telkomsel halo

Bisnis telco cerah, Triasmitra tawarkan obligasi Rp700 miliar

16:38:32 | 01 Dec 2020
Bisnis telco cerah, Triasmitra tawarkan obligasi Rp700 miliar
JAKARTA (IndoTelko) - Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan perusahaan pendukung industri telekomunikasi untuk terus berinvestasi.

Salah satunya adalah PT Ketrosden Triasmitra, perusahaan yang sudah 26 tahun bergerak di bidang pembangunan, penjualan dan pemeliharaan jaringan telekomunikasi kabel fiber optik di Indonesia ini menawarkan obligasi sebesar Rp700 miliar untuk modal kerjanya.

Triasmitra pada Selasa (1/12) ini resmi meluncurkan penawaran umum Obligasi Ketrosden Triasmitra I Tahun 2020 dengan target emisi Rp 700 miliar.

Perseroan menawarkan 2 seri obligasi. Pertama obligasi Seri A bertenor 3 tahun dengan yield 6,15-7,15 persen per tahun dan Seri B bertenor 5 tahun dengan kisaran yield 6,5-7,5 persen per tahun. Obligasi tersebut memperoleh hasil pemeringkatan idAAAcg (Triple A; Corporate Guarantee) atas surat utang jangka panjang dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

Selain itu, yang menjadi kelebihan dari Obligasi Ketrosden Triasmitra I Tahun 2020 adalah adanya penanggungan penuh dari Credit Guarantee and Investment Facility (CGIF), trust fund milik Asian Development Bank secara tanpa syarat dan tidak dapat dibatalkan.

"Dengan adanya penanggungan penuh dari CGIF yang mencakup penjaminan pembayaran pokok dan bunga Obligasi ini, dana yang akan diinvestasikan calon investor untuk membeli Obligasi Ketrosden Triasmitra I Tahun 2020 akan lebih aman dan terlindungi”, kata  Direktur Utama Triasmitra Group Titus Dondi Patria dalam public expose yang diselenggarakan secara virtual .

Titus menjelaskan, dana hasil penerbitan obligasi tersebut akan digunakan perseroan untuk pengembangan bisnis selama 5 tahun ke depan.

Menurutnya Triasmitra memiliki 3 lini bisnis, yaitu pertama sebagai developer yang membangun jaringan kabel optik dan menjualnya ke operator telekomunikasi. Kedua, bisnis kontraktor yang membangun jaringan kabel optik milik pelanggan. Ketiga, bisnis manage service kabel optik milik pelanggan.

Selama 2020 ini, Titus menyebut lini bisnis pertama dan kedua Triasmitra terdampak pandemi Covid-19. Sebab, meskipun selama pandemi kebutuhan layanan telekomunikasi sangat tinggi, namun perusahaan-perusahaan telekomunikasi yang menjadi pelanggan Triasmitra banyak yang menahan rencana investasi kabel optik karena pertimbangan daya beli masyarakat yang minim.

'Sementara untuk bisnis manage service sudah kontrak jangka panjang, jadi revenue dari profil bisnis ini tidak terdampak sama sekali. Mudah-mudahan tahun depan setelah pandemi reda dan ekonomi sudah pulih, pelanggan kami bisa melanjutkan pembeliannya kembali," kata Titus.

Associate Director Investment Banking Indo Premier Sekuritas Eban S Banowo selaku underwriter penerbitan obligasi menjelaskan kliennya akan menggunakan dana tersebut untuk tiga hal. Sebesar 40% untuk melunasi pinjaman terkait proyek penggelaran jalur kabel fiber optik Jayabaya (Jakarta-Surabaya) dan Damai (Medan-Dumai). Kemudian porsi terbesar 50%  untuk membeli kapal yang digunakan untuk menggelar kabel optik bawah laut dan maintenance. Terakhir sisanya sebesar 10%  untuk modal kerja perusahaan dan anak perusahaan.

Direktur Keuangan Triasmitra Vidcy Octory menambahkan, di tengah kondisi ekonomi nasional yang terdampak pandemi dan pembatasan sosial, penawaran umum obligasi oleh Triasmitra yang didukung oleh CGIF ini diharapkan dapat memberikan momentum bagi sektor telekomunikasi dan penunjang infrastrukturnya di Indonesia.

"Kami di bisnis ini cukup lama. Dari tahun ke tahun kami butuh pendanaan. Biasanya kami mencari pembiayaan ke bank. Ke depan, sesuai arahan stakeholder kami mengambil momen ini untuk mencari pendanaan dari capital market di mana kita bertemu dengan CGIF yang memang sangat mendukung semakin banyak lagi perusahaan Asean menerbitkan bond. Jadi ini merupakan obligasi pertama bagi kami," jelas Vidcy.

Ia memperkirakan, sampai akhir tahun 2020, Triasmitra bisa memperoleh target pendapatan yang ditetapkan manajemen dengan 2 skenario.

"Skenario pertama revenue kami di angka Rp 350 miliar. Kemudian skenario optimisnya di angka Rp 450 miliar. Nah, tahun ini kami nilai sebagai tahunnya penundaan pendapatan. Karena di 2021, setelah ekonomi pulih pendapatan kami bisa Rp 500 miliar lebih," jelasnya.(gp)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year