telkomsel halo

Pasca debat I Pilpres 2019, Jokowi-M`aruf kuasai sentimen positif Medsos

10:58:00 | 19 Jan 2019
Pasca debat I Pilpres 2019, Jokowi-M'aruf kuasai sentimen positif Medsos
Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden (Capres-Cawapres) nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin.(ist)
JAKARTA (IndoTelko) - Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden (Capres-Cawapres) nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin (JKW-MA) mengungguli pesaingnya Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (PAS) dengan nomor urut 02 dalam soal mendapatkan sentimen positif dari pengguna internet (warganet) selama debat terbuka pertama di Kamis (17/1) lalu.

Founder of PoliticaWave Yose Rizal menyatakan berdasarkan analisanya pasangan Jokowi - Ma'ruf unggul di semua segmen Debat, baik dari sisi jumlah percakapan maupun sentimen positif.

"Jokowi-Ma'ruf meraih percakapan positif terbesar di segmen 2. Hal ini dikarenakan pernyataan Jokowi terhadap Prabowo untuk tidak menuduh atau menyebarkan hoaks yang dimana berhasil menarik perhatian warganet. Sedangkan, Prabowo meraih percakapan positif terbesar di segmen 5 dikarenakan kritikannya terhadap kebijakan impor yang berbeda antar menteri-menteri Jokowi," ulasnya dalam keterangan (18/1) malam.

Kemudian, Jokowi meraih percakapan negatif tertinggi di segmen 1 dikarenakan Jokowi tidak memberikan kesempatan kepada Ma'ruf Amin untuk berbicara serta pernyataan visi dan misi Jokowi dinilai terlalu panjang.

Sedangkan, Prabowo meraih percakapan negatif tertinggi di segmen 2, hal ini dikarenakan adanya statement terkait kenaikan gaji PNS yang menyinggung beberapa kalangan non-PNS serta kasus hoaks Ratna Sarumpaet yang dibahas kembali.

PoliticaWave merekam respon warganet di media sosial (medsos) secara detil selama acara debat.

Secara keseluruhan pasangan Jokowi-Ma’aruf mendominasi percakapan netizen dengan jumlah percakapan sebesar 55%, dengan perbandingan 82% sentiment positif dan 18% sentiment negatif.

Sementara pasangan no. 2, Prabowo-Sandi mendapatkan jumlah percakapan sebesar 45% dengan sentiment positif sebesar 76% dan mendapat 24% sentiment negatif.  

Berbeda
Temuan dari PoliticaWave ini berbeda dengan data dari mesin analisis media sosial Drone Emprit dan Curiosity Every Particular Object and Data (CEPOD). (Baca: Media Analisis)

Data CEPOD menyatakan share index periode 11 Januari 2019 hingga 18 Januari 2019 dimenangkan pasangan Prabowo-Sandiaga (PAS). PAS itu menguasai 56,4%, sedangkan JKW-MA itu 43,6%," ungkap CEO CEPOD Achmad SW kepada IndoTelko (18/1).

CEPOD merekam data dari Twitter sebanyak 1.043.832 tweet, online media 18.802  artikel, Youtube 11.426 video, dan facebook 961 akun selama periode 11 Januari hingga 18  Januari 2019.

Pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi mengungkapkan pasangan PAS share-nya memang tinggi di semua platform media.

Untuk Twitter pasangan PAS menguasai 52% sedangkan JKW-MA hanya 48%. Bahkan untuk semua platform media, PAS menang dengan 140.755 mention sementara JKW-MA di 131.225 mention.

Ketua Dewan Penasihat IDIEC Mochammad James Falahuddin menilai perbedaan hasil diantara mesin analitik media sosial hal yang biasa. "Teknologinya netral, operatornya kan tak jaminan. Kalau bicara mesin analisis ya tergantung yang mau dicari itu apa bukan," jelasnya. (Baca: Riuh Pilpres)

Menurut James, "keyword" yang dimasukkan untuk melihat tren dalam media sosial analisis sangat memegang peranan. "Contohnya ini ya, sekarang lagi tren warganet sebut Fergusso, Jaenuddin atau Nachiro refer ke salah satu Paslon, itu masuk sentimen negatif atau positif gak? Kalau gak dimasukkan dalam Querry kan beda lagi," katanya.

Diingatkannya para pemain media sosial analisis bisa menjaga independensi dalam menyajikan data agar kepercayaan publik bisa terjaga.

"Jangan pakai cara telling the truth but not whole truth. Publik sudah pintar, nanti berujung seperti lembaga survei politik yang setiap hasilnya malah menjadi perdebatan," tandasnya.(id)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year