telkomsel halo

Jelang Natal, pasar kripto terkoreksi

05:05:00 | 26 Dec 2025
Jelang Natal, pasar kripto terkoreksi
JAKARTA (IndoTelko) - Pasar kripto kembali mengalami tekanan pada Rabu (24/12) seiring mayoritas aset digital bergerak di zona merah. Kapitalisasi pasar kripto global tercatat turun sekitar 2,45% menjadi USD 2,95 triliun. Bitcoin (BTC) melemah lebih dari 2% ke kisaran USD 87.300, sementara sejumlah altcoin utama seperti Solana, Cardano, Chainlink, dan Zcash terkoreksi lebih dari 3%.

Koreksi ini terjadi di tengah kombinasi sentimen makro ekonomi global, menipisnya likuiditas menjelang libur Natal, serta menyusutnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan The Fed dalam waktu dekat.

Data terbaru menunjukkan para pelaku pasar, termasuk pedagang kripto, semakin mengurangi taruhan mereka terhadap penurunan suku bunga Fed pada Januari setelah rilis laporan produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat yang lebih kuat dari perkiraan.

Menurut CME FedWatch, peluang The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Januari kini hanya sekitar 13,3%, sementara peluang suku bunga bertahan di level saat ini mencapai 86,7%.

Sentimen serupa tercermin di Polymarket, di mana probabilitas penurunan suku bunga pada Januari berada di kisaran 13%. Rilis PDB AS kuartal III yang tumbuh 4,3%, jauh di atas estimasi konsensus 3,3%, mempertegas bahwa ekonomi AS masih solid, sehingga The Fed dinilai tidak memiliki urgensi untuk kembali memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menilai, perubahan ekspektasi kebijakan moneter ini menjadi salah satu faktor utama yang menekan pasar kripto. “Reli besar Bitcoin sepanjang tahun ini sangat didorong oleh kebijakan moneter longgar dan pemangkasan suku bunga. Ketika peluang pemotongan suku bunga Januari semakin kecil, pasar kripto kehilangan salah satu katalis utamanya, apalagi saat likuiditas menurun di akhir tahun,” ujarnya.

Tekanan juga datang dari sisi likuiditas pasar. Data CoinGlass mencatat open interest di pasar futures kripto turun sekitar 1,5% dalam 24 jam terakhir ke level US$128 miliar, sementara volume perdagangan spot menyusut ke kisaran USD 100 miliar. Kondisi ini mencerminkan sikap wait and see investor menjelang periode libur panjang.

Dinamika makro global juga mencerminkan perubahan tren likuiditas di pasar besar lain seperti China. Data terbaru menunjukkan suplai uang M2 China tumbuh sekitar 8% secara tahunan hingga mencapai rekor CNY 336,9 triliun pada November.

Pertumbuhan M2 yang kuatini menandakan pelebaran likuiditas domestik di China, yang dapat menyokong selera risiko di pasar global, termasuk aset kripto, dengan syarat likuiditas tetap mengalir di pasar internasional.

Fyqieh menambahkan, pertumbuhan M2 China menjadi salah satu indikator luasnya arus likuiditas global. Namun sentimen risk-on tetap bergantung pada kebijakan moneter besar seperti Fed dan perkembangan suku bunga di AS.

Dari sisi teknikal, Bitcoin juga menunjukkan sinyal yang patut diwaspadai. BTC tercatat membentuk pola bearish pennant pada grafik harian, yang umumnya merupakan pola kelanjutan tren turun. Selain itu, Bitcoin telah mencatatkan death cross, yakni perpotongan rata-rata pergerakan 50 hari di bawah MA 200 hari, serta bergerak di bawah indikator Supertrend.

Dijelaskannya, secara teknikal, kombinasi death cross dan bearish pennant membuka ruang koreksi lanjutan dalam jangka pendek jika tidak ada sentimen positif baru. Jika terjadi breakdown, tekanan bisa meluas ke altcoin.

Meski tekanan jangka pendek masih terasa, pasar tetap mencermati kemungkinan perubahan kebijakan The Fed di 2026. Menurut CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga pertama pada April 2026 diperkirakan mencapai sekitar 44,3% untuk penurunan 25 bps, meskipun probabilitas suku bunga tetap tidak berubah juga cukup besar di kisaran 41,7%.

Pernyataan sejumlah pejabat The Fed turut memperkuat pendekatan “wait and see”. Presiden Fed New York, John Williams, menilai tiga kali pemangkasan suku bunga yang telah dilakukan tahun ini sudah menempatkan kebijakan moneter di posisi yang tepat. Sementara itu, Gubernur The Fed, Stephen Miran mengisyaratkan perlunya pemangkasan lebih lanjut pada 2026 guna menghindari risiko resesi.

Ia menilai volatilitas pasar kripto berpotensi meningkat selama periode libur Natal seiring menipisnya likuiditas perdagangan. Kondisi tersebut dapat memicu pergerakan harga yang lebih tajam, baik ke arah pemulihan jangka pendek maupun koreksi lanjutan, tergantung perkembangan sentimen makro global.

Fyqieh mengimbau investor untuk tetap disiplin dalam menerapkan manajemen risiko. Menurutnya, dalam jangka pendek pasar kripto masih rentan terhadap tekanan makroekonomi dan sinyal teknikal, sementara untuk jangka menengah hingga panjang prospek kripto tetap menarik apabila likuiditas global kembali longgar dan kebijakan moneter bergerak lebih akomodatif.

GCG BUMN
Dengan kondisi tersebut, pelaku pasar kini mencermati apakah akhir tahun ini akan diwarnai reli Natal yang berkelanjutan atau justru fase konsolidasi lanjutan sebelum pasar kripto kembali menemukan arah pergerakannya. (mas)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories