telkomsel halo

Teras Digital, salah satu andalan BRI kuatkan fee based income

16:33:34 | 25 Okt 2016
Teras Digital, salah satu andalan BRI kuatkan fee based income
Mantan Presiden RI BJ Habibie mencoba layanan digital milik BRI beberapa waktu lalu.(dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Platform Teras Digital akan menjadi salah satu senjata bagi Bank BRI untuk menguatkan fee based income (FBI).

“Targetnya akan ada 2.560 unit teras digital. Sekarang ada  560 outlet teras digital,”ungkap Direktur Utama Bank BRI Asmawi Syam dalam paparan kinerja triwulan III tahun 2016 pada Selasa (25/10) di Jakarta.

Teras BRI Digital merupakan transformasi dari Teras BRI konvensional, dengan mengedepankan pelayanan digital kepada nasabah serta memperkuat komunitas pasar tradisional maupun marketplace.

Jika selama ini Teras BRI konvensional masih menggunakan tenaga frontliner berupa Teller dan Customer Service, maka di Teras BRI Digital ini para pedagang dan nasabah diajak untuk kapabel menggunakan teknologi, yakni dengan memanfaatkan perangkat e-channel berupa Electronic Data Capture (EDC) dan PC Touchscreen secara self service.

Aplikasi yang biasanya manual dengan kertas, di Teras BRI Digital sudah menggunakan e-Form, yang ditanam programnya dalam sebuat tablet PC. Personil Bank BRI yang membantu, cukup satu orang Banking Assistant.  Sedangkan secara visual,tampilan Teras BRI berubah. Jika selama ini bernuansa tradisional, maka Teras BRI Digital menampilkan konsep tradisional dengan sentuhan modern dan hi-tech. (Baca; Teras Digital)

Teras BRI Digital dilengkapi dengan aplikasi e-Pasar BRI. e-Pasar BRI adalah marketplace / pasar online yang memberikan fasilitas dan layanan berupa update informasi mengenai harga dan stok komoditas di pasar baik tingkat lokal, regional dan nasional yang diperuntukkan bagi pedagang pasar maupun pembeli yang menjadi nasabah Bank BRI.

Tak hanya itu, dengan e-Pasar BRI nasabah juga dapat melakukan transaksi jual beli secara online dan bahkan men-display produk UMKM-nya secara virtual menggunakan teknologi video mapping.

Sepanjang triwulan III tahun 2016, pertumbuhan fee based income dari BRI tercatat sebesar 25,9% yoy menjadi Rp. 6,6 triliun. Pertumbuhan tersebut didominasi oleh peningkatan fee yang berasal dari jasa administrasi kredit sebesar 113,6% yoy menjadi Rp. 740 miliar, kemudian diikuti oleh fee yang berasal dari transaksi trade finance yang tumbuh sebesar 58,8% yoy menjadi Rp. 614 miliar, fee yang berasal dari transaksi e-banking sebesar Rp. 1,6 triliun atau tumbuh sebesar 42,2% yoy, dan fee yang berasal dari jasa kegiatan perbankan lainnya (non kredit).

Kinerja
Hingga akhir triwulan III tahun 2016, Bank BRI berhasil membukukan laba bersih (bank only) sebesar Rp. 18,6 triliun dengan Earning Per Share (EPS) sebesar Rp. 1.006,5.

Faktor utama yang mendorong raihan laba bersih di triwulan III tahun 2016, di antaranya berasal dari Net Interest Income (NII) yang mencapai Rp. 48,6 triliun atau tumbuh sebesar 16,8% year on year (yoy) dan perolehan Fee Base Income (FBI) yang mencapai Rp. 6,6 triliun atau tumbuh sebesar 25,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi portofolio kredit, total yang sudah disalurkan oleh Bank BRI tumbuh sebesar 16,3% yoy menjadi sebesar Rp. 603,5 triliun atau di atas rata-rata pertumbuhan industri sebesar 6,8% yoy (data Statistik Perbankan Indonesia periode Agustus 2016), dimana kenaikan penyaluran kredit terjadi di semua segmen kredit.

Untuk kredit mikro yang selama ini menjadi core business Bank BRI, tercatat masih menjadi mesin pendorong utama pertumbuhan kredit. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kredit mikro yang disalurkan Bank BRI tumbuh 20,3% dari sebesar Rp. 170,2 triliun menjadi 204,8 triliun, dengan jumlah nasabah yang juga tumbuh secara signifikan, yakni dari 7,6 juta nasabah menjadi 8,6 juta nasabah.

Sedangkan jika dijumlahkan dengan segmen Kecil dan Menengah sehingga menjadi segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), maka kredit yang disalurkan mencapai Rp. 435,2 triliun atau tumbuh sebesar 14,8% yoy, dengan komposisi penyaluran kredit ke segmen tersebut sebesar 72,1% dari seluruh penyaluran kredit.

Pertumbuhan kredit tersebut diimbangi dengan posisi neraca yang solid, dimana rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) tercatat sebesar 90,7% pada akhir September 2016. Terkait kualitas kredit, pertumbuhan kredit sepanjang triwulan III tahun 2016 tersebut tetap diimbangi dengan rasio kredit bermasalah (NPL) yang ter-maintain dengan baik, di mana NPL netto tercatat sebesar 0,6% dan NPL gross sebesar 2,2%.

Selain itu untuk menjaga kualitas kredit, pada Triwulan III tahun 2016 ini Bank BRI meningkatkan penyisihan pencadangan kerugian atau NPL Coverage Ratio hingga 166,6%, dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 21,9%.

Dari sisi pendanaan, BRI juga berhasil menumbuhkan Dana Pihak Ketiga (DPK)-nya dengan baik. Hingga akhir bulan September 2016, DPK Bank BRI tumbuh sebesar 8,8% yoy menjadi sebesar Rp. 665,5 triliun atau di atas rata-rata industry sebesar 5,6% per Agustus 2016.

GCG BUMN
Adapun dari total DPK yang berhasil dihimpun, sebanyak 57,6% dalam bentuk (Current Account Saving Account/ CASA) atau dana murah seperti Giro dan Tabungan yang tumbuh sebesar 11,7% yoy atau menjadi Rp. 383,4 triliun. Adapun komposisi sebesar 42,4% dalam bentuk deposito tercatat tumbuh sebesar 5,3% yoy atau menjadi Rp. 282,1 triliun.
Dengan komposisi yang seperti itu, Bank BRI berhasil menurunkan COF-nya dari yang sebelumnya 4,3% di Triwulan III tahun 2015 menjadi 3,9% di Triwulan III tahun 2016.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories