telkomsel halo

WiFi di LCC, Kenapa Tidak?

9:55:04 | 07 May 2013
WiFi di LCC, Kenapa Tidak?
Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – Wacana hadirnya akses internet selama di atas pesawat terus bergulir.Pemerintah melalui Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Kementrian Perhubungan (Kemenhub) dikabarkan terus menggeber regulasi pendukung.

Dua maskapai pun telah menyatakan keseriusannya untuk menghadirkan akses internet di armadanya. Keduanya adalah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan Batik Air yang merupakan bagian dari Lion Group.

Garuda dikabarkan  menyiapkan  investasi sekitar  US$ 17,5 juta guna membeli perangkat teknologi telekomunikasi di pesawat. Alatnya sendiri diperkirakan seharga   US$ 250 ribu. Sementara Batik Air menyiapkan  senilai  US$ 3 juta sampai US$ 4 juta disiapkan untuk pengadaan layanan ini.

Kedua maskapai berbasis Full Services (FSC) ini  menggandeng Telkom Group untuk layanan tersebut. Pertanyaannya, apakah koneksi internet di udara hanya domain  pemain full services? Padahal, dari sekitar 63,5 juta penumpang angkutan udara di Indonesia tahun lalu lebih banyak menggunakan maskapai berbasis Low Cost Carrier (LCC).

“LCC tidak haram menyediakan fasilitas komunikasi berupa wireless fidelity (wifi) atau satelit komunikasi . Justru ini bisa menjadi  penghasilan tambahan sekaligus memberikan pelayanan lebih kepada konsumennya,” ungkap Konsultan Independen Penerbangan Gerry Soejatman ketika menjadi pembicara di salah satu diskusi di Bogor, pekan lalu.

Menurutnya, di masa mendatang teknologi akan menjadi penggerak konvolusi segmen.Saat itu bisa saja  fitur LCC mulai akan timbul di FSC dan fitur FSC akan timbul di LCC. Hal ini akan memicu kompetisi menjadi  emakin sengit, bukan untuk volume tetapi untuk yield.
 
“Kompetisi hanya berbasis harga sudah tidak feasible. Kompetisi nantinya berbasis Cost base dan Product. Diferensiasi  adalah kunci kesuksesan masa depan baik bagi LCC atau FSC,” jelasnya.

Keuntungan
Diungkapkannya, keuntungan bagi LCC mengadopsi hadirnya layanan komunikasi di atas pesawat bagi penumpangnya adalah menjadi pelayanan dan sumber pendapatan. Dampak langsung ke pendapatan karena dianggap sebagai layanan berbayar untuk para penumpang, sedangkan dukungan tidak langsung, sebagai layanan berbayar untuk penumpang.Kehadiran WiFi nantinya bisa mendukung In-Flight Entertainment via Bring Your Own Device (BYOD).

Saat ini LCC yang menggunakan WiFi untuk pelayanan diantaranya Air Asia (Malaysia) dan Air Asia X (hanya untuk telpon),  Norwegian Air Shuttle (WiFi, VOIP call), dan  Southwest  (WiFi).

Perubahan
Menurutnya, saat ini di   Indonesia sudah ada perubahan dari maskapai dalam memandang teknologi komunikasi sejak  2011 lalu.  “Pergeseran persepsi baik para penumpang dan para industri maskapai penerbangan tentang alat komunikasi ini akan membuat  pemisahan antara layanan FSC dan LCC tidak akan berarti. Apalagi kompetis di masa mendatang seperti yang saya paparkan di atas,” katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, saat ini  ada beberapa kendala dalam penerapan fasilitas berbasis teknologi tersebut pada maskapai penerbangan Indonesia. Permasalahan ada pada Undang Undang (UU) Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan dan UU Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi.

"Sekarang Satcom dan Wifi harus mematuhi kedua Undang-undang tersebut, namun kenyataannya 100 % dari Satcom yang digunakan di penerbangan di Indonesia tidak comply dengan UU Nomor 36 tahun 1999,"tegas Gerry.

Disarankannya,  kepada pihak-pihak terkait untuk sadar dan saling bekerjasama dalam mendukung perkembangan."Teknologi menjadi kunci inovasi bagi LCC. Kesadaran, kerjasama untuk mencari solusi regulasi terkait teknologi, antara Kemenhub, Kominfo, maskapai, dan operator atau penyedia layanan lokal teknologi itu sangat diperlukan," tandasnya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year