Dampaknya meluas: sekitar 7 dari 10 pemimpin data dan analitik di Indonesia menyebut kapabilitas AI menurun, pandangan terhadap pelanggan menjadi kabur, personalisasi berkurang, dan peluang pendapatan terlewat.
Selain itu, guna memenuhi tuntutan bisnis, para pemimpin teknis perlu meninjau ulang cara akses, penggunaan, serta penerapan keamanan pada data. Untuk mengurangi potensi munculnya tantangan akibat data yang terperangkap, 47% organisasi di Indonesia mengadopsi pendekatan zero copy data integration, yakni pendekatan yang memungkinkan akses ke data yang berada di berbagai basis data secara bersamaan tanpa perlu memindahkan, menyalin, atau memformat ulang apa pun.
Perubahan ini mulai membuahkan hasil. Perusahaan yang menerapkan zero copy, memiliki probabilitas 18% lebih tinggi dalam menghadirkan pengalaman pelanggan yang unggul dan 33% lebih mungkin memiliki integrasi data yang sangat baik dibandingkan perusahaan yang tidak menerapkan pendekatan zero copy.
Antarmuka dengan bahasa yang natural, seperti agentic analytics, dapat mengatasi kendala literasi data dan kemacetan lalu lintas akses. Tercatat 60% pemimpin data dan analitik di Indonesia menyampaikan bahwa menerjemahkan pertanyaan bisnis ke kueri teknis rawan terjadi error. 97% pemimpin bisnis di Indonesia menyatakan kinerja mereka akan lebih baik jika bisa mengajukan pertanyaan data dalam bahasa yang natural.
Pembaruan tata kelola dan protokol keamanan data diperlukan untuk menjawab tuntutan data yang kian kompleks. Baru 46% pemimpin data dan analitik di Indonesia yang telah menyusun dan menetapkan kerangka dan tata kelola data yang formal. 89% pemimpin data dan analitik di Indonesia sepakat bahwa AI menuntut diterapkannya sebuah pendekatan baru terhadap tata kelola dan keamanan. (mas)