kaspersky, Olga Svistunova, Booster' diiklankan oleh penipu sebagai alat yang memungkinkan pengguna memperoleh penghasilan dari koin mereka. "Skema ini mirip dengan booster di game online dengan membelinya, pengguna mendapatkan keuntungantambahan,” jelasnya.

Setelah memikat pengguna untuk membeli “booster” palsu, penipu mengambil satu langkah lebih jauh untuk meningkatkan skema penipuan. Korban diminta untuk membuat grup Telegram pribadi dengan teman dan kenalannya, membagikan kepada mereka tautan rujukan yang telah dibuat khusus dan video dengan instruksi tentang“penghasilan”. Ini sudah direkam sebelumnya oleh scammers.

Dijelaskan Olga, program referral adalah komponen kunci dari skema ini. Semakin banyak orang yang terlibat, semakin tinggi pendapatan para penipu. Pelaku mengklaim bahwa setidaknya lima orang harus bergabung dengan grup personal melalui tautan rujukan sehingga korban dapat mulai memperoleh penghasilan.

"Mereka bahkan menyarankan agar korban menelepon setiap orang yang mereka undang untuk menjelaskan secara lisan seluruh rinciannya. Menurut para penipu, korban akan dibayar untuk setiap teman yang diundang dan mereka akan menerima komisi untuk setiap booster yang dibeli melalui referensi,” jelasnya. (mas)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year