JAKARTA (IndoTelko) — IFG Life mendorong masyarakat Indonesia memperkuat financial wellness menjelang 2026 di tengah tantangan ekonomi dan tekanan daya beli yang masih berlangsung.
Memasuki 2026, masyarakat Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan ekonomi, termasuk fluktuasi biaya hidup. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2025 mengalami perlambatan dibandingkan periode sebelumnya, dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga yang cenderung stagnan dalam beberapa tahun terakhir, mencerminkan daya beli masyarakat yang masih tertekan.
Di sisi lain, indeks literasi keuangan nasional tercatat sebesar 66,46%, sementara tingkat inklusi keuangan mencapai 80,51%. Data tersebut menunjukkan masih terdapat sebagian masyarakat yang belum sepenuhnya siap secara finansial, khususnya dalam aspek proteksi, perencanaan, dan pengelolaan risiko.
Direktur Bisnis Individu IFG Life, Fabiola Noralita, mengatakan bahwa pengelolaan keuangan tidak cukup hanya dengan menabung atau menekan pengeluaran.
“Mengelola keuangan bukan hanya soal menabung atau menekan pengeluaran, tetapi bagaimana kita membangun financial wellness yang utuh. Mulai dari proteksi, pengelolaan risiko, hingga kebiasaan finansial yang sehat dan berkelanjutan,” tegasnya.
Sebagai bagian dari Indonesia Financial Group (IFG), holding BUMN di bidang asuransi, penjaminan, dan investasi, IFG Life berkomitmen menghadirkan perlindungan yang komprehensif, modern, dan mudah diakses. Komitmen tersebut juga dibarengi dengan upaya mendorong literasi risiko dan perencanaan jangka panjang agar masyarakat lebih siap menghadapi dinamika ekonomi.
IFG Life memaparkan lima langkah financial wellness yang dapat diterapkan masyarakat menjelang 2026. Langkah pertama adalah melakukan evaluasi kondisi keuangan sepanjang 2025 dengan meninjau pendapatan, pengeluaran, utang, tabungan, serta pola konsumsi secara menyeluruh. Evaluasi ini membantu masyarakat memahami ruang penghematan dan potensi alokasi dana untuk tabungan maupun investasi.
Langkah kedua adalah menetapkan skala prioritas dan target finansial yang realistis untuk 2026, termasuk kebutuhan besar seperti pendidikan anak, renovasi rumah, pembentukan dana darurat, atau rencana liburan. Penetapan target yang jelas dinilai dapat membantu penyusunan anggaran yang lebih terarah.
Selanjutnya, masyarakat juga perlu memahami berbagai potensi risiko yang dapat memengaruhi kondisi keuangan, baik yang bersifat eksternal seperti inflasi, maupun internal seperti perubahan penghasilan atau kebutuhan mendadak keluarga. Strategi mitigasi, seperti menyiapkan dana darurat atau menyesuaikan alokasi keuangan, menjadi bagian penting dalam menjaga ketahanan finansial.
Pada tahap berikutnya, IFG Life menekankan pentingnya melengkapi perencanaan keuangan dengan proteksi asuransi yang memadai. Dalam kondisi ekonomi yang fluktuatif, risiko sakit, kecelakaan, atau kehilangan penghasilan dapat berdampak besar terhadap stabilitas keuangan keluarga.
Dalam konteks ini, IFG Life menilai proteksi perlu menjadi prioritas sebelum mengejar investasi agresif. Produk asuransi jiwa dan kesehatan, termasuk perlindungan penyakit kritis, dinilai dapat menjadi “sabuk pengaman” dalam perencanaan keuangan jangka panjang. “Kami percaya semua keluarga berhak mendapatkan perlindungan yang layak. IFG Life berkomitmen menghadirkan perlindungan yang komprehensif dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat, agar setiap keluarga bisa mengakses proteksi dengan mudah,” kata Fabiola.
Langkah terakhir yang disoroti adalah membangun kebiasaan mencatat keuangan secara konsisten. Pencatatan pengeluaran harian dan evaluasi rutin dinilai dapat membantu menjaga disiplin keuangan serta memastikan alokasi dana untuk proteksi, tabungan, dan kebutuhan utama tetap terjaga.(ak)