telkomsel halo

Kota-kota tier dua dan tiga akan menjadi kontributor utama perekonomian digital

07:18:52 | 01 Apr 2021
Kota-kota tier dua dan tiga akan menjadi kontributor utama perekonomian digital
JAKARTA (IndoTelko) – Alpha JWC Ventures dan Kearney telah meluncurkan sebuah laporan penelitian terbaru, "Unlocking The Next Wave Of Digital Growth: Beyond Metropolitan Indonesia".  

Laporan tersebut ditulis dan diterbitkan dalam kolaborasi dengan Credit Suisse, Amazon Web Services, dan Xiaomi Indonesia menguraikan arah perekonomian digital Indonesia di tahun 2021, sekaligus memperkuat rekomendasi bahwa gelombang pertumbuhan startup dan investasi berikutnya akan didorong oleh kota-kota non-metropolitan, di luar kuatnya pengaruh bisnis dari Jawa dan Jakarta.

Pembelajaran Utama
Sistem tiering (tingkatan) baru diperlukan dalam konteks perekonomian digital.  Laporan ini mengenalkan sistem tiering yang didasarkan pada pengeluaran per kapita, ukuran populasi, penetrasi internet, pertumbuhan PDB provinsi, dan kepadatan populasi.  

Dari 514 kota, sebanyak 15 kota dikategorikan sebagai Metropolitan/Tier 1 (Area Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya), 76 sebagai Rising Urbanites/ Tier 2 (misalnya Semarang, Makassar, Denpasar), 101 kota Slow Adopters/Tier 3 (misalnya Magelang, Prabumulih, Bangli), dan 322 lainnya sebagai Rigid Watchers/Tier 4 (misalnya Kabupaten Jepara, Kabupaten Jayapura).

Ekonomi digital di kota-kota tier kedua dan ketiga Indonesia seperti Denpasar dan Magelang akan tumbuh lima kali lipat dalam lima tahun ke depan. didukung oleh sejumlah startup yang memiliki spesialisasi di bidang eCommerce, peminjaman dan e-payments.

Alpha JWC memprediksi semakin pentingnya kota-kota tier kedua dan ketiga karena mereka mengalahkan pertumbuhan kota-kota tier pertama dan meningkatkan pangsa PDB nasional dari 3 hingga 5% (US$46 milyar hingga US$77 milyar) pada 2030.

Saat ini, area-area non-metropolitan mengalami pertumbuhan lebih cepat dan semakin penting secara ekonomi dibandingkan dengan Jakarta, karena adanya upaya pemerintah Indonesia dalam mendiversifikasi ekonomi dan infrastruktur. Akan ada pemerataan kegiatan ekonomi antara Jakarta dengan daerah-daerah lainnya.  Perolehan PDB Indonesia yang berasal dari Jakarta akan menurun sebanyak 5 hingga 6% pada 2030.  

Kota-kota tier kedua dan ketiga akan lebih menonjol secara ekonomi, meningkatkan pangsa PDB sebesar 3 hingga 5%.

COVID-19 telah mempercepat adopsi digital dan menghasilkan inovasi lebih cepat dari sebelumnya. Teknologi telah didemokratisasi, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan jutaan warga Indonesia.  Investor & startup yang memiliki kepentingan dalam ekonomi digital Indonesia akan melihat minat mereka tumbuh tiga hingga empat kali lipat pada 2025. Kota-kota tier kedua dan ketiga baru saja memulai mengadopsi kebiasaan digital yang dilakukan oleh kota-kota tier pertama pada lima tahun silam.   

Sebagian besar konsumen di kota-kota tier kedua dan ketiga masih asing dengan solusi digital, menyebabkan ketidakseimbangan perilaku digital secara regional. Konsumen di Pulau Jawa lebih mementingkan kemudahan penggunaan, harga, promosi, dan ketersediaan barang; sementara konsumen di luar Jawa lebih memerhatikan kepraktisan, seperti keamanan, kemudahan penggunaan, dan pengiriman yang menjadi kendala utama.  Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa kenyamanan lebih penting di Jawa, di mana kebiasaan digital lebih tersebar luas dan lazim.

2020 menjadi tahun yang menantang bagi Indonesia, dengan COVID-19 berdampak kepada sektor-sektor ekonomi yang vital.  

Meski di tengah pandemi, Indonesia mendapatkan investasi digital yang signifikan ketika pendanaan berlipat ganda hingga US$4,4 miliar, dari US$2,2 miliar pada 2019.  

Sementara banyak sektor merasakan dampak negatif COVID-19, hal ini menciptakan tailwind (variabel yang menstimulasi pertumbuhan ekonomi di dalam negeri) yang kuat bagi ekonomi digital Indonesia.  Lima tahun berikutnya akan menjadi periode sosialisasi yang sangat diperlukan untuk meningkatkan adopsi digital dengan Jakarta dan kota-kota regional tier satu lainnya.

“Selama satu dekade yang lalu, kita telah menyaksikan ekonomi digital Indonesia tumbuh menjadi salah satu hotspot di Asia. Meskipun mengalami pertumbuhan yang luar biasa, sebagian besar wilayah Indonesia masih belum tersentuh karena mayoritas startup berbasis di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya dengan sebagian besar solusi digital terkonsentrasi di wilayah ini, sehingga menyebabkan wilayah-wilayah di luar Jawa tertinggal.  Penelitian kami menunjukkan bahwa adopsi sektor-sektor seperti e-commerce, e-payments dan peminjaman dilakukan secara massal, menumbuhkan CAGR sebesar 27-46% hingga 2025, yaitu di saat sebanyak 40 hingga 50% populasi di kota-kota tier kedua dan ketiga mulai mengambil bagian dalam kegiatan tersebut, meningkat 10% dari 2020.  Berdasarkan observasi di atas, kami memperkirakan dari sektor e-commerce dan peminjaman, akan muncul tiga unicorn. Ini didukung oleh pertumbuhan kota-kota tersebut," kata Co-Founder dan General Partner Alpha JWC Ventures Chandra Tjan.

Di Asia Tenggara yang telah menghasilkan 11 unicorn selama lima tahun terakhir, meningkatnya tingkat penetrasi ponsel pintar serta komputer dan urbanisasi yang pesat menawarkan peluang besar yang belum tergali untuk pengembangan solusi inovatif guna mendorong perubahan positif bagi bisnis dan konsumen.

“Dalam lima tahun terakhir, kita telah menyaksikan banyak kemajuan dalam regulasi dan ekosistem Indonesia.  Akan tetapi, penelitian kami mengungkapkan bahwa masih banyak hal yang harus dilakukan.  Dalam lima tahun ke depan, kami yakin bahwa kebutuhan utama dalam infrastruktur, bakat, edukasi konsumen, dan akses ke permodalan akan harus dipenuhi agar ekosistem digital dapat berkembang menjadi salah satu ekosistem paling dinamis di dunia,” kata President Director dan Partner di Kearney Shirley Santoso.

Co-Founder dan General Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joe mengatakan sebagai perusahaan modal ventura yang berfokus di Indonesia, memusatkan upaya dalam mendukung juara-juara lokal dan membangun ekosistem pemenang.  Akan tetapi, kami juga yakin bahwa memaksimalkan potensi negara ini tidak bisa dilakukan sendiri.

"Dibutuhkan keterlibatan bersama dari para pemain di industri, investor, dan pemerintah untuk meneruskan kerja keras kami di kota-kota metropolitan dan di luar itu.  Kami menyambut baik umpan balik dan diskusi dengan para mitra potensial dan stakeholder untuk berpartisipasi di dalam gelombang pertumbuhan selanjutnya dalam ekonomi digital Indonesia,” katanya.(wn)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year