PEKALONGAN (IndoTelko) – PT Tower Bersama Infrastructure, Tbk (TBIG) melalui divisi Corporate Social Responsibility (CSR) baru-baru ini merayakan hari ulang tahun yang ke-3 untuk salah satu pilar CSR-nya di bidang budaya.
Adalah Rumah Batik TBIG. Berdiri sejak 2014 lalu, Rumah Batik yang terletak di Wiradesa, kota Pekalongan, Jawa Tengah ini merupakan program pemberdayaan berbasis budaya melalui pelatihan membuat batik dan kewirausahaan kepada anak-anak putus sekolah.
Chief of Business Support Officer Tower Bersama Infrastructure Lie Si An,mengaku, Rumah Batik TBIG ini memberikan perhatian dalam menjalankan pendidikan yang berkualitas. “TBIG telah membuat kurikulum dan menggunakan ahli pengajar berpengalaman, mulai dari ahli desain, pewarnaan, sampai dengan pembatik,” kata Lie disela-sela perayaan HUT Rumah Batik di Wiradesa, Pekalongan.

Serah Terima Pinjaman Koperasi
Misi Rumah Batik ini adalah untuk membantu pelestarian batik Nusantara serta meningkatkan taraf hidup para perajin. “Kita mau membuat generasi muda bukan hanya mencintai batik tapi mampu membuat batik,” kata Agus, salah satu pengajar Rumah Batik.
Dikatakan Agus, Rumah Batik TBIG ini memiliki ciri khusus dalam produk yang diproduksinya. “Kami ingin melestarikan batik lewat warna alam,” jelasnya. Salah satu yang masih hangat dibicarakan adalah pewarna dari kulit kopi. Sebelumnya, Rumah Batik TBIG sendiri sudah banyak menggunakan pewarna alam seperti kulit kayu gintung, kulit kayu jirek, dan lainnya.
Selain mendukung dalam hal penyediaan tenaga pengajar yang ahli, bersamaan dengan berdirinya Rumah Batik TBIG, juga didirikan Koperasi Bangun Bersama (KKB) yang menyediakan program pembiayaan mikro. “Koperasi ini didirikan untuk memberikan akses permodalan kepada para pembatik skala kecil,” kata Lie.

Siswa Belajar Membatik
Menurut Lie, selain memberikan bantuan ke akses permodalan, koperasi ini juga akan membantu dalam pemasaran. Salah satunya lewat jalur penjualan online. Pihak koperasi menyediakan akses koneksi internet dan memberikan pengajaran dunia internet khususnya bidang pemasaran online.
Menurut Agung Prasetyo, salah satu siswa yang tergolong berhasil di Rumah Batik ini, beberapa produknya ditawarkan lewat internet. “Saya tawarkan saja lewat internet. Kemarin batik saya yang proses pembuatannya lebih dari 6 bulan, laku 2 jutaan. Saya tawarkan lewat Facebook,” kata pemilik akun Facebook bernama Mas Agunx Q ini.

Agung, Siswa hasil didikan Rumah Batik TBIG
Dijelaskan Agung, di Rumah Batik TBIG fasilitas belajarnya sangat lengkap dan gratis tanpa dipungut biaya. “Asalkan kita mau, rajin dan ulet, kita pasti bisa membatik,” cerita Agung. Ia pun menjelaskan koneksi internet di Rumah Batik TBIG yang juga sudah tersedia. “Internet di sini menggunakan jaringan Speedy,” jelasnya.
Lebih jauh Lie mematok target lulusan Rumah Batik TBIG mencapai 5 siswa, dimana sebelunya Rumah Batik TBIG sudah meluluskan sebanyak 3 siswa. "Sebelumnya, saya ingin lulusan bisa mencapai 10 orang, tapi membatik itu tidak mudah. Jadi kami cukup realistis di tahun ketiga ini," tambah Lie. (sg)