telkomsel halo

Paradoks Marketing Telkom di Segmen Transportasi

06:59:42 | 01 Okt 2013
Paradoks Marketing Telkom di Segmen Transportasi
Muhammad Awaluddin (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) konsisten menerapkan strategi Paradoks Marketing untuk menggarap segmen korporasi.

Setidaknya itu bisa terlihat sejauh ini dari aksi Direktorat Enterprise and Business Services yang dikomandoi Muhammad Awaluddin.

Sebut saja program Indonesia Digital Society atau Indonesia digital ecosystem (Indico). Sedangkan yang terbaru aksi Telkom membangun sistem Teknologi Informasi (TI) untuk segmen transportasi, khususnya Kereta Api.

Telkom "bersedia" membangun pusat pemantauan tiket elektronik atau E-Ticketing Monitoring Center (EMC) yang akan memantau seluruh perangkat tiket di 67 stasiun KRL Commuter Line melalui anak usahanya PT Sigma Cipta Caraka atau TelkomSigma.

Jika dilihat “kesediaan” membangun tersebut tak bisa dilepaskan dari filosofi Paradoks Marketing yang dianut Telkom di bawah Direktur Utama Arief Yahya.

Paradoks Marketing adalah menjalankan pemasaran dengan konsep yang tak biasa karena konsumen telah berubah. Konsep pemikiran ini berasal dari  Arief Yahya dan dituangkan dalam buku dengan judul yang sama.

Langkah “bersedia” membangun dan berinvestasi di depan ini sudah banyak diterapkan Telkom. Misalnya, untuk pemerintah daerah membangun akses serat optik atau di sekolah rela memasang WiFi demi menguasai pasar masa depan.

Nah, di segmen transportasi ini Telkom sebenarnya tengah berupaya menancapkan kukunya. Lihat saja, Telkom bermain di solusi uang digital untuk tiket kereta api, pemanfaatan serat optic di jalur rel, dan lainnya.

Pola Bisnis
Direktur Enterprise and Business Services Telkom Muhammad Awaluddin mengungkapkan investasi pembangunan EMC sudah masuk  dengan pembangunan e-ticketing system yang juga dibangun oleh Telkomsigma.
 
“Tidak besar investasinya. Kita tidak mau bicara angka kalau sedang menolong," kilahnya  di Jakarta, Senin (30/9).

Presiden Direktur TelkomSigma Judi Achmadi menambahkan perseroan sebagai pembuat aplikasi dari kerjasama Telkom dan PT Kereta Api Indonesia (KAI).

"Ini polanya bagi hasil dari trafik. Managed service oleh Telkom," jelas Judi.

Dikatakannya, sistem yang didukung berbagai sumber daya dan perangkat elektronik serta proses pembangunan sistem yang responsif terhadap kebutuhan untuk meminimalisir antrian pada loket dan monitoring secara tersentralisasi yang juga didalamnya termasuk meminimalisir terhadap call in, web in serta walk in.

Direktur Utama Kereta Api Indonesia Ignasius Jonan mengakui pembangunana sistem tersebut seluruhnya merupakan inisiatif Telkom sebagai wujud sinergi sesama BUMN.

"KCJ mengatur dan melakukan eksekusi di lapangan. Kami melihat ini masalah komitmen, jika diserahkan ke pihak lain bisa tidak panjang. Telkom kalau sukses di KRL Jabodetabek, bisa implementasi di tempat lain," katanya.

Dijelaskannya dengan sistem yang dinamakan EMC, nantinya seluruh perangkat e-ticketing di 67 stasiun yang mengoperasikan 389 gate dan 270 titik penjualan akan dipantau dengan sistem teknologi informasi.

Direktur Utama KAI Commuter Jabodetabek Tri Handoyo mengatakan pembangunan sistem e-ticketing dimulai pada awal tahun ini.

Proyek tersebut dilanjutkan dengan pengoperasian tiket single dan multi-trip dengan sistem tarif progresif mulai 1 September 2013.
Sistem ticketing itu diharapkan dapat meningkatkan layanan bagi sekitar 550 ribu pengguna KRL di Jabodetabek. KRL sendiri ditargetkan mengangkut 1,2 juta penumpang per hari pada 2019.

Menurut Tri, sistem elektronis ini bisa meminimalir antrean pada loket dan monitoring secara tersentralisasi.

“Dulu penumpang yang keluar dan tidak mengembalikan tiket sebanyak 20 ribu penumpang, maka sejak diberlakukan Tarif Harian Berjaminan (THB) elektronis sudah tidak terjadi. Penurunan juga terjadi di beli di loker menjadi sebanyak 20%,” ungkapnya.

Jika dilihat, aksi Telkom untuk  menguasai terlebih dulu pasar TI angkutan massal sebagai langkah yang cerdik. Hal ini jika merujuk ke Singapura dan Hong Kong dimana uang digital awalnya marak digunakan di sektor ini, sebelum merambah ke segmen lain.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year