telkomsel halo

Kolom Opini

Membaca masa depan AI dari Saint Petersburg

14:08:36 | 24 Jun 2025
Membaca masa depan AI dari Saint Petersburg
Dr. Sri Safitri
“Bahaya terbesar dari kecerdasan buatan bukan pada teknologinya, tetapi pada ilusi bahwa kita telah memahaminya.”
Eliezer Yudkowsky

Pada 16 Juni 2025, saya mendapat kehormatan mewakili Indonesia dalam forum ilmiah strategis AI Horizons 2035 di Saint Petersburg, Rusia — sebuah pertemuan tertutup yang mempertemukan lebih dari 50 ilmuwan dari negara-negara BRICS+ untuk membicarakan arah pengembangan kecerdasan buatan (AI) satu dekade ke depan.

Bersama Prof. Hammam Riza (Presiden KORIKA) dan Prof. Suyanto (Rektor Telkom University), kami membawa semangat Indonesia yang tidak ingin hanya menjadi pengguna AI, tetapi juga turut membentuk arah dan nilai yang mendasari kemajuan teknologi ini.

Membaca masa depan AI dari Saint Petersburg

Forum ini bukan sekadar membahas kemajuan teknis, tetapi menggali makna sosial, etis, dan strategis dari AI terhadap masa depan umat manusia. Salah satu hasil penting dari forum ini adalah perumusan sepuluh pilar utama riset dan pengembangan AI global.

Saya meyakini, memahami dan mengadopsi sepuluh pilar ini secara cerdas adalah kunci agar Indonesia tidak tertinggal — atau bahkan bisa memimpin.

Sepuluh Pilar Strategis AI Dunia
1. Algoritma dan Arsitektur Pembelajaran Mesin
AI ke depan akan semakin mengandalkan algoritma adaptif dan efisien energi. Federated learning menjadi andalan agar AI tetap bisa berjalan meskipun data tidak terpusat. Ini sangat relevan untuk Indonesia, terutama dalam layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan digital di wilayah 3T.

2. Komputasi Masa Depan untuk AI
Riset mendorong komputasi kuantum, fotonik, dan neuromorfik. Namun bagi Indonesia, edge computing dan AI terintegrasi dalam perangkat lokal seperti IoT, sensor pertanian dan maritim menjadi prioritas untuk mendorong pemerataan manfaat teknologi.

3. Data untuk AI
Pilar ini menekankan pentingnya data yang aman, berkualitas, dan representatif. Dengan adanya UU PDP, kita harus mendorong pengembangan AI yang etis—terutama di sektor keuangan, kesehatan, dan pelayanan publik.

4. Model Foundation dan Generatif
Model besar seperti LLM (ChatGPT), diffusion models dan multimodal AI kini mendominasi riset global. Kita perlu membangun model generatif lokal yang memahami konteks bahasa daerah dan budaya nusantara untuk kebutuhan edukasi, pelayanan publik, dan UMKM.

5. Keamanan, Kepercayaan, dan Explainability
Keamanan dan transparansi algoritma menjadi keharusan. AI tidak boleh menjadi “kotak hitam”. Sistem rekrutmen, skoring kredit, hingga mitigasi penipuan harus bisa diaudit dan dijelaskan dengan logis dan adil.

6. Narrow AI untuk Solusi Spesifik
AI yang dirancang untuk tugas-tugas spesifik seperti deteksi penyakit, sistem rekomendasi, atau pengawasan lalu lintas akan sangat bermanfaat. Sektor pertanian presisi, smart fisheries, dan mitigasi bencana adalah ladang aplikatif yang sangat relevan untuk Indonesia.

7. Sistem Agen dan Pengambilan Keputusan
AI yang mampu berperilaku sebagai agen cerdas—misalnya drone kolaboratif atau kendaraan otonom—akan mengubah lanskap logistik, transportasi, dan pengawasan maritim. Ini peluang besar bagi Indonesia sebagai negara kepulauan.

8. Menuju AGI (Artificial General Intelligence)
Topik ini menyentuh pembelajaran sepanjang hayat, embodied AI, dan pemodelan kesadaran. Telkom University dan BRIN punya potensi besar menjadi pionir riset neuro-AI dan kognisi buatan di Indonesia.

9. Interaksi Manusia-Mesin
AI tidak lagi sekadar chatbot atau interface visual. Integrasi otak-komputer, antarmuka multimodal, hingga aplikasi pendukung disabilitas menjadi fokus global. Indonesia harus menyiapkan SDM dan regulasi untuk menjawab tantangan ini.

10. AI dan Masyarakat
Pilar ini mengingatkan kita: AI akan mengubah struktur kerja, pendidikan, dan nilai sosial. Literasi digital, inklusi masyarakat sipil, serta etika digital harus menjadi bagian dari agenda nasional transformasi digital.

Membaca masa depan AI dari Saint Petersburg

Kita Tidak Boleh Terlambat
Eliezer Yudkowsky mengingatkan, bahaya terbesar AI adalah kesombongan manusia yang merasa sudah memahaminya terlalu dini. Forum AI Horizons menunjukkan bahwa dunia sedang membangun fondasi baru peradaban — dan Indonesia sudah mulai mengambil bagian.

Namun partisipasi saja tidak cukup. Kita butuh keberanian politik, kepemimpinan strategis, dan sinergi nyata antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat sipil. AI bukan sekadar alat, melainkan ekosistem yang akan menentukan masa depan pekerjaan, keadilan sosial, bahkan kedaulatan bangsa.

Masa Depan Tidak Menunggu
Melalui KORIKA, kami berkomitmen membangun jembatan kolaborasi nasional dan internasional dalam riset serta inovasi AI. Bukan sekadar mengikuti tren global, tapi turut menetapkan standar dan nilai.

Karena AI tidak akan menunggu siapa yang siap. Maka kita harus berani memilih: menjadi pengguna pasif, atau menjadi penentu arah.

Indonesia bisa memimpin — jika kita bersatu dan bergerak sekarang.

GCG BUMN
Ditulis oleh Dr. Sri Safitri Sekretaris Jenderal Partnership Kolaborasi, Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisia (KORIKA)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories