telkomsel halo

BYOD, Antara Tantangan dan Peluang

12:46:06 | 16 May 2013
BYOD, Antara Tantangan dan Peluang
Seremoni Diskusi BYOD yang digagas ICF-IndoTelko (DOK)
JAKARTA (Indotelko) – Berkembangnya teknologi mobile dan cloud computing disertai tren pekerja profesional yang mulai membawa perangkat mereka sendiri untuk bekerja dan mengakses aplikasi kantor telah mendorong tren Bring Your Own Device (BYOD) di Indonesia.

Fenomena BYOD sendiri bukan hal yang baru di Indonesia, tren ini mulai menggeliat sejak 2009 lalu dan terus tumbuh hingga saat ini dimana karyawan dan perusahaan mulai merasakan keuntungan signifikan dengan memiliki akses ke email kantor dari perangkat pribadi mereka, seperti smartphone dan tablet PC.

Dua tahun lagi diperkirakan, satu pekerja akan memiliki lebih dari tiga perangkat yang terhubung, meningkat cukup signifikan dari rata-rata 2,8 perangkat di 2013 ini. Di sisi lain, inisiatif mobilitas akan mengambil porsi 20% di tahun tersebut dibandingkan dengan 17% di tahun 2013, dimana peningkatan anggaran kemungkinan besar dialokasikan untuk kebijakan BYOD.

"Tren ini akan sangat berdampak untuk kelangsungan usaha di dunia maupun di Tanah Air khususnya, baik dari sisi penyediaan perangkatnya, layanan jaringan akses baik korporat maupun konsumernya hingga aplikasi dan konten yang merupakan konsekuensi daripada adanya tren BYOD ini," jelas Teguh Prasetya, Pendiri Indonesian Cloud Forum dalam seminar 'Ready or Not, BYOD is Here' di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Kamis 16 Mei 2013.

Menurutnnya, tren BYOD juga diproyeksi lebih cepat lagi semakin meluasnya adopsi layanan cloud publik maupun private di Indonesia, sehingga sangat dibutuhkan pembahasan yang komprehensif bagi pelaku usaha guna mengantisipasi dalam penerapan BYOD di lapangan, semisal end-to-end security, back-end support, single sign-on authentication, hingga seamless integration dengan multiple device tersebut.

"Para pekerja yang menggunakan perangkat bergerak untuk sarana bekerja diprediksi mencapai 1,2 miliar di tahun 2013 ini dan merepresentasikan sekitar 35% dari seluruh pekerja di seluruh dunia," kata Teguh.

Ekosistem
Director Marketing & Sales Telkomsigma Otto B Hantoro menambahkan, hal yang membuat BYOD  bisa berkembang adalah matangnya ekosistem digital di satu negara.

"Digital ekosistem ini kian berkembang cirinya  selalu meminta lebih dengan bayaran secukupnya. Ciri lainnya adalah kolaborasi berinovasi di antara pelaku usaha untuk mendorong cloud computing," ujar Otto.

Dijelaskannya, terdapat beberapa model dari BYOD yang bisa diadopsi yakni membatasi perangkat yang digunakan karyawan dengan merujuk pada merek tertentu, membatasi dengan merujuk pada spesifikasi teknis tertentu, membatasi perangkat pada software tertentu, atau tidak ada pembatasan sama sekali.

"Peluang BYOD ini terdapat pada produk Desktop as a services untuk aplikasi. Di jaringannya bisa ditawarkan enterprise cloud storage dimana semuanya Telkomsigma miliki sebagai bagian  dari Telkom Group," kata Otto.

Peluang
Chief Digital Services Officer XL Axiata  Dian Siswarini mengatakan manfaat BYOD dapat menciptakan peluang tenaga kerja yang lebih mobile, selain meningkatkan kepuasan karyawan juga dapat mengurangi biaya.
BYOD juga mendorong terciptanya inovasi bisnis dengan peningkatan jumlah pengguna aplikasi bergerak diluar jalur tradisional seperti email dan gadget.

Untuk itu tambah Dian, dalam menghadapi trend BYOD operator harus menyesuaikan antara kendala yang dihadapai dalam implementasi BYOD dengan terget layanan yang ditetapkan perusahaan.

"Operator juga harus mempertimbangkan rekanan BYOD teknologi mitra untuk menyediakan solusi layanan," ujar Dian.
Sebagai operator seluler, XL menyadari bahwa potensi bisnis akan terus meningkat sejalan dengan tren BYOD dengan solusi cloud untuk menyederhanakan penggelaran layanan.     

Hambatan
Strategic Business Development Director Intel Indonesia Corporation, Harry K. Nugraha mengungkapkan, hambatan bagi perusahaan bukan lagi akses terhadap informasi, tetapi kemampuan untuk mengoneksikan orang dengan informasi yang tepat pada waktu yang tepat.

Meningkatkan kemampuan perangkat konsumer dengan aplikasi bisnis yang sama menjadi kunci dalam menggerakkan produktivitas dan keterlibatan karyawan dalam memajukan perusahaan.

WebSphere Technical Sales Leader IBM Indonesia  Eryan Ariobowo, mengatakan dalam mengembangkan BYOD dibutuhkan kemampuan memanfaatkan infrastruktur TI secara holistik, termasuk mengidentifikasi jaringan yang terkait.

Selanjutnya, menciptakan aplikasi ponsel untuk berbagai platform mobile yang memanfaatkan aplikasi perusahaan agar dapat diakses dari berbagai piranti bergerak.

Eryan mengutarakan, yang tidak kalah penting adalah manajemen perangkat seluler dan keamanan, mengelola kontrol perangkat mobile dan pemisahan data,  menjamin akses ke perusahaan dari perangkat mobile, serta bagaimana mengamankan dan mengelola aplikasi bergerak.

Secara keseluruhan, dalam rangka memaksimalkan tren BYOD, IBM mengembangkan solusi melalui empat pola yaitu berdasarkan platform, analitiks, sekuriti, dan manajemen

Cermati
Sementara  Direktur e-Business Ditjen Aptika Kementerian Kominfo, Azhar Hasyim, faktor yang perlu diperhatikan dalam tren BYOD ini ialah semakin meningkatnya perangkat yang karakteristiknya semakin memudahkan pola aplikasi yang tersinkronisasi antara perangkat dengan pusat aplikasi cloud server.

"Semakin populernya perangkat BYOD maka pemanfaatan model cloud akan semakin besar dan juga akan semakin besar ketergantungannya terhadap cloud itu sendiri. Terhadap hal ini paling tidak ada dua aspek yang perlu dicermati," katanya.

Aspek pertama adalah perlindungan data privacy atau data pribadi. Hal ini menyangkut bagaimana penanganan data-data pribadi dari pengguna itu harus sesuai dengan aturan yang berlaku terkait dengan data pribadi.

"Di banyak negara sudah memiliki pengaturan yang komprehensif, baik di dunia TI maupun terkait perlindungan konsumen. Di Indonesia, kebutuhan pengaturan data pribadi sangat urgent dan saya berharap Indonesia bisa memiliki pengaturan mengenai hal ini," harapnya.

Aspek kedua mengenai kelangsungan layanan aplikasi yang tersinkronisasi dari perangkat BYOD dengan pusat aplikasi di cloud server. "Jangan sampai terjadi di suatu masa tertentu aplikasi terjadi perubahan, baik layanan tidak ada, format data berubah, dan bagaiamana kita bisa memback-up itu semua dan bagaimana memastikan data kita tidak tersebar ke mana-mana," tegas Azhar.

Ditegaskannya, kedua aspek tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah dan juga para praktisi di bidang ini untuk dicari solusi mengenai penanganannya diantara sejumlah peluang yang ditawarkan tren BYOD.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year