telkomsel halo

Kuva Space dan WWF-Indonesia hadirkan Teknologi Satelit Hiperspektral

08:39:00 | 18 Dec 2025
Kuva Space dan WWF-Indonesia hadirkan Teknologi Satelit Hiperspektral
JAKARTA (IndoTelko) - Perusahaan terdepan dalam intelijen hiperspektral (sebuah teknologi terbarukan untuk pengindraan gelombang cahaya yang juga mencakup spektrum yang tidak kasat mata) berbasis satelit, Kuva Space telah menjalin kemitraan dengan WWF-Indonesia untuk meluncurkan inisiatif yang memanfaatkan data satelit dan kecerdasan buatan (AI) untuk memantau serta mengukur potensi besar ekosistem karbon biru Indonesia.

Kolaborasi ini akan berfokus pada pemetaan habitat lamun dan mangrove di lokasi restorasi prioritas di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Upaya ini menghadirkan pendekatan konservasi pesisir dan estimasi karbon biru yang dapat direplikasi di daerah lainnya dan berbasis ilmiah.

Hasil dari pemetaan ini dapat mendukung fondasi transparan dan dapat diperluas untuk perhitungan karbon biru, perencanaan kebijakan, serta pembiayaan berkelanjutan, menciptakan model yang dapat direplikasi di negara pesisir lain dan diintegrasikan dengan kerangka karbon global.

Pasar karbon biru yang berfokus pada perlindungan dan restorasi ekosistem pesisir seperti mangrove, lamun, dan rawa air asin, tengah berkembang pesat seiring meningkatnya perhatian pemerintah dan investor terhadap perannya dalam mitigasi perubahan iklim. Meskipun proyek blue carbon saat ini baru mencakup sekitar 0,91%* dari total kredit di pasar karbon sukarela, kemajuan teknologi penginderaan jauh, akuntansi karbon, dan pemantauan mengubah kecepatan perkembangannya. Inovasi tersebut meningkatkan transparansi, verifikasi, dan penilaian. Ini menjadi faktor penting dalam menarik pembiayaan berkelanjutan dalam skala besar.

Dikatakan Kepala UPTD Alor, Augustinus Frumentius Harudabawur, S.Pi., pihaknya di UPTD Pengelola Taman Perairan Kepulauan Alor dan Laut Sekitarnya yang merupakan suatu organik struktur kerja dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur menyambut baik kolaborasi antara WWF-Indonesia dan Kuva Space ini.

“Hal ini sejalan dengan Visi Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur NTT Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Berkelanjutan, dengan Misi serta Program (7 pilar) Prioritas adalah Pilar Ekonomi Berkelanjutan dan Kolaborasi, serta Program Prioritas Dasa Cita dalam spirit Ayo Bangun NTT dengan Pemanfaatan teknologi satelit hiperspektral memberikan peningkatan signifikan dalam memantau kesehatan lamun dan mangrove secara lebih akurat, efisien, dan berkelanjutan di kawasan konservasi. Inisiatif ini tidak hanya memperkuat dasar ilmiah pengelolaan kawasan, tetapi juga membuka peluang bagi pengembangan skema pembiayaan biru yang dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat pesisir Alor,” jelasnya.

Sementara Direktur Program Kelautan dan Perikanan WWF-Indonesia, Dr. Imam Musthofa Zainudin menjelaskan, ekosistem pesisir Indonesia sangat penting bagi keanekaragaman hayati maupun penghidupan masyarakat. “Pemanfaatan teknologi hiperspektral dan AI menunjukkan bahwa inovasi dapat berjalan seiring dengan upaya konservasi laut,” ujarnya.

Ditambahkannya, kolaborasi ini berpotensi menjadi terobosan dalam cara kita memantau dan merestorasi ekosistem pesisir dalam skala besar. “Dengan menggabungkan analisis berbasis AI dan data lapangan, kita dapat memantau mangrove dan lamun secara lebih akurat dan efisien dibanding sebelumnya. Hal ini tidak hanya memperkuat kerja konservasi kami tetapi juga membuka landasan bagi pengembangan kredit blue carbon terverifikasi yang dapat memberi manfaat langsung bagi masyarakat lokal,” jelasnya.

Penginderaan hiperspektral menangkap data jauh melampaui kemampuan satelit konvensional, mendeteksi tanda-tanda biokimia dan spektral halus yang mengungkap komposisi serta kondisi kesehatan suatu ekosistem. Dikombinasikan dengan model AI canggih, teknologi Kuva Space menerjemahkan data ini menjadi analisis presisi tentang distribusi spesies, biomassa, kualitas perairan, dan potensi penyerapan karbon. Semua data indikator penting untuk verifikasi blue carbon dan percepatan pembiayaan berkelanjutan.

Kolaborasi dengan WWF-Indonesia memperluas misi Kuva Space untuk menghadirkan intelijen iklim berbasis satelit yang dapat diakses dan dapat ditindaklanjuti oleh pemerintah, organisasi masyarakat, dan sektor industri di seluruh dunia.

Menurut CEO Kuva Space, Jarkko Antila, pemantauan ekosistem blue carbon selama ini sangat mengandalkan kerja lapangan intensif yang dapat memakan waktu bertahun-tahun namun hanya mencakup sebagian kecil wilayah.

“Dengan teknologi satelit dan AI inovatif seperti milik kami, kita dapat mendeteksi, mengidentifikasi, dan memprediksi kondisi ekosistem pesisir dengan akurasi, frekuensi, dan cakupan yang lebih besar, memberikan wawasan hampir real-time untuk mengatasi isu transparansi, memastikan harga yang adil, dan membuka akses pembiayaan berkelanjutan. Kolaborasi strategis antara WWF-Indonesia dan Kuva Space menjadi bukti kuat bahwa kemitraan global-lokal dapat menjadi fondasi bagi pembiayaan lingkungan yang berkelanjutan,” tambahnya.

Indonesia memiliki sekitar seperlima mangrove dunia, menjadikannya salah satu cadangan blue carbon terbesar di planet ini. Namun, menurut laporan State of the World’s Mangroves 2024 (Sumber: Global Mangrove Watch), hanya sekitar setengahnya yang berada dalam kondisi berkualitas tinggi. Ekosistem lamun menghadapi tekanan serupa akibat polusi, sedimentasi, dan pembangunan pesisir.

GCG BUMN
Dengan menggabungkan inovasi data iklim berbasis satelit dari Kuva Space dan keahlian lapangan WWF-Indonesia, proyek ini akan menghasilkan pemantauan yang efisien, terverifikasi, serta berbiaya efektif atas ekosistem kritis tersebut, meningkatkan transparansi dan berkontribusi pada standarisasi metodologi sambil memperkuat pasar blue carbon Indonesia. Upaya ini juga mendukung Pemerintah Indonesia dalam pencapaian target Nationally Determined Contributions (NDC) kedua, strategi Forest and Other Land Use (FOLU) Net Sink, dan pengembangan ekonomi biru. Kerja sama ini juga mendukung program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam pemantauan dan pengelolaan ekosistem karbon biru. (mas)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories