JAKARTA (IndoTelko) - Federal Reserve (The Fed) kembali mempertahankan suku bunga acuannya di level 4,25%4,50% dalam rapat FOMC yang berlangsung Rabu malam waktu AS, di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi akibat tarif impor baru dari pemerintahan Presiden Donald Trump.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menyampaikan bahwa meskipun ketidakpastian meningkat, ekonomi AS masih berada dalam kondisi solid. Namun, The Fed tetap bersikap hati-hati karena risiko inflasi yang lebih tinggi dan kemungkinan peningkatan pengangguran masih membayangi. Powell menegaskan bahwa kebijakan moneter harus tetap fleksibel, dan posisi saat ini dianggap cukup untuk merespons perkembangan ekonomi ke depan secara tepat waktu.
Ia pun menyoroti bahwa kebijakan perdagangan, khususnya tarif impor, menjadi sumber ketidakpastian utama yang memaksa The Fed untuk tetap bersikap wait and see. Ia mengakui bahwa sulit untuk memprediksi dampak akhir dari kebijakan perdagangan tersebut, dan apakah nantinya tekanan yang lebih besar akan datang dari sisi inflasi atau dari pasar tenaga kerja. Jika keduanya meningkat bersamaan, The Fed mungkin harus memilih untuk mengatasi salah satu risiko lebih dulu.
Menanggapi kondisi ini, Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan, di tengah tidak adanya sinyal negatif yang perlu dikhawatirkan investor dari hasil pertemuan The Fed, sentimen positif di pasar kripto berkembang semakin luas, begitu juga di Saham AS.
“Khususnya setelah Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan akan mengumumkan kesepakatan dagang besar dengan sebuah negara yang disebut sangat dihormatinya, yang menurut spekulasi adalah Inggris. Bitcoin yang baru pada 6 Mei kemarin diperdagangkan di level $93.000 kini sudah menembus level $99.000 (8/5), pasca perkembangan situasi AS tersebut,” jelasnya.
Kenaikan harga Bitcoin yang relatif signifikan ini berpotensi berlanjut terlebih apabila perkembangan pelonggaran tarif AS berlanjut. Tidak menutup kemungkinan sentimen positif yang berkembang dapat membawa Bitcoin melewati level resistance psikologis di $100.000.
Sementara itu, indeks-indeks saham utama AS juga ditutup menguat pada hari Rabu waktu AS setelah The Fed menahan suku bunga dan menyatakan bahwa risiko terhadap ekonomi memang meningkat, namun belum terjadi secara nyata.
Fahmi menambahkan, sentimen pasar juga sempat didorong oleh kabar bahwa AS dan China akan memulai kembali pembicaraan dagang di Swiss, yang memunculkan harapan pelonggaran tarif. "Selain itu, laporan juga menyebutkan Presiden Trump sedang mempertimbangkan pelonggaran pembatasan ekspor chip AI, yang sebelumnya diberlakukan di era Biden, sehingga mendorong saham-saham teknologi,” ujarnya.
Saham Disney naik setelah merilis laporan keuangan yang kuat dan mengumumkan rencana pembangunan taman hiburan di Abu Dhabi, sementara BMW tetap optimis meskipun beban tarif masih menjadi tantangan. Secara keseluruhan, indeks Dow Jones naik 0,7% dan Nasdaq menguat 0,4%, meski saham Alphabet turun 7,5% akibat tekanan terhadap bisnis pencariannya.
Di tengah potensi positif baik di aset crypto dan Saham AS tersebut, kondisi saat ini dapat dioptimalkan bagi investor pemula maupun berpengalaman. Salah satu strategi yang bisa dilakukan ialah dollar cost averaging (DCA), di mana investor mengakumulasi aset secara bertahap setiap periode tertentu seperti misalnya sebulan sekali menjadi opsi yang cukup menarik.
Dijelaskan Fahmi, dalam melakukan DCA, investor dapat mengoptimalkan fitur yang memudahkan berinvestasi ke aset kripto dan Saham AS potensial. Misalnya di fitur Packs di Reku, investor bisa berinvestasi pada berbagai crypto blue chip dan ETF Saham AS dengan performa terbaik dalam sekali swipe untuk memudahkan diversifikasi.
"Terlebih, fitur Packs yang dilengkapi dengan sistem Rebalancing akan membantu investor menyesuaikan alokasi investasinya sesuai dengan kondisi pasar secara otomatis. Dengan begitu, strategi DCA yang dilakukan dapat lebih mudah, praktis, dan optimal,” katanya. (mas)