telkomsel halo

Ekonomi digital di mata politisi

14:58:59 | 24 Feb 2019
Ekonomi digital di mata politisi
Debat Pemilihan Presiden (Pilpres) putaran kedua pada Minggu (17/2) memperlihatkan sudut pandang yang menarik antara dua calon presiden (Capres) tentang ekonomi digital yang banyak digeluti generasi milenial.

Capres No 01 Joko Widodo (Jokowi) terlihat bersemangat mempromosikan ekonomi digital mulai berbicara infrastruktur melalui pembangunan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Palapa Ring, pemgembangan startup dengan mengangkat isu Startup yang bervaluasi US$1 miliar (Unicorn), hingga gagasan Revolusi Industri 4.0.

Sementara capres No 02 Prabowo Subianto terlihat tak mau terjebak dalam isu teknis ekonomi digital, bahkan ketika Jokowi menanyakan soal Unicorn, terlihat Ketua Umum Partai Gerindra itu ragu menjawab.

"Yang Bapak maksud Unicorn maksudnya yang apa itu online-online itu?" tanya Prabowo memastikan.

Sontak para penonton debat memiliki persepsi Prabowo tak menguasai isu Unicorn bahkan sempat terdengar suara tawa audiens kala Mantan Danjen Kopasus itu mengingatkan kekayaan Indonesia bisa makin lari keluar dengan munculnya Unicorn.
 
Potensi Besar
Jokowi wajar mengangkat isu ekonomi digital. Secara politis, pemilih milenial ingin digaet karena memang banyak segmen ini bergelut dengan ekonomi digital.

Bicara potensi, Laporan yang dikeluarkan Google dan Temasek dalam "e-Conomy SEA 2018 Southeast Asia’s internet economy" menyatakan Indonesia salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki pertumbuhan tercepat dalam ekonomi digital.

Indonesia pada tahun 2018 diperkirakan memiliki internet economy sebesar US$27 miliar dan bisa menembus US$100 miliar di 2025. Artinya pertumbuhan tahunan dari ekonomi digital dalam kurun 2018-2025 adalah 49%, tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Sedangkan, kontribusi ekonomi digital bagi GDP Indonesia untuk 2018 diperkirakan 2,9%. 

Sehingga hal wajar isu ini dibahas dalam debat yang akan menentukan arah ekonomi digital Indonesia lima tahun mendatang. 

Devisa Lari
Hal yang menarik adalah reaksi ekonom pasca isu ekonomi digital diangkat ke ranah politik.

Lembaga riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengingatkan startup dengan valuasi US$1 miliar atau dikenal dengan Unicorn memang perlu diatur agar arus modal keluar Indonesia tak terjadi.

Indef mengingatkan Unicorn jika tak diatur dampaknya ke depan lebih hebat dan cukup berbahaya, karena dapat menarik aliran dana keluar (capital outflow). Hal ini karena persaingan modal bersifat the winner take all, sifat dari bisnis ini adalah disruption, yakni mematikan yang sudah ada dan membesarkan yang sudah besar. Jika abai Indonesia bisa terjerumus kalah perang ekonomi.

Indef melakukan analisa ini berdasarkan teori creative distruction dimana inovasi baru akan menyebabkan yang lama punah. 

Contoh ini sudah terjadi di layanan ride-hailing dimana ojek online menimbulkan masalah sosial, seperti perang jalanan antara ojek pangkalan dengan ojek online. Sedangkan, pengemudi ojek adalah pekerja tanpa asuransi, tanpa pengembangan sumber daya manusia.

Kekhawatiran lainnya adalah apabila unicorn Indonesia tidak diatur dan tidak diproteksi dengan baik, maka akan dicaplok modal asing. Akibatnya, arus modal dari royalti di masa depan lewat eCommerce akan sangat besar.

Saat ini defisit neraca berjalan atau sangat besar karena pendapatan primer, royalti, income tenaga kerja asing sangat besar. Tumbuhnya unicorn yang bebas tanpa peran pemerintah maka defisit neraca berjalan akan besar dan bahkan jebol.

Indef mengingatkan akar masalah kelemahan ekonomi Indonesia berada di sektor luar negeri, neraca berjalan dan defisit neraca jasa. Neraca berjalan Indonesia selalu negatif, yang utamanya karena defisit di sektor ekspor impor jasa. Saat ini, neraca berjalan defisit lebih besar karena neraca perdagangan terpuruk. Pada neraca jasa, desifit yang besar dan paling abadi adalah defisit jasa angkutan.

Indonesian Digital Empowerment Community (IDIEC)  menyatakan game plan dari Unicorn adalah mengejar valuasi guna mendapatkan floating money dari pasar. Dalam kacamata IDIEC, Unicorn yang ada malah "merusak" bisnis yang benar-benar mencari positive revenue.

Bahkan, jika melihat para pemodal dari Unicorn di Indonesia, ada aroma persaingan tidak sehat karena investor yang menyuntik modal pemainnya itu-itu saja.

Melihat sangkarut ini, sudah sewajarnya pemerintahan mendatang harus lebih berani menata bisnis digital agar kekayaan bangsa tetap tinggal di Tanah Air.

@IndoTelko

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year