telkomsel halo

Duuh, Belanja Iklan TV Turun 26,7% di 2015

10:16:19 | 05 Jan 2016
Duuh, Belanja Iklan TV Turun 26,7% di 2015
Grafik Iklan TV 2015 (Adstensity)
JAKARTA (IndoTelko) – Belanja iklan di televisi mengalami penurunan sepanjang 2015 karena perlambatan ekonomi.

Dari data Adstensity 2015 bisa dipastikan belanja iklan TV tahun lalu mengalami penurunan. Pada 2014 lalu pendapatan iklan TV menembus Rp 99 Triliun. Namun tahun 2015 hanya mencapai Rp 72,5 triliun. Artinya belanja iklan TV 2015 terjadi penurunan sebesar 26,7% dibanding tahun lalu.

Pendapatan iklan TV ini jauh meleset dari yang ditargetkan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI). PPPI memprediksikan belanja iklan TV nasional untuk tahun 2015 mencapai Rp 113,5 triliun. Dengan data riil 2015, target belanja iklan TV hanya tercapai 63,8%.

“Penyebab dari penurunan belanja iklan bisa jadi karena memburuknya kurs tukar rupiah terhadap dolar Amerika pada 2015 lalu. Akibatnya, sebagian besar industri terpaksa menghemat belanja iklan mereka. Hal ini nampak pada industri otomotif yang paling terpengaruh dengan situasi ini. Sebaliknya kondisi itu tak berlaku pada industri eCommerce/digital business (online store) yang justru mencuat pada 2015,” kata CEO Sigi Kaca Pariwara A. Sapto Anggoro, dalam keterangan tertulisnya, kemarin.

Diungkapkannya, sebagai industri yang relatif baru berkembang, eCommerce masuk dalam 10 Top Industri 2015. Total belanja iklan eCommerce mencapai Rp 1.792.654 triliun atau berkontribusi sebesar 2,47% terhadap total belanja iklan TV 2015.

Sedangkan industri otomotif ada di peringkat 10 dengan total belanja iklan Rp 1.774.396 triliun atau hanya menyumbang 2,45%. Di luar itu, industri-industri yang terlanjur mapan seperti Beverage, Personal Care, dan Refined Food masih merajai penyumbang belanja iklan TV terbesar di Indonesia.

Merek
Meski terjadi perlambatan ekonomi, nyatanya sepanjang 2015, masih saja ada pemilik brand yang royal melakukan belanja iklan terutama dari industri rokok.

Sebut saja misalnya Djarum yang pada tahun ini belanja iklannya menembus angka Rp 1,216 triliun atau berkontribusi 1,68% terhadap total belanja iklan TV 2015. Tak kalah dengan Djarum, Sampoerna, melakukan belanja iklan sampai dengan Rp 977.289 miliar atau menyumbang 1,35% dari total pendapatan TV.

Dari daftar 10 brand paling royal di 2015, ada brand-brand baru yang mencuat justru di saat ekonomi Indonesia melemah yakni Tokopedia di posisi 7 dan Traveloka di posisi ke-9.

Belanja iklan Tokopedia mencapai Rp 674.716 miliar dan Traveloka Rp 631.020 miliar. Perlu diketahui dua brand tadi baru popular belakangan ini. Berbeda halnya dengan brand-brand  lama  yang ramah dalam ingatan seperti Pepsodent, Lifebuoy, Frisian Flag, Indomie atau Mie Sedaap.

Pemain
RCTI menjadi stasiun TV yang paling banyak menerima aliran duit belanja iklan sebesar Rp 11.130 triliun atau rata-rata pendapatan per bulan Rp 927.559 miliar.

Saingan terdekat masih SCTV dengan perolehan kue iklan Rp 9.669 triliun  atau rata-rata per bulan Rp 805.795 miliar. Terbesar ketiga MNC TV dengan perolehan Rp 8.682 triliun atau rerata sebulan Rp 723.527 miliar. Seperti biasa TVRI menempati peringkat paling buncit dengan raihan Rp 53.072 miliar  atau sebulan hanya meraih Rp 4.222 miliar.

Dilihat dari grup media MNC Group  (RCTI, Global TV, dan MNC TV) masih nangkring di peringkat pertama dengan market share 35,61%. Saingan terdekat adalah SCM  (SCTV dan Indosiar) sebesar 23,89%, Grup Viva (Tv One dan ANTV) mencapai 17,01% dan Grup Transcorp (TransTv dan Trans7) 15,17%.

Dari data ini nampak bahwa perolehan MNC Grup terpaut 11,73% dengan SCM, namun jika ditelisik rata-rata kontribusi masing-masing TV di grup MNC hanya tembus 11,87% sementara rerata kontribusi TV di grup SCM menembus 11,94%.

Perlu diketahui bahwa angka-angka di atas diperoleh Adstensity berdasarkan rekaman semua iklan tvc di 13 stasiun tv nasioanl yakni RCTI, SCTV, Indosiar, MNC TV,TransTV, Trans7, Global TV, MetroTV, TV One, ANTV, KompasTV, Net TV, dan TVRI.

GCG BUMN
Adstensity mencatat volume iklan dan harga iklan sesuai dengan data yang dipublikasikan (publish rate), sehingga nilai yang tercatat adalah nilai bruto.(ak)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories