telkomsel halo

Indonesia Simpan Potensi Big Data

12:00:26 | 17 Feb 2014
Indonesia Simpan Potensi Big Data
Ilustrasi (Dok)
JAKARTA (IndoTelko) - Indonesia menyimpan potensi lonjakan big data tertinggi di kawasan Asia Tenggara berkat dukungan kondisi geografis, populasi, dan tingginya pengguna sosial media di Indonesia tahun ini.

Big data merupakan kenaikan volume, kecepatan, dan variasi data secara signifikan, akibat naiknya adopsi internet Tren ini membutuhkan jaringan dan akses yang memadai, atau bandwidth internet yang besar baik secara fixed maupun mobile.

Pasar korporasi diprediksi akan mengadopsi lebih cepat tren Big Data dengan pertumbuhan hingga 70% pada 2014. Tingginya adopsi tersebut menjadikan belanja teknologi informasi (IT) untuk tren ini naik hingga 60,4%. Tahun ini belanja IT Indonesia diestimasi mencapai US$ 16,4 miliar.

Direktur CTI Group Rachmat Gunawan memprediksi tren lonjakan big data di dunia pada periode 2011-2020 akan mencapai 40 kali lipat. Sebanyak 90% dari total data yang ada saat ini tercipta dalam tempo dua tahun saja di periode 2009-2011. Sisanya tercipta sebelum 2009.

Menuruntya,  Big Data menjadi isu penting bagi korporasi, mengingat adopsinya dapat menjadi basis bagi perusahaan untuk pengambilan keputusan strategis. Sayangnya, adopsi big data pada korporasi di Indonesia belum besar. Adopsi ini terkendala oleh korporasi yang masih mengandalkan data internal untuk menganalisis data dan rendahnya infrastruktur telekomunikasi.

Praktik yang terjadi selama ini di Indonesia banyak korporasi sudah mengetahui tren big data. Namun kebanyakan hanya memanfaatkan data internal untuk menganalisis data dibandingkan analisis data tidak terstruktur (big data). Padahal dari 100% data beredar, 90% data merupakan data tidak terstruktur (big data), sedangkan 10% adalah data terstruktur.  

"Untuk adopsi big data, teknologi dan investasinya berbeda, tergantung kompleksitas data yang dianalisis. Investasi infrastrukturnya tidak mahal, justru yang mahal adalah analisisnya. Di sisi lain, akses internet di Indonesia sangat kecil bandwidth. Padahal internet menjadi tulang punggung analisis big data," katanya.
 
Managing Director PT EMC Information Systems Adi Rusli mengakui pentingnya koneksi internet dan infrastrukturnya dalam melakukan analisis big data. "Harga jual storage  dulu dan sekarang jauh berbeda. Pada tahun 80-an, storage dengan kapasitas Terabit/TB dijual US$ 14 juta. Saat ini storage 1 TB dijual sekitar satu juta rupiah. Adanya paradoks dan kapasitas, big data akan tumbuh di luar perkiraan kita,"pungkasnya.(ak)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year