telkomsel halo

Batam adopsi teknologi modifikasi cuaca untuk atasi krisis air

04:37:42 | 12 Jun 2020
Batam adopsi teknologi modifikasi cuaca untuk atasi krisis air
BATAM (IndoTelko) - Batam menerapkan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk mengisi cadangan air Waduk Duriangkang yang menopang kebutuhan air baku kota tersebut.

“Badan Pengusahaan Batam berkirim surat pada kami  beberapa waktu lalu untuk layanan jasa TMC di Pulau Batam. Kami merespon permintaan tersebut dan sudah dilakukan survei pada pertengahan Maret lalu. Hasilnya diputuskan dilaksanakan operasi TMC yang dimulai hari ini. Ini pertama kalinya TMC diterapkan di Batam,” ujar Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC-BPPT) Tri Handoko Seto di Jakarta, Kamis (11/6).

Tim TMC –BPPT memulai  sorti penerbangan penyemaian pada pagi hari sekitar  10.15 WIB menggunakan pesawat Piper Cheyenne –PK TMC dari landasan pacu Bandara Hang Nadim Batam dengan membawa bahan semai lima batang flare higroskopis.  Target penyemaian tim TMC-BPPT di sekitar Waduk Duriangkang dan Pulau Galang (Tenggara P. Batam).

Selang beberapa waktu, sekitar pk 11.00  dilaporkan terjadi hujan deras di area Posko TMC-BPPT dan di wilayah Waduk Duriangkang dan wilayah Batu Ampar di Utara Pulau Batam.

Koordinator Lapangan TMC-BPPT Posko Batam Budi Harsoyo mengatakan penggunaan flare dikarenakan ijin terbang pesawat hanya diperbolehkan di bawah ketinggian 6000 kaki.  

”Area terbang di sekitar wilayah target, sebagian masuk wilayah penerbangan Singapura. Secara traffic cukup padat jadwal penerbangan masuk dan keluar Singapura. Sehingga pesawat BPPT hanya diijinkan terbang dibawah ketinggian 6000 ribu kaki. Pesawat Piper Cheyenne mampu terbang rendah pada ketinggian sekitar 3000-4000 kaki di area base cloud,” papar Budi yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Penerapan TMC-BBTMC.

Operasi TMC di Batam dijadwalkan selama 30 hari mendatang. Pantauan cuaca selama operasi TMC berlangsung didukung Stasiun Meteorologi (Stamet) Hang Nadim Batam dan AirNav  cabang Batam.

Badan Pengusahaan Batam (dulu dikenal Otorita Batam) melalui Badan Usaha  Fasilitas dan Lingkungan saat ini mengelola 9 waduk, dan terbesar yaitu Waduk Duriangkang. Waduk Duriangkang merupakan waduk dengan daerah tangkapan air terluas di Pulau Batam, dan mampu menyumbang sekitar 70% dari total keseluruhan kebutuhan air di kota Batam.

“Musim kemarau tahun lalu yang cukup panjang membawa dampak terjadinya penurunan intensitas curah hujan. Pada Januari Februari lalu jumlah curah hujan di Pulau Batam masih lebih kecil dibanding rata-rata curah hujan sebelumnya,” ujar Tri Handoko Seto.

Manager Air Baku Badan Usaha Fasilitas dan Lingkungan BP Batam Hajad Widagdo menambahkan walau belum sampai titik kritis, namun pasokan air turun terus sehingga air baku yang dibutuhkan untuk produksi air bersih juga terbatas. "Penyebabnya, kemarau berkepanjangan sementara jumlah pelanggan juga terus bertambah dari waktu ke waktu,” ujarnya.

Hingga kemarin (10/6/2020), TMA (Tinggi Muka Air) Waduk Duriangkang tercatat mengalami penurunan sekitar 3,5 meter dari batas normal.

Bendungan Duriangkang terletak di Desa Bagan, Kecamatan Seibeduk Pulau Batam. Bendungan ini merupakan bendungan muara sungai (estuary dam) pertama di Indonesia. Air waduk Duriangkang berasal dari sungai-sungai kecil yang berada di sekeliling waduk serta air hujan.

Berdasarkan laporan inspeksi besar dan evaluasi keamanan bendungan pada 2014 diketahui luas genangan waduk pada ketinggian air 7,5 meter mencapai 24,5 km2. Sementara luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Waduk Duriangkang sebesar 75.18 km2.(ak)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year