telkomsel halo

BYOD Picu Kebocoran Data Korporasi

11:29:37 | 30 Apr 2013
BYOD Picu Kebocoran Data Korporasi
Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – Tren  Bring Your Own Devices (BYOD) ternyata bisa berubah menjadi bring you own danger atau mendatangkan bahaya bagi korporasi.

Pasalnya, potensi kebocoran data perseroan lumayan tinggi jika BYOD diterapkan tanpa dukungan system kemananan yang kuat.

"Salah satu pemicu serangan ke jaringan perusahaan berasal dari tren  BYOD yang  menyebarkan malware ke sistem perusahaan," ungkap Technical Consulting Manager Trend Micro Incorporated, Yudi Arijanto, di Jakarta, kemarin.

Diungkapkannya, kebocoran data melalui BYOD masuk melalui sistem teknologi cloud computing di perusahaan tersebut. Pemicu serangan bisa datang dari smartphone, komputer tablet, dan notebook untuk BYOD. Apabila sistem operasi tidak didukung penuh oleh vendor, penggunaan BYOD akan meninggalkan celah bagi hacker untuk memasukkan virus.

Trend Micro saat ini menawarkan solusi bagi korporasi untuk meminimalisir ancaman kebocoran data melalui tren BYOD, yakni solusi Smart Protection Strategy, Trend Micro Enterprise Security dan Data Protection. Solusi ini diminati perusahaan di sektor telekomunikasi, pertambangan, dan perbankan. Harga solusi ini berkisar di atas US$ 10 ribu.

Secara terpisah, Enterprise Group Director HP Indonesia Hengkie Kastono memperkirakan adopsi  BYOD masih rendah di Indonesia, yakni di bawah 10%.

Pasalnya,  sistem jaringan perusahaan di Indonesia masih tradisional. Infrastruktur yang ada saat ini masih menggunakan dua aplikasi jaringan dan pengelolaan berbeda untuk konektivitas wired dan wireless yang mengakibatkan munculnya kerumitan operasional.

Sedangkan Head of Public Relation Intel Indonesia Dhyoti Roro Rasmi Basuki menyakini pola kerja telecommuting yang  memungkinkan orang  bisa bekerja dari mana pun secara online, tanpa harus ke kantor akan menjadi tren di Indonesia.

Di kebanyakan negara berkembang, telecommuting menjadi tren baru di dunia kerja. Menurut survei yang dilakukan Ipsos (lembaga penelitian) di berbagai negara, pekerja yang sudah mengaplikasikan telecommuting di Timur Tengah dan Afrika berkisar 27 persen, Amerika Latin (25 persen), Asia Pasifik (24 persen), dan Eropa (9 persen).

“Sementara di Indonesia sendiri, dengan jumlah pekerja hingga 34 persen, telah berkembang menjadi negara kedua terbesar setelah India (56 persen) dalam hal telecommuting,” katanya.

Menggunakan asumsi hasil survei tersebut,  terdapat 3 dari 10 pekerja dari seluruh dunia sepakat memilih untuk bekerja secara online ketimbang mengutamakan kehadiran fisik di kantor atau di kantor klien. "Tingginya minat masyarakat terhadap kultur bekerja online ini tidak hanya bisa mengurangi tingkat stres yang dialami, tetapi juga membantu terciptanya work-life balance,” katanya.(ss)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year