telkomsel halo

Bisnis Seluler Sudah Berubah

12:24:50 | 19 Jul 2015
Bisnis Seluler Sudah Berubah
Ilustrasi (dok)
Tiga operator seluler telah mengumumkan lonjakan trafik selama masa Lebaran 2015. Ketiga operator itu adalah Telkomsel, XL Axiata, dan Tri Indonesia.

Tiga pemain GSM ini mewakili sekitar 72% pangsa pasar seluler nasional sehingga mencerminkan perilaku konsumsi layanan telekomunikasi masyarakat sepanjang Lebaran 2015.

Dari ketiganya terlihat layanan data mengalami lonjakan paling tinggi mengalahkan jasa suara dan SMS. Fenomena ini sudah terjadi sejak tiga tahun lalu dan makin kuat di Lebaran 2015.

Bahkan di pemain sekelas XL terjadi penurunan jasa suara dan SMS hingga dobel digit. Di Telkomsel jasa SMS mengalami penurunan, tetapi suara masih ada kenaikan.

Penurunan jasa SMS dan suara di XL bisa terjadi karena operator ini memang memiliki kontribusi layanan data terbesar bagi pendapatan sejak tahun lalu. Di Telkomsel layanan suara masih mengalami kenaikan tak bisa dilepaskan dari keunggulan jangkauan operator ini yang menembus pelosok nusantara sehingga menjadi andalan untuk berkomunikasi dimana penggunaan data minim.

Berubah
Menkominfo Rudiantara kala melakukan sidak ke Network Operation Center (NOC) milik pemain GSM jelang lebaran mengungkapkan, melihat fenomena yang terjadi menegaskan model bisnis seluler telah berubah.

“Sekarang orang tidak takut lagi melakukan aktivitas streaming. Di XL aktivitas ini naik 18 kali lipat dibandingkan tahun lalu. Operator harus waspada dengan perubahan perilaku ini, apalagi jika 4G benar-benar massif tahun depan,” kata Pria yang akrab disapa Chief RA itu.

Riset dari PT Sucorinvest Central Gani (SucorInvest) belum lama ini mengatakan komersialisasi  4G-LTE  akan jadi momentum bagi operator untuk meningkatkan level Average Revenue Per User (ARPU).

Berdasarkan data yang dihimpun SucorInvest, ARPU operator seluler terus turun sejak 2007-2014. XL Axiata pada 2007 memiliki ARPU wireless tertinggi di Rp 80 ribu per bulan, hingga 2014 turun di kisaran Rp 50 ribu per bulan.

Sementara Telkom dan Indosat pada 2007 memiliki ARPU seluler berkisar di Rp 50 ribu per bulan, maka pada 2014 turun di kisaran Rp 30 ribu per bulan.

Sebagai perbandingan, SucorInvest menyajikan data ARPU operator di wilayah Amerika Utara. Terlihat pada 2004 ketika layanan 3G pertama kali diperkenalkan, ARPU  operator di wilayah ini US$ 49,5 per bulan. ARPU ini terus naik hingga 2008 di kisaran US$ 53,9 per bulan. Setelah itu, turun menjadi US$ 50,6 per bulan di pertengahan 2012.

Pada pertengahan 2012, operator di wilayah ini memperkenalkan layanan 4G-LTE. Hasilnya, pada 2013 ARPU naik menjadi US$ 54,5 per bulan sementara di 2014 naik lagi menjadi US$ 57,2 per bulan.

Dari data terlihat, kunci menjadi pemenang dalam bisnis ini adalah semakin cepat layanan data yang ditawarkan operator, semakin banyak pengguna memanfaatkannya.

Tetapi bagaimana dengan abolut Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA)? Pekerjaan menantang yang harus ditaklukan manajemen operator dalam beberapa tahun mendatang.

@IndoTelko

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year