telkomsel halo

Pemain Video on Demand terapkan self regulatory untuk lindungi pelanggan

13:23:21 | 21 Jun 2018
Pemain Video on Demand terapkan self regulatory untuk lindungi pelanggan
JAKARTA (IndoTelko) - Perusahaan-perusahaan penyedia video-on-demand di Asia Tenggara sepakat menerapkan kode etik konten industri (self regulatory) untuk menjaga kepentingan pelanggan.

Para pemain yang sepakat menjalankan konsep self regulatory itu diantaranya ASTRO, dimsum, Fox+, HOOQ, iflix, Netflix, tonton, TVB dan The Walt Disney Company (Asia Tenggara).

Kode tersebut mengatur prinsip-prinsip untuk memastikan bahwa konten yang ditawarkan oleh platform-platform ini bersifat otentik, bebas dari ujaran kebencian, kejahatan kebencian, pornografi, dan bentuk-bentuk konten tidak pantas lainnya.

Para pemain juga berikrar untuk berupaya sebaik-baiknya untuk menyediakan fitur-fitur pengendalian atau mekanisme serupa lainnya yang memastikan bahwa konten yang disediakan sesuai dengan usia para anggota keluarga para pelanggan di ASEAN.

“Kami memiliki tujuan yang sama yaitu menempatkan kepentingan pelanggan sebagai inti dari layanan kami. Kode ini menunjukkan komitmen kami dalam memastikan bahwa setiap pelanggan bisa memilih tontonan yang tepat bagi mereka serta keluarga,” tulis pernyataan bersamanya, kemarin.

Gagasan ini pertama kali dibicarakan dalam dialog ASEAN Telecom Regulators Council yang diselenggarakan di Bangkok pada September 2017. Forum ini mempertemukan para pembuat kebijakan serta para pelaku industri agar mereka dapat berdiskusi untuk mencari solusi tingkat ASEAN. Perusahaan-perusahaan menegaskan nilai dari diskusi terbuka dan upaya kolaboratif seperti ini untuk mengatasi berbagai tantangan.

Inisiatif ini juga disambut baik dan didukung oleh Cable dan Satellite Broadcasting Association of Asia (CASBAA), sebuah asosiasi industri regional.

Perusahaan-perusahaan ini menantikan untuk bekerja sama dengan pemain lainnya di ranah SVOD di ASEAN dengan merujuk pada prinsip-prinsip di dalam Kode yang akan membedakan layanan-layanan resmi dari situs-situs bajakan.

“Ketika seorang pelanggan menyaksikan konten dari situs bajakan, selain membuyarkan bisnis yang sah, ketiadaan pengawasan terhadap konten juga berarti bahwa anak-anak di bawah umur akan sangat mudah terpapar konten berisi pornografi dan kekerasan,” ujar CEO of CASBAA Louis Boswell.(wn)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year