telkomsel halo

2013, Pertumbuhan Penjualan Produk Elektronik di Bawah Target

12:02:41 | 09 Jan 2014
2013, Pertumbuhan Penjualan Produk Elektronik di Bawah Target
Ilustrasi (Dok)
JAKARTA (IndoTelko) –  Penjualan produk elektronik  pada tahun lalu hanya sekitar Rp 38,5 triliun atau   naik 11%  dibanding 2012 sebesar Rp 34,7 triliun.
Realisasi tersebut dibawah target dari  Gabungan Perusahaan Elektronik (Gabel) yang mengharapkan adanya pertumbuhan penjualan sebesar 15%.  

Menurut Ketua Gabel Ali Soebroto Oentaryo perlambatan pertumbuhan penjualan terjadi sejak kuartal III tahun lalu. Salah satu pemicunya adalah pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS sebesar 20%. Hal itu menggerus pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga daya beli masyarakat terpukul.  

“Depresiasi rupiah membuat harga jual elektronik impor naik 20%. Harga elektronik lokal juga terdongkrak, karena biaya produksi membengkak sekitar 20%. Sebagian komponen elektronik masih diimpor dengan menggunakan dolar AS,” katanya.

Dijelaskannya, pabrikan elektronik tidak dapat langsung menaikkan harga jual sebesar kenaikan biaya produksi. Kenaikan harga dilakukan secara bertahap untuk menghindari kemerosotan penjualan. Tahap awal, kenaikan harga jual berkisar 2-3%, kemudian naik lagi 2-3%.  

Diingatkannya, krisis rupiah bisa memicu kebangkrutan industri elektronik. Hal ini bisa terjadi jika pabrikan menahan kenaikan harga jual demi menjaga pertumbuhan pasar. Selain menaikkan harga jual,  pabrikan menyiapkan langkah lain untuk menyiasati efek pelemahan kurs. Salah satunya dengan melansir produk model baru dengan harga baru. Namun, hal ini membutuhkan tambahan investasi.

Masih menurutnya, pada 2014  pertumbuhan penjualan tergantung pada kondisi makroekonomi nasional yang ditentukan kebijakan pemerintah. Pemerintah sudah merilis paket kebijakan ekonomi, termasuk untuk mengatasi defisit perdagangan.

Hal ini diharapkan dapat meredam pelemahan nilai tukar rupiah. Namun, kebijakan itu hingga kini belum membuahkan hasil. Buktinya, rupiah masih bertengger pada level Rp 12 ribu per dolar AS.  

Disarankannya, pemerintah tidak perlu lagi mengintervensi pergerakan rupiah. Sebab, setiap kebijakan yang mengintervensi rupiah akan menimbulkan ketidakseimbangan. Penguatan atau pelemahan rupiah sama-sama akan merugikan sektor bisnis.

Diperdiksinya, penjualan elektronik tahun ini bisa tumbuh 10%.Ini dengan catatan pertumbuhan ekonomi terjaga di atas 5%. Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5%, konsumsi elektronik masyarakat masih bisa meningkat.

Ketua Umum Federasi Asosiasi-asosiasi Industri Berbasis Telematika dan Elektronika (F-Gabel) Rahmat Gobel mengungkapkan, selain pelemahan rupiah, kenaikan tarif dasar listrik (TDL) membuat industri elektronik harus menaikkan harga pada 2014. Tahun lalu, harga produk elektronik naik berkisar 10-20%.

Sementara data Kemperin menunjukkan, ekspor produk elektronik sepanjang Januari-Oktober 2013 turun 11,51% menjadi US$ 7,21 miliar, dibandingkan periode 2012 sebesar US$ 8,14 miliar.

Ekspor elektronik kebanyakan dilakukan oleh perusahaan multinasional. Ekspor ditentukan oleh kebijakan perusahaan. Jadi, penurunan ekspor belum tentu dipicu oleh kondisi pasar.(ss)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year