telkomsel halo

Kekurangan tenaga kerja ahli hambat transformasi digital

05:07:07 | 27 Nov 2018
Kekurangan tenaga kerja ahli hambat transformasi digital
JAKARTA (IndoTelko)  – Hasil penelitian terbaru Korn Ferry mengemukakan bahwa para pemimpin perusahaan di Indonesia memahami bahwa berkurangnya tenaga kerja ahli dapat mempengaruhi bagaimana mereka menjalankan bisnis perusahaan.

Lebih dari 40% pemimpin perusahaan di Indonesia setuju bahwa kekurangan tenaga kerja ahli akan menjadikan perusahaan semakin lambat dan sulit melakukan transformasi bisnis melalui teknologi serta dapat mengurangi keuntungan perusahaan di dunia kerja masa depan.

Namun, para pemimpin perusahaan di Indonesia dalam penelitian ini optimistis mengenai ketersediaan tenaga kerja ahli: 50% pemimpin perusahaan optimis bahwa perusahaan mereka aman dari krisis tenaga kerja ahli, dengan memperkirakan bahwa tenaga kerja ahli di Indonesia akan mencukupi jumlahnya atau bahkan melebihi jumlah yang dibutuhkan (surplus) pada tahun 2030.

Sementara itu, 48% pemimpin perusahaan di negara-negara lain dalam penelitian ini optimistis bahwa perusahaan mereka aman dari krisis tenaga kerja ahli.

Walaupun 70% pemimpin perusahaan di Indonesia mengatakan bahwa teknologi akan mengungguli sumber daya manusia yang menghadirkan nilai tambah dalam bekerja (value creator) antara tahun 2018 dan 2030, sebagian besar para pemimpin perusahaan tersebut tidak memandang masa depan hanya sebagai ajang pertarungan antara sumber daya manusia dan mesin.

88% responden juga mengatakan bahwa perusahaan mereka membutuhkan tenaga kerja ahli dalam dunia kerja masa depan, dengan 86% responden setuju bahwa teknologi menciptakan kebutuhan akan pekerjaan dengan keahlian yang lebih tinggi.

Para pemimpin perusahaan di Indonesia juga memiliki rencana yang agresif untuk meningkatkan jumlah sumber daya manusia: 80% perusahaan berencana meningkatkan jumlah sumber daya manusia mereka hingga 30% pada tahun 2020 dan 38% pada tahun 2030.

“Perkembangan teknologi telah mempercepat laju pengembangan bisnis. Prediksi yang fleksibel dan pemodelan bisnis sekarang lebih relevan dibandingkan model tradisional, seperti rencana lima tahun, ”kata Presiden, Asia Pasifik, Korn Ferry Michael Distefano dalam keterangan, kemarin.

Dikatakannya, meskipun perencanaan skenario sangat penting untuk pertumbuhan bisnis, hal ini jarang merambah ke ‘perencanaan sumber daya manusia'. Karena tenaga ahli menjadi faktor pendorong pertumbuhan dalam ekonomi baru, perusahaan harus mengubah pola pikir ini agar menjadi lebih sigap dan mengadopsi pendekatan jangka panjang ketika menyusun strategi sumber daya manusia mereka.

Vice Chairman, Korn Ferry Indonesia Sylvano Damanik menambahkan populasi masyarakat Indonesia yang relatif berusia muda memberikan keunggulan tersendiri, yaitu mereka tangkas dan ingin mencoba beragam inovasi baru. Pada saat yang bersamaan, perusahaan-perusahaan juga menghadapi tantangan yaitu seberapa cepat perusahaan dapat mengembangkan sumber daya generasi muda agar mereka dapat menjadi pemimpin masa depan. 

Dalam hal keahlian, perusahaan-perusahaan di Indonesia memprediksikan bahwa keahlian digital akan sangat relevan dengan kesuksesan perusahaan.  

Namun perusahaan-perusahaan di Indonesia juga melihat pentingnya pengelolaan sumber daya manusia. Lima peranan utama yang dipandang penting oleh para pemimpin perusahaan di  Indonesia termasuk keamanan informasi, manajemen umum, analitik  big data, transformasi digital, analitik digital.

Untuk menjalankan strategi perusahaan, 88% pemimpin perusahaan di Indonesia memiliki proyeksi resmi untuk kebutuhan tenaga kerja ahli di perusahaan mereka – namun hanya 7% yang memiliki rencana hingga tahun 2030.

Walaupun mereka mengantisipasi peranan mana saja yang akan memberikan pengaruh paling besar terhadap dunia kerja masa depan, 66% responden mengatakan lebih mudah bagi mereka untuk menciptakan rencana kerja terkait teknologi dan aset-aset berwujud karena tekanan dari para pemegang saham agar perusahaan dapat memberikan keuntungan dengan cepat serta persepsi bahwa perusahaan yang mengesampingkan sumber daya manusia sebagai risiko.

Para pemimpin perusahaan di Indonesia berkata bahwa mereka akan melakukan mitigasi potensi krisis tenaga kerja ahli dengan mempertimbangkan kembali ke arah mana mereka memfokuskan strategi pertumbuhan perusahaan, investasi dan jejak geografis perusahaan; membayar gaji premium untuk menarik tenaga kerja ahli; menjadikan perusahaan sebagai tujuan bagi para pencari kerja (menjadi perusahaan idaman); meningkatkan kebutuhan terhadap pekerja lepas (freelance) atau pekerja kontrak; dan mempercepat penggunaan teknologi untuk mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja ahli.

Penelitian ini juga menunjukkan optimisme yang berlebihan dari perusahaan-perusahaan di seluruh dunia terkait dengan kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja ahli di masa depan:
1. Hampir semua (95%) pemimpin perusahaan optimistis bahwa perusahaan mereka dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja ahli di masa depan walaupun terdapat potensi kekurangan tenaga kerja ahli sebanyak 85,2 juta orang pada tahun 2030. 9% pemimpin perusahaan memiliki prediksi formal akan kebutuhan tenaga kerja ahli hingga tahun 2030 untuk menjalankan strategi perusahaan.

2. Sebagian besar pemimpin perusahaan (84%) yakin bahwa mereka akan membutuhkan tenaga kerja ahli lebih banyak, namun hanya setengah dari responden (52%) yakin akan terjadi kekurangan tenaga kerja ahli pada tahun 2030 dan sepertiga dari responden (33%) menyangkal bahwa kekurangan tenaga kerja ahli akan menghambat pertumbuhan bisnis maupun mengurangi keuntungan perusahaan.

3. Bahkan diantara para pemimpin yang percaya bahwa teknologi adalah kunci masa depan, mereka juga menyadari bahwa kemampuan perusahaan untuk menggerakkan bisnis akan bergantung kepada keahlian sumber daya manusia, dengan 79% responden mengatakan bahwa perkembangan teknologi akan menjadikan perusahaan lebih menghargai keahlian sumber daya manusia.(wn)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year