telkomsel halo

Pemerintah Tarik Slot Orbit Indosat

07:32:43 | 03 Okt 2013
Pemerintah Tarik Slot Orbit Indosat
Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – Telenovela yang melibatkan slot orbit 150,5 Bujur Timur (BT) yang tengah ditempati satelit Palapa C2 milik Indosat kembali terulang.

Jika pada 2007 lalu  Indonesia sempat divonis “kehilangan” slot orbit satelit 150,5 oleh International  Telecommunication Union (ITU). Kali ini Indosat sebagai pengelola akan kehilangan haknya usai masa edar satelit Palapa C2 habis pada 2016 nanti.

Pasalnya,  pemerintah melalui Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memutuskan menarik slot orbit itu dari Indosat dengan alasan ingin memanfaatkan untuk sesuatu yang lebih besar.

“Memang betul ada surat dari Kemenkominfo per tanggal 19 September 2013 ke Indosat. Intinya menarik kembali pengelolaan slot orbit 150.5 BT  dan sepenuhnya akan dikelola oleh pemerintah. Konsekuensinya, Indosat tidak akan berhak mengelola slot orbit tersebut,” tegas Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Gatot S. Dewa Broto kepada IndoTelko, Kamis (3/10).

Dijelaskannya, Indosat masih berhak atas slot orbit tersebut hingga habis masa edar dari satelit Palapa C2. “Sejuh ini status slot orbit itu milik pemerintah Indonesia. Tidak benar isu ITU menarik,” tegasnya.

Ketika ditanya penarikan slot orbit dari Indosat karena adanya keinginan dari sektor perbankan memiliki satelit sendiri untuk jalur komunikasi, Gatot menegaskan, dalam surat yang dilayangkan Kemenkominfo tidak disebut akan diserahkan kemana, tetapi yang jelas akan digunakan untuk pemanfaatan yang lebih besar.

Berkaitan dengan nasib dari surat Indosat yang dilayangkan ke Kemenkominfo pada Rabu (25/9), Gatot mengakui ada surat balasan dari Indosat. “Ada surat masuk. Belum direspons,” ungkapnya.

Kerugian
Secara terpisah, President Director & CEO Indosat Alexander Rusli mengakui menerima surat dari pemerintah terkait keinginan mengalihkan pengelolaan sumber daya alam terbatas itu.

"Benar, ada surat dari Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terkait pengelolaan slot orbit 150.5 BT. Kita ingin klarifikasi lebih jauh soal rencana (pengambilalihan) itu," ungkap Alex, kemarin.

Diingatkannya, jika pemerintah akan menarik slot orbit itu maka Indosat akan menderita potensi kerugian sekitar US$ 200 juta hingga US$  250 juta.
 
"Angka yang pasti  dari uang muka ke Orbital yang sudah kita setorkan untuk membuat satelit dan peluncurannya. Kalau Indosat rugi, pemerintah rugi juga lho. Indosat ini ada 14% saham negara," katanya.

Dijelaskannya, saat ini slot orbit 150.5 BT masih diisi oleh satelit Palapa C2 milik Indosat. "Itu satelit masih aktif dan ada pelanggannya. Kita masih mendapatkan pendapatan dari sewa transpondernya," katanya.

Sebelumnya, dalam rangka menunjukkan komitmen mengembangkan slot orbit 150.5 BT,  Indosat telah  menandatangani perjanjian  dengan Orbital Sciences.
Orbital Sciences Corporation adalah perusahaan dari Amerika Serikat yang digandeng Indosat untuk proses desain, produksi dan peluncuran satelit Palapa-E pada 2016 nanti yang akan menggantikan satelit Palapa C2.

Orbital juga tengah mencarikan fasilitas kredit ekspor bagi pendanaan satelit Palapa-E karena Indosat hanya mampu menalangi dari dana internal sekitar US$ 50 juta  dari total investasi sekitar S$ 200 juta hingga US$ 250 juta.

Belum lama ini Indosat juga menandatangani Memorandum Of Understanding (MoU) dengan perusahaan satelit asal jepang, SKY Perfect JSAT untuk menaikkan valuasi dari slot orbit 150.5 BT. Adanya kerjasama dengan SkyPerfect JSAT maka Indonesia akan memiliki akses terhadap filing Ku-Band.

Sebagai catatan, pemerintah menyerahkan hak pengelolaan slot orbit 150.5 BT  kepada PT Satelindo yang kemudian bergabung ke Indosat.
 
Berdasarkan data Ditjen Postel, slot tersebut sebenarnya telah berakhir pada 2005 lalu. Namun karena adanya komitmen Indosat untuk mengisi slot sebelum 2009, maka Indonesia tetap memiliki slot 150,5  BT.

ITU sendiri telah menginformasikan pada Februari 2005 slot tersebut bisa lepas dari Indonesia. Pemerintah Indonesia pun diberikan peluang memperpanjang hingga Agustus 2005.

Sayangnya, kesempatan tersebut tidak dimanfaatkan, hingga akhirnya pada  2007,  jagat telekomunikasi heboh dengan berita lepasnya slot orbit 150,5 derajat BT.

Untunglah, berkat keuletan melakukan negosiasi, slot tersebut tidak jadi lepas. Belajar dari kesalahan tersebut, pemerintah menyatakan slot orbit 150,5 derajat BT dikelola secara konsorsium oleh Telkom dan Indosat melalui surat yang diterbitkan pada Maret 2009.

Telkom dan Indosat pada 2010 menandatangani Memorandum of Understanding (MoU)  disaksikan Menkominfo Tifatul Sembiring guna menggarap bersama  slot 150,5 derajat BT.

Di tengah jalan, Telkom balik badan dan lebih fokus ke satelit Telkom-3. Namun, satelit milik Telkom ini gagal mencapai orbit tahun lalu.

Sesuai dengan prosedur di ITU, setiap dua tahun harus diinformasikan perkembangan dari pengelolaan slot orbit yang ada di satu negara. Hal yang menjadi masalah, hingga 2013 ini ternyata belum ada perkembangan siginifikan terkait slot 150,5 BT.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year