JAKARTA (IndoTelko)- Nomor Induk Kependudukan (NIK) harus dipandang sebagai data strategis karena menjadi sumber utama data pribadi.
"Hampir semua negara di dunia, termasuk Indonesia, sumber utama data pribadi adalah NIK. Karenanya masyarakat harus betul-betul menjaga NIK-nya, jangan terlalu cepat menyampaikan data-data terkait dengan NIK," tutur Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, belum lama ini.
Dijelaskannya data-data terkait NIK harus betul-betul diberikan melalui satu proses yang dapat dipertanggungjawabkan, dilakukan cek dan ricek secara berkala.
"Karena apa? Data baru bisa diberikan dan bisa digunakan kalau pemilik data memberikan konsen, tanpa konsen dari pemilik data, tidak boleh digunakan secara sah (oleh pihak lain)," ujarnya.
Menurutnya, jika ada yang menggunakan data tanpa konsen pemilik data, tindakan tersebut sudah tentu ilegal dan menggunakan data secara tidak sah. Penyalahgunaan data tersebut merupakan subjek pada tindakan pidana dan denda.
"Jadi jaga NIK itu pasti, jangan terlalu mudah memberikan data NIK dengan kita tahu betul apa tujuannya," tandasnya.
Cara menjaga NIK, pemilik data juga wajib menggunakan One Time Password (OTP) jika memiliki akun dalam platform tertentu. Selain itu, menurut Menteri Kominfo juga rutin mengganti password atau kata sandi.
"Langkah ini harus dilakukan demi mencegah kebocoran data. Kita gunakan password kita, harus sering kita ubah, jangan sampai kita menggunakan satu passwod yang sama dan password-nya itu nanti diketahui pihak yang lain, data kita bisa bocor," paparnya.
Johnny menekankan agar masyarakat melindungi data pribadi dengan selektif dalam memberikan NIK serta mengganti kata sandi secara berkala.
"Jadi dua hal itu, hati-hati memberikan akses terhadap NIK kita, harus jelas tujuannya dan harus jelas kepada siapa itu diberikan, yang kedua pemilik data harus sering mengganti password," pungkasnya.
Asal tahu saja, kebocoran data pribadi kian marak di tengah pandemi. Terbaru, sebanyak 91 juta data pengguna Tokopedia masih beredar di forum peretas (hacker) dan bisa diunduh gratis.
Di salah satu anggota di grup Facebook membagikan tautan (link) untuk mengunduh data tersebut. Grup Facebook terkait keamanan siber ini diikuti oleh 15 ribu orang. Saat ditelusuri, tautan itu bersumber dari akun bernama @Cellibis di forum Raidsforum yang diunggah pada 3 Juli. Akun ini membagikan 91 juta data pengguna Tokopedia secara gratis. Padahal, akun sebelumnya yang membocorkan data pengguna itu menetapkan harga US$ 5.000 atau Rp 70 juta.(wn)