telkomsel halo

Kolom Opini

Strategi cepat untuk berpindah ke cloud

12:53:27 | 26 Mar 2020
Strategi cepat untuk berpindah ke cloud
Pertimbangan para Chief Information Officer (CIO) untuk beralih ke teknologi komputasi awan (cloud computing) didasari berbagai alasan.

Di sisi lain, jumlah vendor dan produk cloud, mulai dari infrastruktur hingga aplikasi, meningkat tajam. Perusahaan riset pasar teknologi informasi IDC memprediksi bahwa pengeluaran untuk transformasi digital akan menghabiskan hingga 50% anggaran teknologi informasi (TI) sampai tahun 2023 , yang sebagian besarnya berupa pembelanjaan teknologi awan (cloud).

Dengan berpindah ke cloud, para CIO berharap teknologi ini akan mempercepat proses dan menghemat biaya. Berikut ini adalah dua inisiatif yang dapat membantu mempercepat implementasi strategi cloud perusahaan:

• Pertama, memindahkan infrastruktur TI ke platform cloud yang terbuka, fleksibel, dan yang memungkinkan pelaksanaan proses penskalaan hiper (hyperscaling).
• Kedua, melengkapi sistem inti (misalnya ERP) dengan teknologi cloud yang memungkinkan pertumbuhan bisnis dan menciptakan daya saing.

Pilih Platform dengan Cermat Saat Memindahkan Infrastruktur TI Anda ke Cloud
Proses memindahkan infrastruktur TI ke platform Infrastructure as a Service (IaaS), yang sering kali disebut “lift and shift”, meliputi pemindahan aplikasi bisnis Anda beserta penyesuaian dan antarmuka-nya ke suatu layanan hos agar dapat diakses melalui internet.

Proses ini mempertahankan lisensi aplikasi dan investasi berupa custom code yang sudah Anda miliki sehingga kesesuaian fungsinya tetap sama, namun dengan total biaya kepemilikan yang lebih rendah karena portofolio aplikasi tetap utuh. Hanya saja, hos-nya di infrastruktur milik pihak ketiga, bukan milik Anda.

Memindahkan pusat data Anda ke cloud dapat menjadi strategi cloud paling sederhana dan hemat biaya. Dengan IaaS, perusahaan tidak perlu memiliki dan merawat perangkat keras komputer. Hal ini juga memudahkan Anda memperbarui infrastruktur.

IaaS dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk melakukan modernisasi dengan memungkinkan TI mengadopsi perubahan dengan lebih fleksibel dan dengan memberikan kelincahan kepada perusahaan agar dapat berubah lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan pusat data Anda ke IaaS hingga berjalan relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan proyek cloud lainnya. Penghematan biaya, paling sedikit 30%, mungkin akan segera dirasakan pelanggan.

Walaupun biaya IaaS bisa lebih kecil dari biaya operasional pusat data internal dan IaaS dapat mendukung hyperscaling bisnis dengan harga jauh lebih rendah, menggunakan IaaS milik vendor aplikasi dapat menimbulkan masalah. Alih-alih mendukung pilihan terbaik di kelasnya untuk tingkat kompleksitas bisnis Anda, pilihan Anda malah terbatas pada aplikasi yang beroperasi atau berintegrasi dengan susunan teknologi (technology stack) milik vendor.

Analis industri menganggap penyedia layanan IaaS yang bersifat vendor neutral, seperti Amazon Web Services (AWS) dan Microsoft Azure, sebagai penyedia layanan umum yang mampu mendukung berbagai macam beban kerja, sementara solusi milik vendor aplikasi seperti cloud IaaS milik Oracle pada dasarnya merupakan fondasi infrastruktur untuk bisnis Oracle lainnya. Menggunakan layanan IaaS yang vendor neutral memperkecil risiko terperangkap dalam susunan teknologi cloud vendor ERP.

Proses “lift and shift” lisensi abadi aplikasi yang dimiliki perusahaan ke IaaS mengurangi kebutuhan akan kemampuan operasional tertentu. Alokasi staf operasional internal serta anggaran dapat dipindahkan ke inisiatif bisnis berprioritas tinggi. Ketika Anda menggunakan pendekatan IaaS, tinjaulah proses operasi dan dukungan, kebutuhan staf, keterampilan, serta anggarannya untuk memahami letak perubahan yang diperlukan. Lakukan penilaian peran dan tanggung jawab untuk mengidentifikasi dampak perubahan.

Percepat Pencapaian Nilai Bisnis dengan Menerapkan Teknologi Berbasis Cloud yang Berdampak Besar sebagai Pelengkap Aplikasi Perusahaan yang Sudah Ada
Menurut hasil survei Agenda CIO 2019 oleh Gartner, hanya 3% atau kurang dari perusahaan yang disurvei memandang ERP sebagai faktor yang berpengaruh besar.

Pergeseran prioritas tersebut dapat berarti semakin sedikit CIO yang memasukkan investasi ERP ke dalam peta perencanaan bisnisnya. Namun demikian, ketergantungan yang terus-menerus pada kebijakan vendor dan model dukungan ERP memaksa para CIO untuk menghabiskan anggaran, sumber daya, dan waktu yang terbatas demi mempertahankan proyek ERP, sekalipun mungkin tidak mendorong pertumbuhan maupun menciptakan daya saing.

Memindahkan fungsi inti yang ditemukan dalam ERP ke platform Software as a Service (SaaS) yang benar-benar baru bukan langkah cerdas bagi kebanyakan perusahaan. Karena kebanyakan penerapan (deployment) ERP sangat kompleks, memindahkan ERP ke SaaS dapat menjadi sangat mahal dan disruptif.

SaaS ERP kemungkinan besar tidak membuat perusahaan dapat menjawab tuntutan bisnis untuk mencapai pertumbuhan dan inovasi dengan lebih baik. Biaya peluang yang harus ditanggung saat melakukan full-scale deployment ke solusi cloud yang kurang matang dan kurang fungsional adalah menunda atau melewatkan investasi cloud yang akan menghasilkan dampak besar bagi bisnis.

Praktik yang terbaik adalah memfokuskan anggaran dan staf pada inisiatif yang penting bagi bisnis. Walaupun penerapan ERP di cloud masuk akal dalam beberapa skenario (bagi perusahaan kecil hingga menengah atau perusahaan dengan kompleksitas minimal), kebanyakan perusahaan memilih untuk mempertahankan investasi mereka pada sistem ERP sembari mencoba berinovasi dengan teknologi cloud.(*)

Ditulis oleh Pat Phelan, VP of Market Research, Rimini Street

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year