telkomsel halo

Jokowi pesan obat Covid-19, Kominfo ralat status disinformasi soal Klorokuin

10:54:26 | 21 Mar 2020
Jokowi pesan obat Covid-19, Kominfo ralat status disinformasi soal Klorokuin
JAKARTA (IndoTelko) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan telah memesan jutaan obat yang disebut bisa menyembuhkan pasien Virus Corona COVID-19. Obat itu adalah Avigan, yang memiliki nama lain Favipiravir dan Klorokuin (chloroquine).

Presiden menjelaskan bahwa antivirus hingga saat ini belum ditemukan. Sementara obat yang sudah dicoba oleh sejumlah negara dan memberikan kesembuhan yaitu Avigan dan Chloroquine.

"Obat ini sudah dicoba oleh 1, 2, 3 negara dan memberikan kesembuhan yaitu Avigan, kita telah mendatangkan 5 ribu, akan kita coba dan dalam proses pemesanan (sejumlah) 2 juta. Kemudian yang kedua, Chloroquine ini kita telah siap 3 juta. Kecepatan ini yang ingin saya sampaikan bahwa kita ini tidak diam tetapi mencari hal-hal, informasi-informasi, agar dapat menyelesaikan Covid-19 ini," kata Presiden dalam keterangannya di Istana Merdeka, Jakarta, pada Jumat, 20 Maret 2020.

Nama chloroquine langsung menjadi perbincangan di dunia maya karena Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 15 Maret 2020 memberikan stempel "Disinformasi" tentang isu obat itu mampu menyembuhkan Covid-19.

Sontak, warganet mempertanyakan, validitasi dari stempel "Disinformasi" yang diberikan Kominfo mengingat Presiden malah ingin memesan 3 juta chloroquine.

Dalam situs resminya 20 Maret 2020, Kominfo melakukan klarifikasi terkait Klorokuin yang dapat menyembuhkan Covid-19 sebagai DISINFORMASI pada 15 Maret 2020, adalah berdasarkan pada pernyataan resmi WHO tanggal 20 Februari 2020.

Kepala perawatan klinis dalam Program Emergensi WHO Janet Diaz, menyatakan bahwa pihaknya belum memiliki bukti bahwa klorokuin dapat menyembuhkan pasien COVID-19. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers pada 20 Februari 2020.

"Namun demikian, dengan adanya informasi terbaru yang dirilis tanggal 16 Maret 2020 bahwa ternyata Klorokuin direkomendasikan untuk menjadi bagian dalam proses penyembuhan Covid-19 dan telah melewati uji klinis terhadap 100 pasien di 10 rumah sakit di China, maka stempel Disinformasi pada tanggal 15 Maret 2020 kami cabut," tulis Kominfo (20/3).

Dalam penelusuran di internet, dua nama obat ini memang kontroversial sebagai vaksin dari Covid-19.

Korea Selatan memutuskan untuk tidak menggunakan Avigan sebagai pengobatan Virus Corona jenis baru karena keraguan atas kemanjuran dan efek samping potensialnya.

Kementerian Keamanan Pangan dan Obat-obatan Korea Selatan mengatakan, telah memutuskan untuk tidak mengimpor Avigan setelah tim ahli penyakit menular di sini memutuskan tidak ada cukup data klinis untuk membuktikan kemanjuran obat tersebut, seperti dikutip dari kantor berita Yonhap, Jumat (20/3).

Avigan disetujui sebagai obat cadangan untuk influenza reemergent di Jepang pada 2014. Namun, itu belum digunakan untuk mengobati flu biasa karena beberapa penelitian pada hewan menunjukkan potensi kerusakan janin.

Presiden AS Donald Trump bahkan ditegur oleh Food and Drug Administration (FDA) karena mengklaim organisasi itu menyetujui chloroquine sebagai senjata melawan Covid-19.

Chloroquine belum disetujui oleh FDA untuk mengobati coronavirus, dan juga tidak ada obat lain, "Tidak ada terapi atau obat yang disetujui FDA untuk mengobati, menyembuhkan atau mencegah COVID -19. " Karena chloroquine telah disetujui untuk tujuan lain, dokter secara hukum diizinkan untuk meresepkannya untuk penggunaan coronavirus yang tidak disetujui atau "tidak diberi label" jika mereka mau. Tetapi keamanan dan keefektifannya belum terbukti sehubungan dengan coronavirus," kata Komisaris FDA Dr. Stephen Hahn seperti dikutip dari CNN (20/3).

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menyarankan Kominfo jangan terjebak mengurus Hoaks terkait Covid-19, tetapi lebih fokus mencari stimulus bagi operator telekomunikasi dalam mendukung work from home (WFH) atau belajar jarak jauh.

"Menkominfo baiknya mikirin insentif apa yang akan diberikan ke operator dan platform digital karena sudah mendukung WFH atau lebih berperan dalam Government Public Relations soal Covid-19," usulnya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year