telkomsel halo

Kolom Opini

Belajar dari Mas Elon

12:02:27 | 21 Nov 2020
Belajar dari Mas Elon
Mobil Kargo membawa roket Falcon 9 milik SpaceX
Nama pemilik perusahaan Tesla, Elon Musk, di akhir pekan ini kembali menghiasi sejumlah media massa.

Media memberitakan Elon Musk kini menduduki posisi orang terkaya ketiga di dunia veris Bloomberg Billionaires Index.

Tercatat bahwa angka kekayaan Mas Elon (Saya suka saja memanggil beliau dengan cara ini) bertambah US$7 miliar atau sekitar Rp99,4 triliun. Ini membuat total kekayaan Mas Elon sekitar US$123 miliar atau setara Rp 1700 triliun. Angka tersebut mengalahkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) RI. US$110 miliar(sekitar Rp 1.566 triliun).

Sebelumnya, di awal November, perusahaan Mas Elon, SpaceX juga membuat berita yang mengejutkan.

SpaceX telah rampung menguji coba kecepatan internet Starlink di beberapa wilayah Amerika Serikat.

Para pengguna merasakan kecepatan di atas 160 Mbps. Seorang pengguna di West Coast misalnya, mengaku mendapat kecepatan 161 Mbps.

Melansir dari Business Insider, Kamis (5/11), perusahaan pembuat aplikasi Speedtest, Ookla, menjelaskan bahwa kecepatan internet Starlink lebih kencang dari 95% koneksi internet lokal yang tersedia di Amerika Serikat.

Untuk berlangganan uji coba versi beta ini, pelanggan dikenakan tarif seharga US$99 atau sekitar Rp 1,4 juta per bulan. Sedangkan biaya awal pemasangan router WiFi dan perangkat antena lainnya, pelanggan harus membayar US$499 atau ekitar Rp 7,2 juta.

SpaceX mengklaim saat ini telah mengorbitkan sekitar 900 satelit Starlink. Ratusan satelit itulah yang memancarkan konektivitas internet ke antena penerima di permukaan Bumi.

Elon Musk telah mempromosikan keandalan internet cepat Starlink kepada FCC. Bahkan, SpaceX telah mengajukan pertemuan antara perusahaan dan FCC.

Kepada FCC, SpaceX melaporkan sudah ada 300 satelit yang sukses dioperasikan tanpa ada kegagalan. Kendati demikian, ada juga satelit yang gagal ketika diuji.

The Next Global Internet
Melihat hasil beta testing Starlink dari Elon Musk membuat saya penasaran, kagum dan semakin merasa banyak yang harus dilakukan oleh pemain telekomunikasi agar bisa menjadi Digital Telco.

Elon Musk telah mengajari kita mengenai the next global Internet yang mungkin akan menjadi "Main disrupter telco" tentunya legacy maupun common telco dan broadband Interner provider pada umumnya.

Bagi pemain telekomunikasi yang memanfaatkan roket SpaceX untuk meluncurkan satelit merasa diuntungkan karena lebih murah. Tetapi tanpa disadari, SpaceX telah dibantu secara tidak langsung untuk terus meluncurkan low orbit micro satelite.

Dari sisi operator ini jelas berbeda dengan legacy infrastruktur yang digunakan saat ini, Mas Elon ini tentunya tidak hanya mengoperasikan, Starlink ini adalah konstelasi Satelit yg ibaratnya seperti BTS Selular namun berada di luar angkasa, dan yang membuatnya adalah divisi satelit SpaceX yang juga memproduksi satelit baik utk komersial maupun militer, dari versi awal sampai dengan yang public beta ini berbagai macam sudah diluncurkan dan ada juga yang sudah kembali ke bumi.

Namun jelas terlihat betapa agile dan own capabilities SpaceX bisa mewujudkan hal tersebut. Bisa meluncurkan satelit bolak-balik sebulan sekali mungkin jadi suatu hal luxury untuk operator satelit kelas kakap sekalipun.

Buat Mas Elon hal ini jadi suatu advantadge karena dia bisa “menitipkan” di setiap peluncuran Rocket SpaceX mengingat satelitnya micro dimana sekali angkut dan peluncuran bisa banyak yang dikirim ke angkasa.

Selain itu ada juga inovasi membuat energy supply dari teknologi baterai. Mas Elon juga getol bikin mobil listrik Tesla yang kemarin ngetop gara-gara dikirim ke Planet Mars dengan BFR-nya SpaceX, sampai panel surya juga dikerjakan oleh group nya. Pabriknya Solar city ini juga membuat atap rumah jadi pembangkit listrik yg bisa untuk nyetrum mobil dan tentunya untuk mengidupkan Internet.

Terlihat grup usaha Mas Elon ini kompak dan masing-masing tahu bagian pekerjaannya. Sepertinya Objective Key Result (OKR) lurus terbagi habis di dalam grupnya, bahkan mungkin sampai penugasan individunya.

Balik lagi ke Starlink, sebagai pengguna public beta, penguna mendapatkan satu box paket kit utk terhubung ke Internet. Sudah seperti produk Apple saja, produk ini hanya diberikan satu lembar installation guide.

Isinya Smart Antena, Router Sekaligus akses point, adaptor power supply dan kabel yang cukup panjang serta bracket untuk memasang Antena.

Tentunya produk-produk ini juga didesign dan dibangun oleh Mas Elon dari SpaceX dan groupnya. Tidak lupa juga smart apps yang super simple untuk membantu pengguna melakukan instalasi mandiri, dimana sebelumnya untuk melakukan hal ini  membutuhkan teknisi terlatih.

Terlihat Mas Elon ini perhatian banget dengan experience pelanggan. Coba bayangkan, beli paket Internet dari BukaLapak atau marketplce order pagi hari, sore hari bisa diterima oleh pelanggan.

Tinggal unbox, colokin Access Point  ke Antena, taruh Antena di luar rumah, colokin adaptor ke listrik.

Pakai apps-nya utk membantu kasih saran peletakan antena, terus tinggalin saja, karena antena parabola kecilnya ternyata smart dan bisa nyari satelitnya otomatis. Dan pelanggan siap ber-Internet ria.

Benar-benar konsepnya digital, provisioning mudah, nggak ribet harus kirim orang, delivery juga pakai network logistik yang common. Kualitas akses tidak kalah dengan fixed broadband dimana latency 30-40ms.

Sebagai praktisi di industri telekomunikasi, saya merasakan Mas Elon ini sedang mengajari kita tentang Digital Telco.

Hal yang saya bayangkan suatu saat nanti, teknologi legacy jadi terlihat usang, dan aset infrastruktur bisa saja menjadi puso, mulai dari kabel laut, home passed fiber, BTS dan banyak lagi yang saat ini dibutuhkan oleh Internet Broadband Provider jadi tak bernilai.

Mas Elon telah meredefinisi Global Internet. Bertahan dengan regulasi dan menahan supaya satelit Starlink tidak melintas itu mungkin jadi opsi, namun membendung datangnya teknologi bukanlah suatu hal yang mudah bila experience dan kenyamanan pengguna tidak bisa kita lawan dengan layanan yang setara.

Membangun kekuatan dan kapabilitas seperti yang diajarkan Mas Elon ini jadi keniscayaan. Banyak contoh raksasa itu lebih rentan dijatuhkan dibandingkan dengan yang lincah dan adaptif terhadap perubahan.

Terima kasih mas Elon untuk pelajarannya, Anda layak dan hampir setara dengan Maha Guru Transformasi Digital yang namanya Covid 19.(*)

Ditulis oleh Ery Punta Hendraswara, Praktisi di Industri Telekomunikasi

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year