telkomsel halo

Nafas dan Halodoc tekan memburuknya kualitasnya udara

10:31:51 | 27 Sep 2023
Nafas dan Halodoc tekan memburuknya kualitasnya udara
JAKARTA (IndoTelko) - Nafas, platform digital pemantau kualitas udara, berkolaborasi dengan Halodoc guna meningkatkan wawasan dan kesiapan masyarakat dalam melindungi diri dari dampak buruk polusi udara terhadap kesehatan.

Kolaborasi ini menjadi salah satu inisiatif strategis bagi kedua pihak, mengingat urgensi dari topik seputar kualitas udara yang sedang menjadi perhatian besar publik.

Pada laporan studi gabungan Nafas bersama Halodoc, terungkap salah satu temuan utamanya yaitu terjadi peningkatan kasus penyakit pernapasan sebesar 34% ketika terjadi kenaikan polusi PM2.5 sebesar 10 μg/m3 pada periode Juni-Agustus 2023. Selain memaparkan berbagai temuan terkait relevansi polusi udara dan kasus penyakit pernapasan, laporan ini juga dilengkapi dengan edukasi dampak polusi PM2.5, serta rekomendasi maupun langkah-langkah tepat dalam menjaga kesehatan di tengah polusi udara dari para ahlinya.

Polusi udara telah menjadi perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir, namun mulai pertengahan tahun 2023, masalah polusi udara mendapatkan perhatian besar karena kondisinya kerap memburuk dan meningkatkan kekhawatiran masyarakat terhadap dampak kesehatan, dimana pada kondisi udara yang buruk ada beberapa keluhan juga yang sering muncul yaitu gangguan terkait pernapasan seperti batuk, pilek, dan demam, selama beberapa bulan terakhir. Kini, kondisi polusi udara di beberapa wilayah Indonesia, terutama Jabodetabek, masih tidak menentu bahkan didominasi oleh tingkat kualitas udara yang buruk.

Nafas dan Halodoc percaya bahwa isu kualitas udara merupakan tanggung jawab bersama untuk diatasi, terlebih melihat dampak signifikannya terhadap kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam hal ini, kolaborasi yang dilakukan Nafas dan Halodoc merupakan salah satu upaya dalam mendukung masyarakat dalam menghadapi risiko kesehatan akibat kondisi udara yang selalu berubah setiap saat.

Berikut lima temuan utama dari hasil studi Nafas dan Halodoc yang dilakukan pada periode Juni-Agustus 2023:

Terjadi peningkatan keluhan penyakit pernapasan di Halodoc sebesar 34% pada bulan Juni, ketika terdapat kenaikan polusi PM2.5 sebesar 10 μg/m3

Polusi meningkat, persentase keluhan penyakit pernapasan di setiap kecamatan di Jabodetabek meningkat hingga 41%

Semakin sering kejadian polusi tinggi (PM2.5 di atas 55 μg/m³), ada potensi semakin tinggi risiko terjadinya keluhan penyakit pernapasan dalam kurun waktu 12 jam

Keluhan terkait Sinusitis dan Asma mengalami kemunculan kasus tercepat (3 - 48 jam), sementara keluhan terkait Asma dan Bronkitis mengalami peningkatan kasus tertinggi (5 kali lipat).

Peningkatan kasus penyakit pernapasan tertinggi terjadi pada kelompok sensitif, yaitu sebesar 48% di kelompok usia di atas 55 tahun dan disusul 32% di kelompok usia 0-17 tahun.

“Di tengah kondisi udara saat ini, kami melihat adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan yang tercermin dari tren meningkatnya konsultasi terkait gangguan pernapasan di Halodoc. Oleh karena itu, akses telemedisin seperti Halodoc menjadi salah satu cara bagi masyarakat untuk dapat berkonsultasi dengan dokter terpercaya, khususnya sebagai deteksi awal gejala gangguan pernapasan, sebelum berkembang menjadi penyakit yang serius. Kolaborasi Halodoc dan Nafas ini juga diharapkan semakin meningkatkan literasi kesehatan dari yang semula hanya kuratif menjadi preventif. Sejalan dengan arahan Kemenkes RI, Halodoc juga secara proaktif terus mengajak masyarakat untuk semakin peduli dengan kondisi kesehatannya dan segera berkonsultasi dengan dokter sebagai deteksi awal gejala gangguan pernapasan di tengah kondisi udara saat ini,” kata dr. Irwan Heriyanto, MARS, Chief of Medical Halodoc.

Nafas menilai bahwa diperlukan lebih banyak lagi kajian lokal untuk menghadirkan temuan yang lebih relevan terkait polusi PM2.5 dan hubungannya dengan penyakit pernapasan di Jabodetabek.

“Nafas dengan bangga dapat berkolaborasi dengan Halodoc untuk dapat menyajikan data-data terkait polusi udara serta keterkaitannya dengan penyakit pernapasan yang saat ini tengah banyak melanda masyarakat. Harapannya, melalui laporan studi ini, masyarakat dapat lebih memahami risiko kesehatan akibat polusi udara yang dampaknya dirasakan mulai dari jangka pendek, tidak hanya jangka panjang saja. Saat ini kami juga terus berkomitmen memperluas jaringan pemantauan kualitas udara yang saat ini sudah terpasang di lebih dari 180 titik lokasi pemantauan di berbagai kota,” kata Co-founder & Chief Growth Officer Nafas Piotr Jakubowski.

Laporan ini merupakan studi terbatas, dengan menggabungkan informasi yang dihimpun Nafas terkait persebaran lokasi sensor di 73 kecamatan di Jabodetabek dan informasi yang dihimpun Halodoc pada Juni-Agustus 2023.

Laporan terkait dampak PM2.5 terhadap kondisi kesehatan ini disusun dengan metode statistik deskriptif analisis. Metode ini mengkaji hubungan antara keterkaitan tingkat polusi PM2.5 dengan jumlah telekonsultasi terkait kasus penyakit pernapasan yang terjadi melalui aplikasi Halodoc di wilayah Jabodetabek.

Studi ini dilakukan dengan pemilihan waktu berdasarkan bulan dengan kejadian polusi tinggi. Pada tahun 2023, peningkatan tren polusi terlihat dari awal Juni hingga Agustus, yang kemudian dipilih menjadi rentang waktu kajian untuk laporan ini. Adapun keluhan penyakit pernapasan dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk namun tidak terbatas pada kondisi kesehatan pengguna Halodoc. (ak)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year