Ini Syarat Sukses MVNO di Indonesia

Ilustrasi (Dok)

JAKARTA (IndoTelko)  - Pemerintah pada Desember 2014 membuka wacana mengadopsi model bisnis mobile virtual network operator (MVNO) di Indonesia guna menjaga kompetisi di bisnis seluler. (Baca juga: Indonesia kaji adopsi MVNO)

MVNO adalah sebuah layanan bergerak yang menyewa atau memakai spektrum frekuensi milik Mobile Network Operator (MNO) melalui suatu perjanjian bisnis.

MVNO dalam hal ini dapat hanya berperan sebagai reseller dari MNO atau bisa membangun infrastrukturnya sendiri yang dibutuhkan sesuai dengan teknologi dan izin spektrum frekuensi yang dimiliki oleh MNO.

Sontak, para pemain jaringan dan jasa pun memasang ancang-ancang jika pemain baru dengan skema MVNO berdatangan.

“Pemain di Indonesia ini sudah banyak, terus terang jika ada MVNO tentu akan bertambah pemain baru. Kita masih kaji mendalam soal MVNO ini, baik bagi XL dan industri,” ungkap Deputy CEO XL Axiata Dian Siswarini.

Namun, wanita yang pernah menjadi Chief Marketing Officer untuk Axiata Group ini berbagi pengalamannya kala bekerja di berbagai negara yang kebetulan mengadopsi MVNO. “Ada yang sukses, tetapi banyak yang gagal. Semua tergantung dinamika pasar di negara itu,” katanya.

Menurutnya, bermain sebagai MVNO tidaklah mudah karena margin kecil, sementara ketergantungan kepada host (penyedia jaringan) sangat besar. “Tantangannya mencari model bisnis yang tepat,” katanya.   

Sebelumnya, Menkominfo Rudiantara mengungkapkan pola bisnis operator sudah berubah. Ada yang masih menganut mazhab semua dibangun dan dimiliki sendiri jaringannya. Ada yang melakukan managed services dan bermain ditataran layanan. Tetapi ada juga yang mengambil jalan tengah dari kedua mazhab itu.

Kondisi ini menjadikan pola MVNO Invitable di Indonesia. Model bisnis ini kian kencang dibahas pasca adanya sinergi  Smartfren Telecom dan Bakrie Telecom yang mirip-mirip MVNO.(id)