OTT Asing diharapkan dukung industri penyiaran lokal

JAKARTA (IndoTelko) Kementrian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menegaskan bahwa kehadiran platform over-the-top (OTT) asing di pasar Indonesia tidak boleh mengancam keberlanjutan industri penyiaran dalam negeri.

Hal itu ditegaskan Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid calam pertemuan dengan Presiden MPA Asia Pasifik, Meutya meminta OTT lebih aktif mendukung produksi lokal dan turut membiayai ekosistem penyiaran sebagai bagian dari kedaulatan digital Indonesia.

Meutya menekankan pentingnya pemberdayaan industri penyiaran. “Kami juga ingin Anda memberdayakan industri penyiaran,” ujarnya.

Ia menambahkan, industri penyiaran tetap memegang peran penting dalam menjangkau masyarakat di seluruh pelosok Indonesia, termasuk wilayah-wilayah yang belum terjangkau koneksi internet.

Namun, di tengah tantangan beban investasi dan biaya operasional yang tinggi, masyarakat semakin bergeser ke konten digital melalui OTT.

Meutya menegaskan perlunya kondisi yang setara antara industri penyiaran dan platform OTT.

“Kami ingin OTT membantu dan memberdayakan produksi lokal, bukan justru menggerus industri penyiaran nasional,” tegasnya.

Menanggapi hal tersebut, Presiden dan Managing Director MPA Asia Pasifik Mila Venugopalan, menyambut positif dan menawarkan berbagi praktik terbaik dari berbagai negara, termasuk Australia, di mana penyiar lokal didorong untuk efisien dan tidak dibebani deregulasi yang berlebihan.

Ia menyampaikan bahwa konten lokal, seperti film dan acara televisi, yang diproduksi di Indonesia, sudah dikonsumsi oleh lebih dari 200 juta pengguna internet di Indonesia, yang merupakan populasi internet terbesar keempat di dunia.

MPA menyatakan komitmen untuk berinvestasi dalam pengembangan bakat lokal dan cerita Indonesia. Mereka juga mengapresiasi langkah pemerintah dalam memblokir situs pembajakan sebagai upaya perlindungan konten digital.

“Kolaborasi yang terus dilakukan antara pemerintah dan platform OTT sangat penting untuk mendukung industri penyiaran nasional,” ujar Mila.(ak)