telkomsel halo

40 hari melantai di bursa, kapitalisasi pasar Mitratel sudah Rp69 triliun

15:04:45 | 11 Jan 2022
40 hari melantai di bursa, kapitalisasi pasar Mitratel sudah Rp69 triliun
Direktur Utama Dayamitra Telekomunikasi Theodorus Ardi Hartoko
JAKARTA (IndoTelko) - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel salah satu emiten baru di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Anak usaha Telkom ini resmi melantai di BEI pada 22 November 2021 dengan melepas saham Rp800 per saham sehingga mampu meraih dana segar hasil Initial Public Offering (IPO) sekitar Rp 18,8 triliun.

"Pergerakan saham Mitratel, hampir 2 bulan yang lalu kami IPO cukup fluktuatif namun masih terjaga. Rp830 pada harga penutupan akhir Desember, sehingga tercermin selama 40 hari market cap dari Rp66 triliun menjadi Rp69 triliun. Ini semakin meyakinkan Mitratel market capnya terbesar dari tower company di Indonesia," papar Direktur Utama Dayamitra Telekomunikasi Theodorus Ardi Hartoko kala Media Gathering, Senin (10/1).

Dijelaskan Pria yang akrab disapa Teddy itu, perseroan memiliki fundamental bisnis yang sangat kuat, dan bisnis yang dikelola tumbuh seiring dengan pertumbuhan digital economy yang akan menjadi tulang punggung kebutuhan manusia ke depan. 

"Mitratel harus IPO karena kami harus semakin agresif di market, makin pro, makin transparan dan independen dalam memberi layanan ke seluruh customer. Sehingga semakin mewarnai industri tower di Indonesia. Kami ingin memberi value yang lebih besar kepada seluruh stakeholder, karena kami ini memiliki keunggulan kompetitif di domestik, serta ingin menjadi yang terbesar dan terbaik di emerging market Asia Pasifik," tegasnya.

Ditambahkannya, ekspansi regional bisa dilakukan selama potensi itu ada. "Kami sudah menjajaki beberapa market di regional. Namun kami harus melihatnya investasi secara hati-hati dan inline dengan strategi Mitratel jangka panjang. Kalau potensi di pasar domestik sudah berkurang, kami akan masuk ke regional atau akan melakukan Bersama-sama," ulasnya.

Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengungkapkan alokasi penggunaan dana hasil IPO akan digunakan 50% untuk pertumbuhan anorganik, 40% organik, dan 10% capital expenditure (Capex). 

"Ini karena kebutuhan untuk akuisisi lagi banyak di 2022 dan 2023 sehingga kami tidak mau miss. Untuk anorganik kami melihat perkembangan bisnis tower di Indonesia, jadi itu berdasarkan perkiraan tren bisnis tower menurut kami ke depan," katanya.

Direktur Bisnis Mitratel Noorhayati Candrasuci menyakini permintaan sewa menara telekomunikasi pada tahun ini tetap tinggi karena operator melakukan perluasan layanan.

"58% tower Mitratel itu di luar Jawa dan 10 ribu diantaranya hasil akuisisi dari Telkomsel. Operator big 3 akan mengikuti market leader, begitu mereka ke luar Jawa kami tidak perlu bangun baru. Mereka tidak perlu bangun, cukup kolokasi ke kami dan bisa langsung go to market lebih cepat dengan memanfaatkan tower Mitratel. Mereka confirm akan melakukan ekspansi Sumatera, Sulawesi, dan mereka minatnya tinggi untuk tower yang tadinya non shareable menjadi shareable. Setelah diakuisisi oleh kami tower Telkomsel tersebut menjadi full shareable dan bisa dimanfaatkan oleh operator lainnya," tutupnya. 

Sampai akhir September 2021 lalu jumlah menara yang dikelola Mitratel ada sebanyak 28.076 unit. Uniknya, 57% atau 16.150 unit menara tersebut tersebar di luar Pulau Jawa.

Mitratel saat ini merupakan perusahaan menara telekomunikasi terbesar yang mengelola lebih dari 25% pangsa pasar bisnis menara di Indonesia.(id)  

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year