telkomsel halo

Investor harus waspadai resesi 2023 meski pasar modal global optimis

10:28:00 | 14 Feb 2023
Investor harus waspadai resesi 2023 meski pasar modal global optimis
JAKARTA (IndoTelko) - Ramalan krisis global yang digadang-gadang bakal terjadi tahun ini terus membayangi prospek ekonomi baik di pasar Tanah Air atau pun global.

Namun, kondisi perekonomian makro di awal kuartal pertama 2023 terlihat menunjukan outlook yang lebih optimis. Hal ini ditunjukan dengan performa pasar saham AS dan Tiongkok yang bergerak ke tren yang jauh lebih positif.

Dibukanya kembali akses ekonomi di Tiongkok, permintaan investor global terhadap saham-saham pasar Tiongkok semakin tinggi. Hasil riset Financial Times dan Bloomberg menunjukkan peningkatan dua kali lipat dari pembelian ekuitas Tiongkok, dibandingkan angka tahun 2019 atau masa sebelum pandemi.

Pun white-collar recession diprediksi akan menjadi fenomena ekonomi di AS, dimana sektor industri yang sebelumnya mengalami disrupsi dan pertumbuhan signifikan di masa pandemi dua tahun lalu mulai melakukan adaptasi dalam bentuk efisiensi sumber daya manusia. Hal ini ditunjukan dari layoff besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan global seperti Amazon, Meta dan Microsoft.

Dipaparkan Head of Corporate Communications Pluang Kartika Dewi, perbandingan kondisi krisis ekonomi di awal masa pandemi dan yang terjadi di tahun 2023 ini. "Apabila dibandingkan dengan awal pandemi 2020, industri yang paling terdampak krisis ekonomi adalah sektor-sektor yang memiliki proporsi pekerja berupah rendah yang dominan seperti pariwisata, ritel dan hiburan. Di sisi lain, para pekerja kerah putih malah semakin diminati pasar tenaga kerja karena adanya kebutuhan perusahaan untuk membuat berbagai jenis proyek baru sebagai upaya adaptasi bisnis. Sekarang, ekonomi sedang berusaha pulih ke kondisi pra-pandemi dan sektor-sektor industri yang sebelumnya meraup kesempatan harus mendefinisikan kembali produktivitas untuk mengambil keputusan bisnis yang paling cost-effective." jelasnya.

Dikatakannya, publik memandang bahwa strategi layoff perusahaan sektor tech ini bukan menjadi sinyal negatif akan perkembangan perusahaan, tetapi justru strategi untuk mengatur kembali profitabilitasnya. Sementara, untuk pasar obligasi AS, Inverted yield curve menunjukan kondisi investor yang masih kurang percaya diri dengan prospek ekonomi jangka panjang.

Ia menambahkan bahwa investor tetap harus berjaga-jaga akan kemungkinan resesi sepanjang tahun 2023. "Tren yang positif yang ditunjukan oleh sederetan aksi-aksi pasar ini yang belum sepenuhnya menunjukan tren bullish dan bisa jadi hanya sebagai pemulihan tren bearish saja. Kami menyarankan investor untuk memanfaatkan kondisi ini lewat rebalancing portofolio namun tetap siaga akan kemungkinan resesi tahun ini," jelasnya. (mas)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year