telkomsel halo

#uninstallbukalapak, sebuah potret demokrasi digital

12:11:46 | 17 Feb 2019
#uninstallbukalapak, sebuah potret demokrasi digital
CEO dan Founder Bukalapak, Achmad Zaky sepertinya tak menyangka sebuah cuitan yang dikeluarkannya untuk mempersoalkan keberpihakan negara terhadap penelitian dan pengembangan di era Revolusi Industri 4.0 membuat riuh dunia maya sejak Kamis (14/2) malam hingga Sabtu (16/2).

Dalam postingan di akun Twitter-nya, penerima Satyalancana Wira Karya itu menyinggung daftar alokasi riset dan pengembangan sebuah negara.

Dia mengutip daya alokasi riset dan pengembangan 2016 Indonesia yakni US$2 miliar dengan peringkat nomor 43. Alokasi itu jauh kalah dengan negara maju seperti Amerika Serikat dengan alokasi US$511 miliar (peringkat pertama), maupun Singapura dengan alokasi US$10 miliar (peringkat 10).

Zaky menutup postingannya dengan kalimat bernada politik yang ditafsirkan oleh warganet mendukung salah satu pasangan calon presiden.

Sontak, tagar #uninstallbukalapak muncul dan memuncaki daftar trending topik di Twitter pada Kamis (14/2). Komentar dari warganet memang banyak mengaitkan cuitan Zaky dengan pembelaan terhadap salah satu pasangan Capres yakni Joko Widodo (Jokowi). (Baca: Perang Tagar)

Banyak yang menyayangkan Zaky tak melihat kontribusi Jokowi sebagai Presiden telah banyak membangun ekosistem eCommerce seperti Bukalapak yang dipimpin Zaky.

#uninstallbukalapak, sebuah potret demokrasi digital

Melihat kecaman terhadap Zaky cenderung beraroma politik, muncul Tagar perlawanan #DukungBukaLapak sejak (14/2) malam dan pada Jumat (15/2) berhasil menyalip #uninstallbukalapak di posisi trending topik.

Tak berhenti disitu, seperti ingin mengekspresikan pendapatnya, pengguna internet (warganet) juga merilis tagar #UninstallJokowi. Tagar ini sempat memuncaki trending topic dunia. Setelah itu disusul dengan tagar #ShutDownJokowi.

Laman Trends24.in, pada Jumat 15 Februari 2019, memperlihatkan tagar #ShutDownJokowi naik sejak muncul beberapa jam lalu.

Pantauan laman tersebut, awalnya #ShutDownJokowi muncul dengan menempati posisi kelima dalam daftar trending topic Twitter Indonesia. Dalam sejam kemudian, tagar ini naik ke peringkat keempat daftar trending topic. Selain itu juga ada tagar #NewEraPrabowoSandi

Munculnya tagar yang cenderung menyudutkan Jokowi, dijawab dengan tagar tandingan yakni #JokowiOrangnyaBaik.

Tagar #JokowiOrangnyaBaik makin menguat pasca Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Achmad Zaky di Istana pada Sabtu (16/2).

Mesin Analisis Media Sosial Drone Emprit melihat Tagar-tagar #UninstallBukalapak, #UninstallJokowi, dan #NewEraPrabowoSandi menunjukkan tingkat interaksi yang tinggi (3.78, 4.38, dan 4.23). Namun #JokowiOrangnyaBaik sangat rendah tingkat interaksinya, hanya 1.54.

Pendiri mesin analisa media sosial Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi mengakui perang tagar #UninstalBukalapak vs #DukungBukaLapak dan berlanjut ke tagar lainnya ibarat kontestasi Pilpres 2019.

"Dari peta Social Network Analysis (SNA) tampak polarisasi kedua kubu dalam menyikapi cuitan CEO Bukalapak. Kubu 01 (Jokowi) dengan tagar: #UninstallBukaLapak. Kubu 02 (Prabowo Subianto) dengan tagar: #DukungBukaLapak," paparnya.

Menurut Ismail, perang tagar di Twitter memberikan dampak viral yang besar karena adanya efek "cross-platform virality".

Cross-platform virality adalah beresonansinya informasi dari satu platform ke platform media sosial lainnya, karena adanya irisan pengguna dari kanal-kanal tersebut yang turut menyebarkan. "Twitter sedikit user-nya, tapi selama ini banyak tsunami informasi yang bermula dari twit atau tagar yang trending," analisanya.

Syarat untuk menghasilkan cross-platform virality yang memiliki dampak riil atau trending, percakapan harus dilakukan secara autentik oleh akun real, bukan oleh coordinated inauthentic behavior yang melibatkan bot-bot.

Pertanyaannya apakah resonansi di media sosial ini akan berdampak kepada pilihan di bilik suara pada April mendatang?

Entahlah, hal yang pasti cuitan Zaky harus menjadi pelajaran bagi tokoh publik jika ingin menyampaikan pendapat di Media Sosial.

Hati-hatilah berkicau di era jempol lebih cepat menari di layar smartphone ketimbang otak yang berfikir. Salah berkicau, tak hanya rundungan yang muncul, bisnis bisa terancam, bahkan penjara bisa menanti.

Sebuah wajah demokrasi digital yang lumayan menakutkan!

@IndoTelko

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year