telkomsel halo

Ericsson siap bawa Indonesia ke era 5G

04:05:05 | 18 Apr 2018
Ericsson siap bawa Indonesia ke era 5G
Vice President of Network Solutions Ericsson Indonesia, Ronni Nurmal memberikan penjelasan kepada Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dr. Ir. Ismail MT pada demo teknologi 5G di acara Ericsson Do Zone 2018.(ist)
JAKARTA (IndoTelko) - Ericsson siap membawa operator seluler di Indonesia berevolusi dari era 4G ke 5G.

Ericsson memiliki sejumlah solusi untuk 5G, port 5G inti, radio, dan transportasi bersama dengan OSS/BSS, layanan jaringan, dan keamanan.

Penyedia solusi ini baru saja meluncurkan perangkat lunak komersial 5G Radio Access Network (RAN), berdasarkan standar 3GPP 5G New Radio (NR) pertama yang baru saja disepakati. Ericsson juga memperkenalkan kategori baru produk radio Street Macro yang bisa memenuhi kebutuhan operator untuk tumbuh di kota-kota dengan ketersediaan akses radio terbatas.

Ini akan memenuhi kebutuhan akan lalu lintas data yang terus bertambah, secara lebih efisien, dan memungkinkan akses ke konten multimedia, seperti streaming video 4K/8K dan virtual/augmented reality.

Menurut studi ekonomi baru Ericsson tentang peningkatan mobile broadband, pemanfaatan teknologi 5G akan menekan biaya hingga 10 kali lebih rendah per gigabyte dibanding teknologi 4G saat ini.

Penawaran radio ini dilengkapi dengan perangkat lunak komersial 5G Core yang dioptimalkan untuk pemanfaatan, kapasitas jaringan dan skalabilitas 5G.

“Gabungan perluasan portofolio radio kami dan dukungan 5G untuk radio yang telah digunakan di lapangan, akan mendukung evolusi mulus dari 4G menuju 5G untuk operator Indonesia. Dengan platform 5G kami, mereka akan mendapatkan jaringan yang lebih efisien serta peluang untuk menciptakan pendapatan baru dari contoh kasus konsumen dan industri yang muncul," kata Presiden Direktur Ericsson Indonesia Jerry Soper, kemarin.

Potensi
Laporan potensi bisnis 5G dari Ericsson menemukan bahwa operator dapat memperoleh pendapatan tambahan hingga US$ 619 miliar (36%) dari perkiraan pendapatan layanan mereka sebesar US$ 1,7 triliun pada tahun 2026.

Operator dapat mencapai ini dengan menjadikan transformasi digital dari industri lain sebagai target, seperti otomotif dan manufaktur, menggunakan teknologi 5G-IoT.

Untuk Indonesia, pada tahun 2026, akan ada peluang tambahan pendapatan sebesar US$ 6 miliar (30%) bagi operator telekomunikasi yang menangani digitalisasi industri dengan teknologi 5G.

Peluang pendapatan terbesar terkait 5G untuk operator adalah di sektor manufaktur, energi, dan utilitas.

Laporan The industry impact of 5G dari 900 lebih perusahaan dengan 1.000 karyawan lebih di 10 industri yang berbeda mengungkapkan bahwa uji coba kasus penggunaan 5G akan dimulai pada tahun 2018, setelah itu kegiatan akan meningkat pesat, dengan lebih dari 70% perusahaan menargetkan untuk memproduksi layanan pemanfaatan 5G pada tahun 2021.

Manufaktur, energi dan utilitas, transportasi umum dan jasa keuangan industri adalah sektor yang kemungkinan besar paling dulu memproduksi pemanfaatan teknologi ini pada tahun 2020. Penggerak utama untuk mengambil langkah berikutnya menuju 5G dari perspektif strategis adalah untuk menciptakan keuntungan first mover.

Sementara itu, studi Ericsson Consumer Lab Towards a 5G consumer future; Six Calls to Action from consumers for operators to rethink mobile broadband bisa memberikan gambaran apa yang dipikirkan konsumen di Indonesia tentang 5G: Berbeda dengan yang selama ini diketahui, bahwa konsumen tidak tertarik dengan layanan 5G, 84% pengguna smartphone di Indonesia tertarik menggunakan layanan 5G, dan 54% di antaranya bahkan bersedia membayar.

66% pengguna ponsel pintar di Indonesia menyatakan bahwa mereka akan menggunakan 5G dalam waktu 2 tahun sejak diluncurkan dan memperkirakan sebagian besar layanan 5G akan menjadi mainstream setelah 3-4 tahun dari waktu peluncuran.

Selain itu, 64% pengguna smartphone di Indonesia membayangkan akan mengakhiri pembayaran untuk setiap gigabyte yang dikonsumsi saat menggunakan teknologi 5G di masa datang. Karena mereka lebih suka sekali bayar untuk layanan 5G atau untuk setiap perangkat yang terhubung di jaringan.

“Berbagai temuan ini menunjukkan kepada kita bagaimana konsumen Indonesia yang paham teknologi terus mendorong perkembangan TIK di Indonesia. Selain itu, temuan yang sama juga menunjukkan adanya prospek pendapatan yang signifikan bagi operator Indonesia melalui penyelenggaraan 5G. 4G adalah fondasi dari 5G, dan operator Indonesia harus memastikan jaringan 4G mereka sudah siap untuk 5G. Ericsson adalah pihak yang tepat untuk membantu operator memaksimalkan potensi 4G, membantu mereka berevolusi dari 4G ke 5G, dan berkontribusi pada agenda nasional 'Making Indonesia 4.0," pungkasnya.

Asal tahu saja, setelah bertahun-tahun mempersiapkan standar dan teknologi, 5G kini mulai bergerak ke fase komersial. Sampai saat ini, Ericsson telah menandatangani 39 nota kesepahaman dengan penyedia layanan untuk uji coba. Bahkan yang lebih penting lagi, Ericsson telah menandatangani beberapa kontrak komersial dengan pengiriman yang siap dilakukan pada akhir tahun ini.

Sebelumnya, Dirjen Sumber Daya Penyelenggara Pos dan Informatika (SDPPI) Kemkominfo, Ismail MT mengungkapkan Indonesia memiliki tiga frekuensi yang disiapkan untuk bisa menghadirkan 5G, yaitu pada 3,5GHz, 26GHz atau 28GHz.

Untuk frekuensi 26 dan 28GHz sendiri, dinilai ideal untuk berbagai layanan yang membutuhkan latency atau waktu respons yang rendah.

Pemanfaatan teknologi 5G di Indonesia kemungkinan besar akan dimulai dari industri 4.0. Industri 4.0 merupakan nama tren otomatisasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi manufaktur. Hal ini mencakup sistem Internet of Things (IoT), cloud computing dan komputasi kognitif.

Sebenarnya, selain ketiga frekuensi tersebut, menurut laporan terpisah, ada beberapa opsi lain mencakup 600MHz, 700MHz dan 800MHz.

5G membutuhkan spektrum dalam tiga rentang frekuensi utama yang memberikan cakupan luas dan mendukng semua kasus penggunaan. Tiga rentang itu adalah di bawah 1GHz, 1-6GHz dan di atas 6GHz.

Data dari asosiasi operator jaringan mobile GSMA, frekuensi di bawah 1GHz akan mendukung cakupan luas di seluruh daerah perkotaan, pinggiran kota dan pedesaan, serta membantu mendukung layanan IoT.

Untuk 1-6GHz, menawarkan cakupan dan manfaat kapasitas yang cukup baik. Ini termasuk spektrum dalam kisaran 3,3 - 3,8GHz, yang diharapkan dapat membentuk basis dari banyak layanan awal 5G.

Adapun di atas 6GHz, diperlukan untuk memenuhi kecepatan broadband kecepatan tinggi yang diharapkan untuk 5G. Fokus pada frekuensi ini akan berada di atas 24GHz atau 28GHz. Selain itu juga ada beberapa minat mengeksplorasi frekuensi dalam kisaran 6-24GHz.(id)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year