Mavenir bidik pasar jaringan 5G di Indonesia

SVP Head of Sales APAC Mavenir Sam Saba

SINGAPURA (IndoTelko) - Mavenir membidik pasar operator di Indonesia dengan menawarkan portofolio jaringan seluler lengkap berbasis 100% perangkat lunak guna membuka jalan bagi adopsi layanan 5G yang terjangkau.

"Kami sudah memiliki bisnis di Indonesia yakni untuk Instant Messaging dengan salah satu operator. Tetapi untuk modernisasi jaringan berbasis cloud belum ada, kita sedang jajaki kerjasama," ungkap SVP Head of Sales APAC Mavenir Sam Saba kala temu media di Singapura, Selasa (10/9).

Diungkapkannya, Mavenir menawarkan melakukan virtualisasi jaringan inti (core network) dan fungsi Access atau Radio Access Network (RAN) untuk menghadirkan solusi ke pasar yang memenuhi standar 5G.

Pelanggan dari Mavenir belum lama ini di Asia salah satunya Rakuten Inc.

"Kami menawarkan ke operator investasi yang jauh lebih murah dibandingkan vendor yang ada dalam modernisasi core network dan RAN untuk menghadapi 5G. Jika menggunakan solusi dari Mavenir, penggelaran radio access bisa lebih cepat," katanya.

Menurutnya, solusi yang ditawarkan Mavenir akan menjadi jawaban bagi operator menghadapi dilema "efek gunting" dari layanan data yang belum terpecahkan hingga di era 4G.

"Operator menghadapi tekanan dari terus tingginya trafik data dan makin banyaknya perangkat terhubung dengan internet. Di sisi lain pendapatan per pelanggan terus turun. Teknologi yang kami tawarkan bisa memecahkan persoalan operator dari dilema ini," tukasnya.

Dijelaskannya, pendekatan yang dilakukan Mavenir berfokus pada mendefinisikan kembali nilai ekonomi membangun jaringan seluler melalui solusi perangkat lunak yang agnostik dengan perangkat keras, sehingga mengurangi biaya membangun jaringan inti dari 5G.

Mavenir mampu menyederhanakan kompleksitas operasional dengan mendukung antarmuka terbuka dan penyebaran perangkat keras, serta membuat operator tak tergantung dengan solusi eksklusif yang mahal dari vendor tradisional.

Mavenir juga memungkinkan operator untuk beralih ke kerangka kerja layanan mikro yang memungkinkan fungsi jaringan direkayasa menjadi layanan independen yang lebih kecil yang tidak bergantung pada bahasa pengkodean khusus atau sistem kepemilikan.

"Kami mengubah hubungan bisnis dalam membangun jaringan dimana tadinya vendor-operator menjadi kolaborasi menghadapi masalah yang dihadapi di lapangan. Kita bisa menyesuaikan arsitektur dan inti jaringan dengan kebutuhan dari pasar," pungkasnya.(dn)