JAKARTA (IndoTelko) Aktivitas pengguna aplikasi kripto di Indonesia mencatat lonjakan signifikan sepanjang 2024.
Data dari laporan State of Mobile 2025 yang dirilis oleh Sensor Tower menunjukkan bahwa pertumbuhan sesi aplikasi kripto di Indonesia mencapai 54% secara tahunan (YoY), menjadikannya negara dengan pertumbuhan tertinggi kedua di dunia, setelah Jerman (91%).
Peningkatan ini terjadi di tengah mulai pulihnya kondisi pasar global aset digital pasca tekanan sepanjang 20222023. Sensor Tower mencatat bahwa sesi aplikasi—yang merepresentasikan seberapa sering pengguna membuka dan berinteraksi dengan aplikasi kripto—secara global tumbuh 37% pada 2024, dengan kenaikan terbesar di kuartal IV saat harga Bitcoin kembali menguat.
Peningkatan sesi di Indonesia memperkuat sinyal bahwa pasar kripto domestik memiliki daya tarik yang tumbuh, terutama di kalangan generasi muda digital-native.
CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, menilai tren ini sebagai cerminan dari ekosistem yang mulai matang. “Pertumbuhan sesi sebesar 54% di Indonesia bukan sekadar angka. Ini menunjukkan perubahan perilaku: pengguna makin sadar risiko, selektif memilih platform, dan lebih teredukasi,” ujar Calvin.
Ia menambahkan bahwa kripto kini tidak lagi semata dianggap sebagai instrumen spekulatif, tetapi mulai diposisikan sebagai bagian dari strategi diversifikasi keuangan jangka panjang oleh sebagian pengguna Indonesia.
Harga Bitcoin
Laporan Sensor Tower juga menyoroti bahwa aktivitas pengguna kripto sangat berkorelasi dengan pergerakan harga Bitcoin. Setelah mencatat puncak aktivitas pada kuartal II-2021, keterlibatan pengguna menurun tajam seiring anjloknya harga Bitcoin di tahun-tahun berikutnya. Namun, tren positif kembali muncul pada 2024, terutama saat harga mulai stabil dan kembali naik pada kuartal terakhir.
Ini mengindikasikan bahwa fluktuasi harga aset digital utama masih menjadi faktor dominan dalam menentukan minat dan interaksi pengguna terhadap aplikasi kripto, baik untuk trading maupun manajemen portofolio.
Fondasi Pertumbuhan
Tidak seperti siklus sebelumnya yang lebih didorong euforia, pertumbuhan kali ini dinilai lebih berkelanjutan. Jumlah unduhan aplikasi kripto memang belum menyamai puncak 2021, tetapi pertumbuhan sesi yang stabil menunjukkan keterlibatan yang lebih dalam dari pengguna yang sudah ada.
Indikator lain yang mendukung pertumbuhan sehat adalah meningkatnya jumlah program edukasi, kejelasan regulasi dari otoritas, serta makin beragamnya fitur keamanan dan transparansi yang ditawarkan oleh pelaku industri.
“Ke depan, pertumbuhan kuantitatif harus dibarengi dengan pertumbuhan kualitas layanan. Ekosistem kripto harus fokus membangun infrastruktur yang aman, patuh regulasi, dan terintegrasi dengan sistem keuangan yang lebih luas,” tambah Calvin.
Tantangan
Meskipun momentum sedang membaik, industri aset kripto di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Tingkat literasi keuangan digital yang belum merata, perlindungan konsumen yang masih lemah, dan kepastian hukum yang terus berkembang menjadi beberapa aspek krusial yang perlu dibenahi.
Pemerintah melalui Bappebti dan OJK (pasca pengalihan kewenangan) telah mengindikasikan akan memperkuat regulasi terkait penyelenggara aset digital, termasuk mekanisme perlindungan investor dan pengawasan tata kelola bursa kripto.
Dengan pertumbuhan sesi aplikasi kripto yang menempati posisi kedua tertinggi secara global, Indonesia menunjukkan potensi kuat sebagai pasar strategis aset digital di kawasan. Namun, agar pertumbuhan ini berkelanjutan dan inklusif, semua pemangku kepentingan—pemerintah, pelaku industri, komunitas, hingga lembaga edukasi—harus berperan aktif membangun ekosistem yang bertanggung jawab dan adaptif terhadap dinamika teknologi serta kebutuhan pengguna.(wn)