Ini posisi Indonesia di ekonomi digital global

11:11:04 | 19 Jul 2017
Ini posisi Indonesia di ekonomi digital global
JAKARTA (IndoTelko) –  Fletcher School dan Mastercard mengungkapkan Indeks Evolusi Digital (Digital Evolution Index) 2017, sebuah studi mendalam mengenai penerapan teknologi dan kepercayaan masyarakat terhadap digital di seluruh dunia, di mana Indonesia berada di antara negara-negara yang menunjukkan momentum tercepat – siap untuk tumbuh dan menarik bagi investor.

Berdasarkan kecepatan dan tingkat kemajuan digital, penelitian ini menempatkan negara-negara ke dalam empat kategori yang berbeda:

•  Stand Out – Singapura, Inggris, Selandia Baru, Uni Emirat Arab, Estonia, Hong Kong, Jepang, dan Israel menunjukkan tingkat perkembangan digital yang tinggi di mana negara-negara tersebut juga terus memimpin dalam hal inovasi dan pertumbuhan.

•  Stall Out – Banyak negara maju seperti di Eropa Barat, Nordik, Australia dan Korea Selatan memiliki sejarah pertumbuhan yang kuat, namun momentum mereka melambat. Apabila mereka tidak melakukan inovasi lebih lanjut, maka mereka akan semakin tertinggal dari negara-negara lainnya.

•  Break Out – Meskipun masih berada pada tingkat kemajuan digital yang relatif rendah, negara-negara ini menunjukkan momentum kesiapan tercepat untuk tumbuh serta menarik bagi investor. China, Kenya, Rusia, India, Malaysia, Filipina, Indonesia, Brasil, Kolombia, Chile dan Meksiko menunjukkan adanya potensi ini.

•  Watch Out – Negara-negara seperti Afrika Selatan, Peru, Mesir, Yunani dan Pakistan menghadapi tantangan yang signifikan akibat tingkat kemajuan digital yang rendah serta laju pertumbuhan yang lambat.

Dengan hampir setengah dari populasi dunia yang telah dapat menggunakan layanan secara online, penelitian ini memetakan perkembangan 60 negara, menunjukkan daya saing serta potensi pasar mereka terhadap pertumbuhan ekonomi digital lebih lanjut. Indeks ini mengukur empat penggerak utama dan 170 indikator unik guna memetakan kondisi masing-masing negara:

•  Suplai (atau akses internet dan infrastuktur)
•  Permintaan konsumen terhadap teknologi digital
•  Lingkungan kelembagaan (kebijakan/undang-undang pemerintah dan sumber daya)
•  Inovasi (investasi dalam penelitian dan pengembangan - litbang, start-up digital dan lain-lain).

Laporan ini menyediakan sebuah cara untuk menilai “kepercayaan” terhadap digital serta tingkat evolusi digital dengan contoh-contoh yang diambil dari seluruh dunia, memberikan kesempatan bagi negara-negara saling belajar satu sama lain agar dapat terus tumbuh lebih jauh lagi.

“Penerapan, kualitas infrastruktur digital dan kelembagaan, serta inovasi secara kolektif membentuk daya saing digital dari suatu negara, namun pemerintah juga memainkan peran sangat penting. Studi ini juga menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen terhadap teknologi digital berkolerasi dengan daya saing digital,” ujar Dekan senior associate, keuangan dan bisnis internasional di Fletcher School, Universitas Tufts, dan founding executive director dari Fletcher’s Institute for Business in the Global Context Bhaskar Chakravorti dalam rilisnya, Rabu (19/7).

President, Global Enterprise Risk & Security, Mastercard Ajay Bhalla mengatakan teknologi dapat berperan lebih besar dalam meningkatkan perekonomian serta membuat hidup menjadi lebih baik, namun pertumbuhan tersebut hanya bisa dicapai jika setiap orang memiliki kepercayaan terhadap ekosistem yang tengah berkembang.

"Seiring dengan upaya kita untuk menciptakan sebuah dunia yang benar-benar terhubung, kepercayaan dan keamanan merupakan aspek yang sangat penting untuk pengembangan digital yang sukses,” katanya.  

Kepercayaan
Dalam penelitian ini ditemukan   kepercayaan terhadap digital telah terbukti sulit untuk dipahami, apalagi untuk diukur. Namun hal tersebut tetap menjadi sebuah kunci penting dari ekonomi digital global.

Menjadi sebuah hal yang baru dalam laporan tahun 2017, tim riset dari Fletcher School menganalisis 42 dari 60 negara yang terdaftar dalam indeks terhadap empat komponen kunci – perilaku (behaviour), sikap (attitude), lingkungan (environment) dan pengalaman (experience) – untuk memahami kondisi negara tersebut atas kepercayaan terhadap digital. Beberapa temuan meliputi:

• Tiongkok, Swiss, Singapura, dan negara-negara Nordik memiliki nilai yang baik pada matriks pengukuran yang berbeda, namun dengan alasan masing-masing negara yang sangat berbeda antara satu dan lainnya.
• Konsumen di Tiongkok merupakan contoh unik yang menunjukkan perilaku sabar dari pengguna digital ketika mengalami hambatan, seperti keterbatasan atau lambatnya akses internet.
• Negara-negara di Eropa Barat dan Utara memimpin dalam hal pengalaman serta lingkungan terhadap kepercayaan digital, yang mencerminkan adanya investasi dalam tindakan keamanan, privasi dan akuntanbilitas yang kuat, serta dalam meminimalisasi hambatan.
• Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa di negara-negara dengan skor momentum lebih tinggi, konsumen menjadi lebih toleran terhadap gesekan/hambatan dalam interaksi dan transaksi digital mereka sehari-hari, yang menunjukkan bahwa momentum mungkin menjadi faktor penting dalam memahami perilaku dan kepercayaan konsumen.

Lebih lanjut, pemerintah dan pelaku bisnis merupakan pihak yang dianggap sebagai penjamin kepercayaan, dan dituntut untuk memfasilitasi kepercayaan di antara masyarakat dan konsumen. Temuan tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan daya saing digital, di mana negara-negara tersebut tidak dapat melangkah lebih lanjut tanpa komponen tersebut.
Cara memenangkan

Dalam penelitian ini juga diungkap cara sebuah negara memenangkan kompetisi di era ekonomi digital yakni

• Menggunakan Kebijakan Publik sebagai Kunci Keberhasilan Ekonomi Digital (Use Public Policy as Key to the Success of the Digital Economy): Hal ini meliputi mulai dari negosiasi Brexit hingga bagaimana India dapat mendorong masyarakatnya menuju masa depan “less cash” serta membahas mengenai persaingan Amerika Serikat-China untuk mendominasi perekonomian.

• Identifikasi Terhadap Hal Apa yang Mendorong Momentum Digital (Identify What Drives Digital Momentum): Negara maju dan berkembang harus menekankan berbagai cara untuk memacu pertumbuhan: inovasi dan kelembagaan.

• Loncatan Awal dari Pertumbuhan Negara Kecil dengan Melibatkan Pemerintah (Jumpstart Small Country Growth by Involving Government): Sebagai pengguna awal mereka dapat tumbuh dengan cepat dengan merancang dan menyusun ekosistem yang tepat.

• Menciptakan Kembali Pendukung-pendukung Digital (Reinvent the Digital Stalwarts):
Negara yang paling maju secara digital dapat menggunakan pertumbuhan mereka dan koneksi yang telah ada di dunia untuk menciptakan diri mereka kembali.

• Melakukan Digital Catch-Up dengan Menutup Jarak terhadap Mobile Internet (Play Digital Catch-Up by Closing the Mobile Internet Gap): Negara yang paling tidak maju secara digital harus memprioritaskan peningkatan akses internet melalui telepon seluler.

• Bekerja Lebih Keras untuk Mendapatkan Kepercayaan Pengguna (Work Harder to Earn Users’ Trust): Seiring dengan peran digital yang terus berkembang di sejumlah negara namun momentum melambat, penyedia teknologi dan pembuat kebijakan mungkin perlu memprioritaskan diri dalam membangun kepercayaan agar terus tumbuh.(id)

Artikel Terkait