telkomsel halo

Mengenal diplomasi digital ala Indonesia

08:46:18 | 13 Jul 2018
Mengenal diplomasi digital ala Indonesia
Retno Marsudi.(dok)
JAKARTA (IndoTelko) - Digitalisasi telah mempengaruhi cara manusia berkomunikasi dan berdiplomasi.

Jika dulu praktik diplomasi secara tradisional dijalankan melalui komunikasi yang terkontrol dari, dan antara, badan-badan dan lembaga internasional, kedutaan, dan pemerintah.

Tren di era kini, dengan akses yang lebih baik terhadap internet dan teknologi digital, diplomasi kini juga telah beradaptasi dengan kemajuan teknologi digital.

“Diplomasi digital menghubungkan antar individu, kita menyebutnya diplomasi membumi, antara manusia dan diplomasi. Saya pikir masalah ini, dibahas selama pertemuan. Inovasi dan diplomasi digital telah menjadi kebutuhan,” kata Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi kala memberikan sambutan di sebuah seminar tentang digital, kemarin.

Seminar dihadiri korps diplomatik, perwakilan Kementerian dan Lembaga, organisasi masyarakat sipil, dan organisasi swasta. Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Pulse Lab Jakarta, dan Diplo Foundation menyelenggarakan seminar internasional tentang diplomasi digital ini dengan maksud untuk mengetahui beberapa tantangan dan peluang-peluang baru yang muncul.

Sejumlah praktisi diplomasi bergabung dalam seminar ini, diantaranya Allaster Cox, Wakil Duta Besar Kedutaan Australia; Rasmus Abildgaard Kristensen, Duta Besar Kedutaan Denmark; Profesor Jovan Kurbalija, Direktur dan Pendiri DiploFoundation; dan Derval Usher, Kepala Pulse Lab Jakarta.

Seminar membahas pengalaman-pengalaman keberhasilan dan tantangan diplomasi digital, hingga pengaruh diplomasi digital pada kegiatan diplomatik. Termasuk sejumlah diskusi contoh interaksi sehari-hari dan tantangan ke depan yang dihadapi diplomasi digital.

Direktur DiploFoundation Jovan Kurbalija berbicara luas tentang berbagai pengalaman diplomasi digital yang memanfaatkan situs jejaring sosial.

“Di era digital, penggunaan media sosial untuk diplomasi telah menjadi kebutuhan. Hampir semua pemimpin global saat ini memiliki akun Facebook dan Twitter dan menggunakannya sebagai saluran diplomasi,” katanya.

“Bagaimanapun, diplomasi digital memiliki peluang dan potensi yang lebih besar dari sekedar pemanfaatan tren media sosial. Seminar ini memfasilitasi banyak dialog berkaitan tema ini,” tutup Jovan.(wn)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year