JAKARTA (IndoTelko) Peran teknologi digital, termasuk kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi, semakin menonjol dalam mendukung transisi energi di Indonesia.
Laporan Asia Pacific Energy Transition Readiness Index 2025 yang dirilis divisi Energy Industries ABB menunjukkan bahwa 70 persen pemimpin bisnis di Indonesia menilai inovasi teknologi sebagai akselerator terkuat dalam peralihan menuju energi bersih.
Riset ini melibatkan lebih dari 4.000 pemimpin bisnis dari 12 negara di Asia Pasifik. Hasilnya menempatkan Indonesia di atas rata-rata kawasan dalam beberapa indikator utama. Sebanyak 40 persen perusahaan di Indonesia sudah memenuhi lebih dari separuh kebutuhan energinya dari sumber terbarukan, jauh lebih tinggi dibanding rata-rata regional sebesar 25 persen.
“Indonesia terus menunjukkan langkah maju dalam perjalanan transisi energinya. Kebijakan iklim yang kuat, investasi yang berdampak, serta optimisme terhadap teknologi inovatif seperti AI dan solusi otomatisasi menjadi faktor penggeraknya. Lebih jauh, kolaborasi lintas ekosistem, pengembangan keterampilan hijau, dan akselerasi digitalisasi akan semakin krusial,” ujar Vice President divisi Energy Industries ABB untuk Asia Tenggara Abhinav Harikumar.
Selain adopsi energi hijau, arus investasi juga menguat. Sebanyak 86 persen perusahaan di Indonesia mengalokasikan lebih dari 10 persen belanja modal (CAPEX) mereka untuk proyek transisi energi. Angka ini jauh di atas rata-rata regional sebesar 73 persen.
Digitalisasi menjadi fokus strategis dengan 47 persen perusahaan menempatkannya sebagai prioritas investasi utama. Teknologi digital dinilai penting bukan hanya untuk meningkatkan efisiensi, tetapi juga untuk memodernisasi jaringan, sistem, dan infrastruktur agar energi terbarukan dapat diintegrasikan secara lebih luas.
Aspek talenta juga mendapat perhatian. Sekitar 30 persen responden menyatakan kebutuhan mendesak akan tenaga kerja dengan keahlian mendukung strategi transisi energi. Kolaborasi dengan mitra eksternal, seperti kelompok industri, organisasi pembangunan internasional, hingga universitas, mulai digencarkan untuk membangun kapasitas tersebut.
Riset ABB menegaskan bahwa percepatan transisi energi di Indonesia tidak hanya bergantung pada investasi dan regulasi, tetapi juga pada kemampuan mengintegrasikan digitalisasi serta memperkuat kolaborasi publikswasta. Dengan momentum yang ada, Indonesia dinilai berada di jalur yang tepat untuk memperluas skala energi terbarukan dalam lima tahun ke depan.(ak)