JAKARTA (IndoTelko) - Berkolaborasi dengan Howen dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), TransTRACK menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Empowering Mining Operation Efficiency through Fleet Technology Integration”.
Acara ini menjadi ajang strategis untuk membahas inovasi dan strategi terkini dalam operasional pertambangan, khususnya bagaimana teknologi terintegrasi dapat meningkatkan keselamatan, efisiensi, dan produktivitas.
Dikatakan Co-Founder & CTO TransTRACK, Aris Pujud Kurniawan, pentingnya pemanfaatan teknologi berbasis IoT, AI, dan data analytics dalam mendukung sektor pertambangan. “Keselamatan dan efisiensi tidak dapat dipisahkan. Teknologi fleet management yang terintegrasi memungkinkan perusahaan tambang untuk meminimalkan risiko, meningkatkan produktivitas, sekaligus menjaga keberlanjutan operasional,” ujar Aris dalam sambutannya.
Sementara, Senior Investigator KNKT, Ahmad Wildan menekankan, keselamatan transportasi jalan pada industri tambang harus dilihat dari kacamata mitigasi risiko. “Keselamatan adalah terhindarnya seseorang dari risiko kecelakaan. Jika tidak ingin celaka, maka pahami dan kendalikan hazard agar risiko menjadi semakin kecil. Banyak kecelakaan berawal dari pengemudi yang tidak kompeten, tidak bugar, atau tidak disiplin. Di sinilah teknologi dapat menjadi faktor penting dalam pengendalian hazard tersebut,” ujarnya.
Sedangkan, Vice President of Sales at Howen, Judy Zhu menekankan, integrasi teknologi adalah fondasi bagi masa depan industri pertambangan. “Dengan menggabungkan sensor pintar, telematika, dan telematika video berbasis AI termasuk perangkat keras dan platform, perusahaan tambang dapat mempercepat transformasi digital, meningkatkan efisiensi biaya, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif," katanya.
Kolaborasi teknologi ini juga mendapat dukungan nyata dari industri pengguna. PT Bukit Asam Tbk, sebagai salah satu pelanggan loyal TransTRACK di sektor pertambangan, membagikan pengalaman mereka dalam mengadopsi teknologi MDVR.
Department Head of Mine Operation Control & Support PT Bukit Asam Tbk, Taupan Ariansyah Putra menjelaskan, faktor driver’s fatigue masih menjadi salah satu penyebab utama insiden di area tambang. Data internal menunjukkan tren penurunan signifikan: 48% insiden pada 2023 (6 kejadian), 36% pada 2024 (5 kejadian), hingga 21% pada 2025 (3 kejadian) setelah penggunaan teknologi monitoring dari TransTRACK.
Ia menyoroti berbagai tantangan operasional seperti overspeed di hauling road, perilaku operator unit yang tidak sesuai SOP, serta keterbatasan pengawasan lapangan, yang kini dapat diatasi dengan solusi MDVR TransTRACK melalui alarm peringatan kecepatan, pemantauan video dan komunikasi dua arah secara realtime, GPS tracking posisi unit, hingga rekaman video lengkap sebagai bukti tambahan insiden.
“Penggunaan MDVR pada setiap unit alat merupakan bentuk investasi kami dalam upaya continuous improvement dan evaluasi internal di bidang K3. Teknologi ini menjadi langkah preventif yang dipadukan dengan kecerdasan buatan (AI), sehingga efisiensi waktu dalam pengawasan lapangan dapat tercapai secara realtime. Semua ini kami lakukan demi mencapai tujuan Zero Accident Bukit Asam,” jelasnya.
TransTRACK bersama Howen dan KNKT menegaskan komitmen bersama dalam membangun ekosistem operasional pertambangan yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan. Sinergi antara teknologi, regulator, dan industri diharapkan dapat menjadi model kolaborasi untuk mendorong transformasi keselamatan dan produktivitas sektor pertambangan di Indonesia. (mas)