telkomsel halo

Gig Economy di Asia Tenggara meningkat

11:00:36 | 23 Jul 2021
Gig Economy di Asia Tenggara meningkat
JAKARTA (IndoTelko) - Penyedia layanan fintech yang berfokus pada pekerja independen (gig economy), Gigacover, mengumumkan layanan finansial baru untuk pelanggan di Asia Tenggara, termasuk layanan Earning Advances dan Pinjaman Produktif, melengkapi layanan perlindungan kesehatan yang sudah ada sebelumnya. 

Hingga saat ini, Gigacover telah bekerjasama dengan beberapa perusahaan ternama seperti Gojek, Foodpanda dan Gogox di Singapura dan baru saja menambah Lalamove serta AXA Financial Agent di Indonesia, sambil terus menjangkau lebih banyak pemain lokal lainnya.

Berdasarkan data World Bank 2019, tenaga kerja independen Asia Tenggara telah mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 30%, jumlah yang semakin meningkat pada tahun 2020 selama pandemi. 

Google dan Temasek juga mengestimasikan bahwa ada sekitar 150 juta individu pekerja independen di kawasan tersebut dengan 50% di antaranya mengalami kesulitan akses ke berbagai layanan finansial dan tidak memiliki perlindungan kerja yang memadai. Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan ada sebanyak 33,34 juta orang di Indonesia yang bekerja sebagai pekerja paruh waktu atau pekerja lepas per Agustus 2020. Angka itu naik 4,32 juta orang atau 26 persen pada tahun itu.

Para pekerja independen di Indonesia menempati posisi terendah dari piramida perlindungan kerja, posisi mereka bahkan kalah dari pekerja kerah biru yang keamanan tenaga kerjanya dilindungi oleh UU No.13, tahun 2003. Mereka hampir tidak memiliki jaminan terkait tenaga kerja, baik jaminan pekerjaan, pendapatan atau perlindungan sosial. Jaminan sosial mereka tidak diwajibkan untuk masuk sebagai bagian dari hak yang harus diberikan pemberi kerja, yang berarti mereka harus membayar produk untuk melindungi diri mereka sendiri.

Dari data Gigacover, ditemukan bahwa lebih dari 50% pekerja independen di Indonesia memilih uang tunai dan perlindungan kesehatan sebagai tunjangan pilihannya. Di Jakarta sendiri, Gigacover mengalami peningkatan dalam jumlah Earnings Advance dan transaksi asuransi mikro sebesar tiga kali lipat pada Q2 tahun 2021, sehingga meningkatkan penggunaan produk Gigacover secara keseluruhan di Indonesia hingga 60% di kalangan komunitas pekerja independen. 

Co-Founder & CEO Gigacover, Amerson Lin mengatakan, kehadiran pekerja lepas dan independen di Asia Tenggara menjadi tantangan dan peluang bagi fintech seiring peningkatan pengawasan dari regulator dan pekerja yang menuntut transparansi dan keadilan. 

“Di sinilah Gigacover masuk sebagai penghubung antara bisnis, lembaga keuangan, pemerintah, dan pekerja independen, dengan mendukung dan menyediakan produk keuangan yang sesuai kebutuhan serta melindungi. Kami melihat peluang pertumbuhan yang sangat besar karena semakin banyak generasi milenial memilih untuk berwirausaha, dan perusahaan menerapkan perekrutan tenaga kerja hybrid dengan mengambil lebih banyak staf kontrak dan pekerja tidak tetap. Selama 5 tahun ke depan, kami menargetkan untuk dapat melayani 7 juta pekerja independen Indonesia dan mewujudkan visi kami untuk melayani lebih dari 20 juta pengguna di seluruh wilayah Asia Tenggara,” tambahnya.

Country Head Gigacover Indonesia, Cobysot Avego Putro sangat optimis dengan pertumbuhan anggota Gigacover di Indonesia sepanjang tahun. Walaupun mendapat predikat sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, kesejahteraan pekerja independen masih belum mendapatkan perhatian yang besar di sini. "Kami harap Gigacover bisa menciptakan keamanan finansial dan jaminan kesehatan yang lebih baik bagi semua pekerja independen dan pelaku gig economy di Indonesia," katanya.

Dengan pasar utama meliputi Indonesia dan Singapura, saat ini Gigacover dapat dianggap sebagai pemimpin pasar di regional karena bekerja dengan lebih dari 50% platform dan marketplace yang terkait dengan pekerja independen. Gigacover juga telah memulai pembangunan di Filipina dan berencana untuk memasuki pasar Vietnam sebagai bagian dari strategi ekspansi di Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri, Gigacover telah tumbuh sepuluh kali lipat sepanjang tahun 2020. 

Gigacover mendapatkan pendanaan melebihi target (oversubscribed) pada tahun 2019 yang dipimpin oleh Vectr Fintech dan Quest Venture Partners, serta diikuti oleh Alto Partners, M Venture Partners, dan Farsight Capital. Pendanaan diperoleh seiring dengan peluang besar bagi pekerja lepas di pasar negara berkembang serta kualitas founder Gigacover.

"Penerapan strategi B2B2W (w=worker) menempatkan Gigacover sebagai solusi unik untuk mengisi kesenjangan antara asuransi tradisional dan mitra layanan keuangan, yang bisa sangat mahal bagi pelaku gig economy dan platform tempat mereka berada. Gigacover telah tumbuh secara eksponensial dan kami akan terus mendukung ekspansi berkelanjutan mereka," kata Co-Founder dan Managing Partner Vectr Fintech Partners, Mark Munoz. 

Pertumbuhan pesat Gigacover di Indonesia menunjukkan komitmennya untuk membantu pekerja independen dan komunitas pelaku gig economy yang kurang terlayani di dalam negeri untuk memiliki akses manfaat yang sama seperti pekerja penuh waktu, dan mencapai literasi keuangan untuk dapat menopang diri mereka sendiri jika terjadi hal yang tidak diinginkan.

“Inklusi dan stabilitas keuangan masih menjadi tantangan mendesak yang menghambat ekosistem berkelanjutan untuk gig economy di wilayah Indonesia. Sebagai platform keuangan, Gigacover berharap bahwa pilihan untuk menjadi pekerja independen juga bisa sama valid, stabil, dan menguntungkannya seperti pilihan bekerja dalam perusahaan,” pungkas Coby.(wn)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year