telkomsel halo

Ini Alasan Operator Tak Bicara Banyak di E-Money

10:00:12 | 25 Nov 2013
Ini Alasan Operator Tak Bicara Banyak di E-Money
Ilustrasi (Dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Transaksi berbasis e-money terus menunjukkan pertumbuhan di Indonesia.

Pada tahun  2012, transaksi e-money mencapai hingga 219 ribu transaksi dalam setahun dengan nilai bisnis yang menyentuh angka Rp 3,2 milyar per hari.  Pada tahun 2013 ini transaksi e-money telah menembus angka Rp 6,7 milyar per hari.

Namun, fakta yang lumayan membuat miris adalah ternyata sektor telekomunikasi tidak dominan di e-money. Padahal, untuk menuju financial inclusion agar less cash society terwujud, sektor telekomunikasi akan menjadi andalan mengingat memiliki kekuatan di sisi jangkauan ke pelosok.

“Fakta dari Bank Indonesia menyebutkan transaksi cash di perbankan nasional mencapai 83% dari total transaksi sementara non cash mencapai 17%. Dari noncash itu,  99% dari layanan perbankan sementara 0,07% dari pemain telekomunikasi,” ungkap Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Alex J Sinaga kala menjadi pembicara di diskusi  'New Wave of Less Cash Society: Indonesian Chapter' yang digelar dalam rangka HUT Ke-2 IndoTelko Forum, kemarin.

Diungkapkan Pria yang akrab disapa AJS ini ada terdapat beberapa pemicu kenapa pemain sektor telekomunikasi tak mampu berbicara banyak di sektor e-money. Pertama, operator banyak menanggung biaya untuk akuisisi pelanggan, sehingga transaksi yang dilakukan dengan e-money operator biasanya ada fee ke pelanggan.

Kedua, masih adanya closed loop di industr perbankan yang berlaku yang  belum bisa diterobos pemain Telko.

“Operator kan tak boleh simpan uang, ini jadi kendala. Closed loop lainnya masalah di alat akuisisi seperti EDC atau ATM, alangkah baiknya mengadopsi pola menara bersama di Telko dimana infrasturktur bisa digunakan bersama,” ungkapnya.

Solusi yang ditawarkan AJS adalah adanya regulasi yang pro kepada kedua pemain dan insentif dari pemerintah.

“E-Money ini dari sisi keamanan terjamin dan lebih mudah dilacak. Ada baiknya pemerintah berfikir mengalokasikan dana untuk mencetak uang konvensional yang triliunan menjadi insentif bagi pelaku e-money,” katanya.

Direktur Inovasi dan Strategic Portofolio Telkom Indra Utoyo menambahkan, sulit bersaingnya operator dengan bank karena secara merek memang tidak kuat di layanan keuangan dan bukan bisnis inti.

“Masalahnya disitu, kalau bank menjadikan e-money sebagai suplemen untuk menarik orang menabung atau lainnya. Kalau operator lebih kepada retensi agar pelanggan tetap di jaringannya. Karena itu agar less cash society itu terwujud, dua kutub ini bertemu mencari win-win solution,” sarannya.

Sementara itu, Chief Of Digital Service XL Dian Siswarini mengusulkan adanya aturan yang lebih sederhana untuk mendukung perkembangan uang elektronik bagi masyarakat. Salah satunya terkait masalah know your customer (KYC).

“Basis pelanggan operator itu prabayar, kalau KYC-nya ketat, susah diimplementasikan,” jelasnya.(id)  

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year