telkomsel halo

Kolom Opini

Akselerasi Penyediaan BTS 4G di Desa 3T

06:50:00 | 14 Apr 2022
Akselerasi Penyediaan BTS 4G di Desa 3T
“No one will be left behind”,  upaya pemerataan pembangunan mendasari penyediaan sinyal 4G dan akses internet di wilayah-wilayah terluar, tertinggal, dan terdepan yang sering disingkat dengan wilayah 3T. Transformasi digital yang dicanangkan pemerintah tidak hanya berfokus pada wilayah-wilayah urban, tetapi juga di pelosok-pelosok desa berpemukiman di Indonesia, antara lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital yang inklusif. 
 
Bukan hal mudah membangun infrastruktur digital di desa-desa terpencil. Beberapa persoalan yang harus dihadapi antara lain : tantangan alam, persoalan logistik, transportasi, dan ketersediaan SDM, ditambah dengan situasi keamanan yang  kurang kondusif di beberapa wilayah, dan juga terganggunnya supply chain perangkat akibat Pandemik Covid-19. Tetapi seluruh tantangan dan persoalan tersebut, tidak menyurutkan tekad pemerintah untuk terus melanjutkan penyediaan sinyal 4G dan akses internet bagi masyarakat di wilayah 3T.  
 
1. Hingga saat ini bagaimana progres pembangunan BTS tersebut? Dari 4.000 sudah terealisasi berapa? 
Saat ini, rata-rata progres  pembangunan BTS 4G Fase 1 adalah 86% dimana 1.900an lokasi dari target 4.200 telah on air. 
 
2. Apa yang menyebabkan pembangunan BTS ini masih jauh dari target? Bagaimana dengan pembayarannya? Apakah ada kendala? 
Sebagaimana kami jelaskan sebelumnya beberapa faktor yang mengakibatkan belum tercapainya target pembangunan BTS adalah :
a. Tantangan Geografis (Bentang Alam) 
Pembangunan BTS 4G yang dilaksanakan BAKTI Kominfo, mayoritas bertempat di desa di daerah 3T yang sangat sulit dijangkau, banyak desa yang belum memiliki infrastruktur dasar seperti jalan yang layak dan aliran listrik, sehingga pengiriman material ke lokasi BTS 4G banyak dilakukan dengan menggunakan sarana transportasi dan pengangkutan logistik yang kurang memadai, misalnya dengan berjalan kaki dan menggunakan gerobak atau menggunakan perahu-perahu tradisional untuk menyeberangi lautan atau sungai-sungai. 
 
b. Hambatan Transportasi, terutama Udara. Banyaknya lokasi-lokasi pembangunan BTS terutama di wilayah pegunungan Papua yang memerlukan transportasi udara untuk sarana pengangkutan material dan peralatan, yang tidak sebanding antara jumlah material dan peralatan dengan ketersediaan transportasi udara. Dapat dilihat bahwa antara tahap MOA dan MOS terdapat kesenjangan pencapaian, menunjukkan bahwa material sudah tersedia di titik di area tersebut, menunggu transportasi ke titik tujuan yang umumnya merupakan medan yang sulit.
 
c. Pembatasan Mobilitas Barang dan Orang Akibat Pandemi. Adanya pandemi covid-19 pada tahun 2021, terutama saat gelombang ke-2 di mana sangat berpengaruh pada pelaksanaan aktivitas/kegiatan supply chain pembangunan BTS, dimulai dari penghentian/pembatasan kegiatan fabrikasi material sipil (terutama tower dan pagar), penghentian/pembatasan kegiatan/aktivitas logistik/pengiriman, pembatasan perjalanan yang berdampak pada terbatasnya akses ke lokasi pembangunan BTS, pembatasan pelaku perjalanan hanya yang telah divaksin di mana saat terjadinya gelombang ke-2, ketersediaan vaksin belum dapat diperoleh secara mudah sehingga banyak pekerja yang belum divaksin tidak dapat melakukan perjalanan ke lokasi pembangunan BTS, termasuk juga banyaknya pekerja yang terpapar oleh virus Covid-19 sehingga berakibat pada penundaan pekerjaan. Hal ini ditunjukkan pada kesenjangan antara pencapaian MOS dengan RFS, yang menunjukkan bahwa material telah siap di lokasi, menunggu pekerja untuk penyelesaiannya. Pada skala nasional, dengan adanya gelombang kenaikan covid-19 dan imbas dari PPKM yang berakibat pada mundurnya aktivitas manufaktur material proyek, logistic pengiriman material, hingga instalasi, mengalami kemunduran pelaksaaan proyek.
 
d. Kelangkaan Pasokan Microchip. Adanya kelangkaan yang terjadi secara global (global shortage) pada supply microchip yang juga berdampak pada supply beberapa perangkat telekomunikasi yang digunakan dalam pembangunan BTS. 
 
e. Gangguan Keamanan. Terjadinya gangguan keamanan yang secara spesifik terjadi di Papua, di mana jumlah lokasi BTS yang dibangun di Papua dan Papua Barat mencapai sekitar 65% dari total BTS yang dibangun oleh BAKTI di seluruh Indonesia. Pada tanggal 2 Maret lalu, terjadi serangan penembakan di Kabupaten Puncak yang menewaskan 8 pekerja BTS telekomunikasi. Dari insiden tersebut, pekerjaan implementasi di hampir seluruh di Propinsi Papua dihentikan atas instruksi dari otoritas di Papua. 
 
Akselerasi pemerataan pembangunan di daerah 3T ini didukung oleh penyediaan APBN secara bertahap yang disesuaikan dengan kemampuan fiskal pemerintah. Proses pembayaran kepada para vendor tidak mengalami kendala karena anggaran telah tersedia dan termin pembayaran progres telah diatur di dalam kontrak. 
 
3. Berapa investasi yang dibutuhkan dalam proyek ini dan berapa realisasinya?
APBN yang dialokasikan untuk pembangunan 4.200 BTS 4G adalah Rp. 11 T. Salah satu komponen terbesar adalah biaya logistik pengiriman material, karena banyak lokasi pembangunan yang belum terdapat infrastruktur fisik dasar, seperti jalan, sehingga harus ditempuh dengan menggunakan helikopter.
 
4. Saat ini sudah berapa BTS yang berhasil dibangun Bakti? Bagaimana sisanya? Targetnya kapan mengingat di era pandemi akses internet kian dibutuhkan untuk menunjang aktivitas harian?
 
Betul, menyadari bahwa di era pandemi akses internet kian dibutuhkan, dan diprediksi tidak akan mengalami penurunan kebutuhan bahkan paska-pandemi, Bakti secara sungguh-sungguh dengan berbagai tantangan di atas, terus melanjutkan pembangunan BTS 4G di desa-desa 3T di seluruh Indonesia. Capaian target pembangunan BTS 4G tertera pada nomor 1. Secara prosentase, target Fase 1 saat ini sudah mencapai 86%. Fase 1 tersebut terus dikebut pembangunannya dan ditargetkan diselesaikan 100% pada tahun 2022. 
 
5. Bagaimana dukungan operator seluler dalam pembangunan BTS di wilayah 3T?
Operator seluler sangat mendukung program penyediaan sinyal di desa-desa 3T. Saat ini, masyarakat di beberapa wilayah 3T sudah mulai memanfaatkan jaringan BTS BTS yang telah dibangun oleh BAKTI.
 
6. Bila pembangunan tahap pertama masih jauh dari target, bagaimana dengan pengaktifan tahap kedua di 3.704 desa yang juga ditargetkan dapat dinikmati tahun ini? Kapan targetnya dan bagaimana ketersediaan anggaran yang disiapkan pemerintah?
 
Pembangunan BTS 4G tahap 1 sudah mencapai 86% dan akan dilanjutkan dengan pembangunan BTS 4G tahap 2. Untuk pembangunan BTS 4G tahap 2 di 3.704 lokasi, akan dilakukan bertahap sesuai dengan ketersediaan fiskal. Tahun 2022, anggaran yang ada akan dialokasikan untuk pembangunan BTS 4G di 2.300 lokasi. 
 
Ditulis oleh :
Fadhilah Mathar
Direktur Sumber Daya dan Administrasi
Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi
Kementerian Kominfo
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year