telkomsel halo

Jogja Digital Valley Bangkitkan Gairah Bisnis Digital

11:11:25 | 07 Sep 2014
Jogja Digital Valley Bangkitkan Gairah Bisnis Digital
Ilustrasi (Dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Aksi Telkom mendirikan Jogja Digital Valley (JDV) ternyata berbuah positif pada bisnis digital kreatif di Yogyakarta.

JDV yang berada di kawasan Sagan Yogyakarta setahun lalu lumayan berhasil membangkitkan geliat pebisnis digital di kota tersebut. Selain menawarkan akses internet cepat gratis, JDV juga memberikan dukungan pengetahuan dan jaringan bagi pebisnis digital membangun perusahaan.

Bahkan, JDV memiliki program inkubasi di mana startup yang terpilih mendapat kantor gratis dan serangkaian pendanaan untuk mengembangkan perusahaannya.Telkom menyediakan dana Rp 18 miliar setiap tahun untuk menyuntik para startup yang dianggap layak didanai.

Direktur Innovation and Strategic Telkom, Indra Utoyo menegaskan perseroan akan  terus memperbanyak kegiatan seperti JDV di semua kota besar di Indonesia. Perseroan juga siap menyambungkan para start up lokal dengan dunia seperti di Silicon Valley, Amerika Serikat.

“Tanpa jaringan dunia sulit kita bikin produk mendunia. Telkom sudah investasi di Silicon Valley, kita akan datangkan mentor dari perusahaan yang mendapatkan investasi Telkom di Silicon Valley itu,” katanya.

Ditambahkannya, selain mendatangkan global mentor, bakat-bakat terbaik dari Indonesia juga akan dibawa ke Silicon Valley untuk menyerap disiplin startup global. “Kita butuh standar technology direction, market direction, dan business direction. Di sini belum ada disiplin yang kuat mengenai itu, masih trial dan eror, makanya kita ingin membangun dasarnya dengan benar,” paparnya.

Sebelumnya, data dari Sensus Industri Kreatif Digital yang diselenggarakan oleh JDV  bekerja sama dengan Merah Institute memperlihatkan setidaknya ada 156 pelaku industri kreatif digital di Yogyakarta. Sekitar 49% di antaranya memperkerjakan 1–5 orang, 19,74% mempekerjakan 6–10 orang, 17,76% mempekerjakan 11-20 orang.Tercatat, ada 8,55%  atau 13 perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 30 orang.

Banyak kalangan membagi fase pertumbuhan startup di Yogyakarta. Pertama, pada medio 2008-2009 dengan munculnya Gamatechno, Jogjacamp, dan Idwebhost. Fase kedua adalah tahun-tahun 2010-2011 dengan munculnya Onebiy, Skyzy, Inkuiri, dan Warungmobil.com.

Fase pertama banyak berkutat di penyediaan software, jaringan, dan dibuat karena pesanan, Fase kedua dianggap sebagai fase enterprenuer yang membuat produk sebagai solusi dunia internet hari ini.

Disusul kemudian oleh Tonjoo, Qiscus, dan yang lain dengan tanda skill para founder yang lebih komplet daripada era sebelumnya sehingga produknya pun lebih jelas sejak awal jika dibanding dengan produk-produk fase sebelumnya.

Sementara 2014 ini menjadi fase selanjutnya dari geliat startup Yogyakarta dengan ditandai pelakunya lebih banyak masih berstatus mahasiswa, dan sejak awal banyak mendapat campur tangan dari para Inkubator dan Venture Capital seperti Telkom, Ideosource, dan yang lainnya.

“Berdirinya studio Gameloft di Yogyakarta  pada tahun lalu menjadi  tanda menggeliatnya industri digital kreatif di kota ini,” ungkap Community Manager JDV, Pranowo S Putro.

GCG BUMN
Studio Manager Gameloft, Andrei Vladimir Lascu menilai kekuatan Yogyakarta ada pada banyaknya talenta dengan nilai budaya gotong royong. Belum lagi biaya hidup lebih murah ketimbang  Jakarta dan Bandung. “Yogyakarta hanya perlu  dukungan jejaring pengetahuan dan modal agar bisa melahirkan startup tingkat dunia. Perubahan mindset yang paling utama,” pungkasnya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories